Mengejar Gelar Juara Liga Inggris Bukan Perjuangan Terbesar di Hidup Van Dijk

Van Dijk pernah menjalani perjuangan lebih besar dibandingkan mengejar gelar juara Liga Inggris bersama Liverpool.

oleh Defri Saefullah diperbarui 24 Mar 2019, 13:20 WIB
Diterbitkan 24 Mar 2019, 13:20 WIB
Liverpool-Virgil Van Dijk
Bek Liverpool, Virgil Van Dijk melakukan selebrasi usai mencetak gol ke gawang Everton pada pertandingan Piala FA di Anfield, Inggris (5/1). Virgil dibeli dari Southampton seharga 75 juta pound (sekitar Rp 1,3 triliun). (AP Photo / Rui Vieira)

Liputan6.com, Liverpool - Perjuangan memperebutkan gelar juara Liga Inggris bersama Liverpool tentu menjadi momen menegangkan buat Virgil van Dijk. Namun bek tangguh asal Belanda ini mengaku itu bukan perjuangan terbesar di hidupnya.

Liverpool saat ini masih memimpin klasemen Liga Inggris. Liverpool unggul satu poin dari Manchester City yang punya tabungan satu laga.

Liverpool bisa saja disalip kembali oleh Manchester City di klasemen Liga Inggris. Namun skuat Liverpool juga akan fokus dengan sisa 7 pertandingan.

Van Dijk mengatakan perjuangan terbesarnya terjadi 10 tahun lalu saat dia berusia 17 tahun. Bek 27 tahun itu bisa selamat dari radang usus buntu yang bisa merenggut nyawanya.

10 tahun lalu, dia harus menjalani operasi mendadak untuk mengobati radang usus buntu tersebut. Ibu van Dijk, Ruby mengatakan karena kekuatan tubuh van dijklah yang menjauhkan dia dari potensi mengalami penyakit lebih kronis seperti peritonitis dan uraemia.

 

 

Komentar Van Dijk

Virgil van Dijk
Virgil van Dijk dan Memphis Depay menyumbang gol untuk Belanda di kualifikasi Piala Eropa 2020 (Koen van Weel / ANP / AFP)

 Van Dijk pun mengingat kembali momen itu. Dia mengatakan, momen itu sangat mengerikan.

"Saya seperti melihat kematian di depan mata dan itu pengalaman mengerikan," ujar van Dijk seperti dikutip Mirror.

"Untuk pertama kali di hidup saya, sepak bola tak punya arti apa-apa. Sepak bola jadi tidak penting lagi. Ini soal bagaimana bertahan hidup."

Van Dijk mengungkapkan dia dan sang ibu sempat berdoa. Bahkan, keduanya bicarakan skenario yang berbeda.

"Kalau saya meninggal di rumah sakit, sebagian dari uang untuk ibu saya. Ini masalah sensitif tapi saya memang bisa saja meninggal saat itu," ujarnya.

Awal Karier

Kejadian tersebut dirasakannya pada awal karier bersama Groningen di Belanda. Dia merasakan sakit di perutnya saat latihan.

Dia tak mau berhenti latihan meski sudah diperiksa tim medis. Bahkan saat kondisinya makin parah, dia menolak pergi ke dokter.

Akhirnya dia harus pergi ke rumah sakit setelah ibunya melihat dia kesakitan di kamar apartemennya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya