Kaleidoskop 2017: 6 Kontroversi di Dunia Olahraga

Dunia olahraga tahun ini menghadirkan momen kontroversial.

oleh Luthfie Febrianto diperbarui 18 Des 2017, 20:00 WIB
Diterbitkan 18 Des 2017, 20:00 WIB
Kaleidoskop Bola 2017
Kontroversi pada dunia olahraga 2017. (LIputan6.com/Trie yas)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa transfer musim panas bulan Agustus 2017 gempar setelah Paris Saint-Germain (PSG) memboyong Neymar dari Barcelona. Bagaimana tidak, PSG membayar hingga 222 juta euro atau Rp 3,4 triliun untuk menggaet pemain asal Brasil tersebut.

Cerita soal Neymar dan PSG menjadi salah satu kontroversi yang terjadi di dunia olahraga pada tahun 2017. Dengan harga tersebut, Neymar menjadi pemain termahal dunia, menggantikan Paul Pogba yang dibeli Manchester United dari Juventus tahun 2016.

Selain cerita soal Neymar, masih banyak kontroversi di dunia olahraga yang terjadi di tahun 2017. Mulai dari dugaan kecurangan, hingga kasus pengaturan skor. Dunia olahraga Indonesia tak ketinggalan menyumbang kontroversi.

Apa sajakah kontroversi yang terjadi di dunia olahraga selama tahun 2017? Berikut penjabarannya.

1. Neymar ke PSG

Neymar Jr bersama CEO PSG Nasser Al-Khelaifi. (AP Photo/Michel Euler)

Bukan rahasia lagi jika Neymar adalah salah satu pemain terbaik dunia. Di Barcelona pada musim 2014/15, ia turut meraih treble winners bersama dengan Lionel Messi dan Luis Suarez.

Sebagai gelandang, Neymar lincah. Ia pandai meliak-liuk melewati pemain lawan. Hal inilah yang membuatnya menjadi salah satu striker tertajam di dunia.

Dengan klausul pembelian mencapai 200 juta euro, Barcelona selaku pemilik Neymar percaya, tak akan ada tim yang bisa menebus Neymar. Namun, tak ada yang pasti di sepak bola.

PSG dengan gelontoran uangnya ternyata mampu menebus Neymar dengan 222 juta euro. Sang pemain pun pindah ke Paris.

Transfer ini menyisakan kontroversi karena PSG diduga melanggar aturan Financial Fair Play (FFP). Aturan tidak membolehkan klub-klub Eropa merugi lebih dari 30 juta euro dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.

UEFA sendiri lalu memutuskan untuk menginvestigasi transfer Neymar ke PSG. Presiden PSG, Nasser Al Khelaifi membantah keras timnya melanggar aturan FFP. "Kami bekerja keras dalam enam tahun terakhir untuk menggenjot pendapatan klub," kata Khelaifi seperti dilansir The Sun, September lalu.

2. Pengaturan Skor di IBL

Pemain Timnas Basket Indonesia, Ferdinand Damanik, berebut bola dengan pemain Satria Muda saat laga uji coba di BSD, Tangerang, Jumat (21/7/2017). Timnas Basket menang 87-52 atas Satria Muda. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Dunia basket Indonesia dikejutkan dengan terkuaknya skandal pengaturan skor di Indonesian Basketball League (IBL) musim 2016. Dugaan ini terkuak setelah salah satu dari sembilan pelaku pengaturan skor mengakui kesalahannya.

Alhasil, Pengurus Pusat Pesatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (PP Perbasi) menjatuhkan sanksi kepada sembilan pemain lewat Surat Keputusan nomor 003/X/Legal-PP/2017 hingga 011/X/Legal PP/2017.

Sembilan pemain tersebut adalah Ferdinand Damanik, Tri Wilopo, Gian Gumilar, Haritsa Herlusdityo, Untung Gendro Maryono, Fredy, Vinton Nolan Surawi, Robertus Riza Raharjo, dan Zulhilmi Faturrohman. Mereka dijatuhi sanksi berbeda oleh PP Perbasi. Sembilan pelaku yang terlibat adalah anggota klub JNE Siliwangi Bandung.

Menurut pengakuan pelaku, kecurangan mereka buat di empat hingga lima laga pertandingan IBL 2017. Mereka melakukannya dengan dalih tak digaji klub.

Kesembilan pelaku tersebut kemudian dijatuhi sanksi beragam oleh Perbasi. Sementara, dari IBL, pelaku tak diperbolehkan main di IBL seumur hidup.

Berikut sanksi kepada sembilan pelaku penerima suap:

Hukuman 5 tahun Ferdinand Damanik, 29 tahun, power foorward

Hukuman 4 tahun Tri Wijoyo Wilopo, 31 tahun, shooting guard Gian Gumilar, 31 tahun, point guard Haritsa Herlusdityo, 28 tahun, shooting guardUntung Gendro Maryono, 28 tahun, center

Hukuman 3 tahun Fredy, 24 tahun, shooting guardVinton Nolan Surawi, 35 tahun, power forwardRobertus Riza Raharjo, 25 tahun, small forward

Hukuman 2 tahun Zulhilmi Faturrohman, ofisial

3. Dugaan Kecurangan dan Kesalahan Administrasi SEA Games 2017

Bendera Indonesia tercetak terbalik pada buku panduan yang dibagikan dalam pembukaan SEA Games 2017. (AP Photo/Yau)

Dugaan kecurangan juga muncul di ajang olahraga SEA Games 2017 di Malaysia. Sejumlah peserta dari berbagai negara menuding tuan rumah telah berbuat curang dalam beberapa cabang olahraga.

Salah satu kecurangan yang diduga terjadi ada di cabang sepak takraw putri. Tim Indonesia memutuskan walk out di pertandingan melawan tim tuan rumah.

Tim Indonesia menilai, tim sepak takraw Malaysia melakukan kecurangan. Alhasil, tim Indonesia harus puas dengan medali perunggu. Tim Malaysia sendiri meraih medali perak setelah kalah melawan Thailand di final.

Sebelum dugaan kecurangan merebak, pagelaran SEA Games juga sudah ternoda dengan kesalahan administrasi. Dalam buku panduan SEA Games 2017, bendera Indonesia tercetak terbalik dengan warna putih di atas dan warna merah di bawah.

"Pembukaan #SEAgame2017 yg bagus tapi tercederai dg keteledoran fatal yg amat menyakitkan. Bendera kita....Merah Putih. Astaghfirullaah," kicau Menpora, Imam Nahrawi.

Pihak Malaysia sendiri kemudian meminta maaf atas kesalahan tersebut lewat Menpora Malaysia, Khairy Jamaluddin. “Bapak Imam, mohon terima permintaan maaf saya yang tulus atas (kesalahan) ini,” demikian reply Tweet Khairy kepada Imam.

“Sesungguhnya tiada niat jahat. Saya amat kesal dengan kesilapan (kesalahan) ini. Mohon maaf.” tulis Khairy lewat Twitter.

4. Floyd Mayweather Vs Conor McGregor

Conor McGregor (kanan) vs Floyd Mayweather Jr. (AP/Isaac Brekken)

Bintang UFC, Conor McGregor menghentak dunia olahraga bela diri dengan menantang juara dunia tinju, Floyd Mayweather. Tantangan ini lalu disambut Mayweather yang sebetulnya telah pensiun, dan keduanya sepakat untuk beradu pada 26 Agustus 2017.

Kontroversi pun membalut pertarungan keduanya. Baik Mayweather maupun McGregor sama-sama melontarkan sindiran pedas. McGregor sempat menyebut Mayweather sebagai tikus, sementara Mayweather menyebut McGregor tidak profesional dan tak tahu rasa hormat.

Sayangnya, petarungan di atas ring tak sepanas perang kata-kata antara kedua petarung. Mayweather dengan mudah mengalahkan McGregor pada ronde ke-10 dengan technical knock out (TKO).

Kontroversi di pertandingan ini juga meliputi perputaran uang di dalamnya. Kabarnya, Mayweather menerima bayaran hingga 300 juta dollar Amerika Serikat, sedangkan McGregor 100 juta dollar Amerika Serikat.

5. Teriakan Fans Bodoh

Simona Halep. (AP/Mark Schiefelbein)

Kontroversi terjadi saat pertandingan perempat final Wimbledon 2017 Juli lalu antara Simona Halep melawan Johanna Konta. Siapa sangka, teriakan tak sengaja seorang penggemar membuat Halep kalah dalam pertandingan tersebut.

Peristiwa itu bermula saat Halep hendak memukul bola dari Konta. Namun teriakan salah satu fan menggema di arena, sehingga mengganggu konsentrasinya.

Hal itu menguntungkan bagi Konta. Wasit pertandingan, Kader Nouni memutuskan untuk memberikan poin pada Konta, meski Halep meminta poin itu dibatalkan. "Saya pikir dia akan mengembalikan poinnya. Saya pikir itu normal ketika seseorang berteriak seperti itu," kata Halep seperti dilansir News.

Di sisi lain, Konta memilih untuk mendukung keputusan wasit. Menurutnya, teriakan penonton tersebut justru malah lebih mengganggunya ketimbang Halep. Pasalnya, pendukung yang berteriak duduk di tribun belakang dirinya. "Teriakan itu terjadi tepat saat saya hendak memukul bola, jadi itu lebih mengganggu saya ketimbang dirinya," kata Konta.

Pertandingan perempat final itu sendiri akhirnya dimenangkan Konta dengan 6-7(2), 7-6(5), 6-4. Kemenangan ini menjadikan Konta sebagai petenis wanita pertama asal Inggris yang masuk semifinal Wimbledon dalam 39 tahun terakhir.

6. Donald Trump Vs Pemain NFL

Colin Kaepernick. (AFP/Matt Winkelmeyer)

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump tak hanya membuat kontroversi di dunia politik, melainkan olahraga. Pada Oktober lalu, Trump menuduh para pemain National Football League (NFL) tak menghormati bendera kebangsaan.

"Ada 24 pemain NFL tetap berlutut saat lagu kebangsaan diputar, menunjukkan tidak ada sama sekali rasa hormat pada bendera dan negara kita. Tak ada kepemimpinan di NFL," tulis Trump lewat akun twitternya.

Protes dengan cara berlutut saat lagu kebangsaan Amerika diputar sebetulnya bermula dari tahun lalu. Adalah Colin Kaepernick, mantan pemain San Francisco 49ers yang memulainya.

Kaepernick melakukan hal tersebut sebagai bentuk protes terhadap tindakan rasialis kepada orang kulit hitam Amerika Serikat. "Saya tidak akan berdiri untuk menunjukan rasa bangga pada negara yang tidak adil pada orang kulit hitam dan kulit berwarna," kata Kaepernick seperti dilansir NFL.com

"Bagi saya, ini lebih dari sekadar American Football dan saya akan egois jika tidak melakukan ini. Ada orang-orang di jalan yang mendapat ketidakadilan," ujar Kaepernick.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya