Anthony Sinisuka Ginting, Si Pembunuh Raksasa

Empat Juara Dunia ditumbangkan Anthony Sinisuka Ginting saat menjuarai China Open 2018.

oleh Bogi Triyadi diperbarui 24 Sep 2018, 17:15 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2018, 17:15 WIB
Tunggal putra Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting.
Tunggal putra Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting. (PBSI)

Liputan6.com, Changzhou - Tampil di Asian Games 2018 membuat Anthony Sinisuka Ginting belajar banyak hal demi meningkatkan performanya. Setelah pesta olahraga se-Asia itu, pebulu tangkis berusia 21 tahun itu kemudian tampil di Japan Open dan China Open 2018.

"Hal paling penting yang saya pelajari adalah dari Asian Games kemarin saya mencoba untuk lebih menikmati permainan saya di lapangan," ujar Anthony Sinisuka Ginting di Changzhou, Tiongkok, Minggu (23/9/2018).

"Kalau dari segi persiapan, yang paling berpengaruh adalah soal fisik saya. Kita tidak tahu bagaimana hasil undian di sebuah turnamen. Jadi kalau dapat lawan yang berat terus, harus punya fisik prima untuk bisa sampai ke final dan juara," lanjutnya.

Pada Asian Games 2018, media asiang menjuluki pemain jebolan klun SGS PLN Bandung ini dengan sebutan The Giant Killer atau Pembunuh Raksasa. Ini tidak lepas dari sukses Anthony Sinisuka Ginting menumbangkan pebulu tangkis papan atas dunia, seperti Chen Long dan Kento Momota. Kedua pernah memenangkan titel juara dunia.

Performa Menanjak

Anthony Sinisuka Ginting, China Terbuka 2018
Anthony Sinisuka Ginting menjuarai China Open 2018 setelah mengalahkan Kento Momota 23-21, 21-19, di final, Minggu (23/9/2018). (PBSI)

Julukan Pembunuh Raksasa yang disematkan kepada Anthony sepertinya tak salah. Sebab, ia melakukan hal serupa di China Open 2018, akhir pekan kemarin.

Mendapat undian 'neraka', Anthony membuktikan dirinya kini patut diperhitungkan. Bagaimana tidak, empat Juara Dunia dia tumbangkan dalam perjalanan menuju tangga juara. Dimulai dari Lin Dan, Viktor Axelsen, Chen Long, hingga akhirnya Kento Momota di partai puncak.

Chen Long bahkan memasukkan Anthony dalam daftar lawan terberat yang dihadapinya tahun ini. Maklum, sejak awal 2018, peraih medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016 ini tercatat sudah empat kali ditaklukkan oleh Anthony.

"Saya sudah kalah empat kali tahun ini dari Ginting. Ia bermain dengan style yang simple sebetulnya, mirip permainan Taufik Hidayat. Ia mengontrol permainan net dan memaksa lawan untuk mengangkat bola, kemudian dismeshnya," ucap pemain asal Tiongkok itu.

Selain sebagai The Giant Killer, kini Anthony juga menyandang status sebagai salah satu penakluk turnamen bulu tangkis level 1000. Sekadar informasi, hanya ada tiga turnamen level 1000 setiap tahunnya yang digelar di Tiongkok, Indonesia, dan Inggris (All England).

Shi Yuqi dari Tiongkok menjadi peraih gelar All England 2018. Sedangkan titel Indonesia Open 2018 direbut Momota. Adapun Anthony adalah kampiun China Open 2018.

Tetap Merendah

Anthony menjadi salah satu dari deretan pebulu tangkis muda yang disebut generasi baru di tunggal putra. Ia perlahan mulai menggeser eksistensi para senior seperti Lin Dan, Chen Long, dan Lee Chong Wei.

"Ginting masih muda dan memiliki banyak energi untuk tipe bermainnya yang seperti itu. Tahun ini, dia bisa menanjak karena mental bertandingnya stabil, saya rasa ini yang bisa membuatnya ada di level lebih tinggi," ucap Chen Long.

Namun, Anthony tidak ingin terbuai dengan segala pujian itu. Menurutnya, semuanya masih harus dibuktikan, terutama soal konsistensi. "Eranya Ginting? Mungkin belum ya, nanti kalau saya sudah bisa konsisten, mungkin bisa," ucapnya.

"Soal komentar mengenai saya adalah salah satu pemain yang paling bertalenta, saya ucapkan terima kasih, saya tidak tahu mengomentari ini, biar orang yang menilai. Generasi muda tunggal putra saat ini banyak sekali yang bagus, Momota, Axelsen, Shi Yuqi, dan masih banyak lagi," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya