Ingin Jauh dari Depresi? Kenali 7 Jenis dan Gejalanya

Berikut ini Liputan6.com telah merangkum dari berbagai sumber beberapa jenis depresi dan gejalanya yang perlu kamu kenali, Sabtu (16/11/2019).

oleh Nisa Mutia Sari diperbarui 17 Nov 2019, 19:20 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2019, 19:20 WIB
Wanita Muda Minim Vitamin D Rentan Alami Depresi?
Ilustrasi Depresi (Foto: ilustrasi)

Liputan6.com, Jakarta - Sedih merupakan bagian dari fase manusia dalam kehidupan. Normal, seseorang pada waktu-waktu tertentu merasakan kesedihan.

Namun, merasa sedih secara terus-menerus, tidak memiliki harapan hidup, serat merasa tidak berguna merupakan rasa sedih yang sudah tidak normal.

Sedih yang terjadi secara terus-menerus disertai bentuk kesedihan-kesedihan lainnya menunjukkan bentuk depresi. Depresi merupakan kondisi medis cukup serius yang tidak boleh dianggap sepele.

Ada banyak faktor penyebab seseorang bisa depresi. Dilihat dari penyebabnya, ada beberapa jenis depresi yang mempunyai gejala berbeda-beda.

Berikut ini Liputan6.com telah merangkum dari berbagai sumber beberapa jenis depresi dan gejalanya yang perlu kamu kenali.


Depresi Mayor

Depresi (iStock)
Ilustrasi depresi. (iStockphoto)

Orang yang mengalami depresi ini hampir selalu merasa sedih, merasa kosong, dan putus asa. Depresi mayor merupakan kondisi yang secara serius dapat memengaruhi kesehatan dan kesejahteraan hidup.  

Gejala depresi mayor yang umum dirasakan seperti kesedihan, kesuraman, sulit tidur atau tidur berlebihan, kekurangan energi, lelah, kehilangan nafsu makan atau makan berlebih, sakit dan nyeri, ketidakmampuan membuat keputusan, khawatir, pikiran tentang kematian, melukai diri sendiri, hingga ingin bunuh diri.

Gejala depresi mayor bisa berlangsung berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan. Terlepas dari berapa lama gejalanya berlangsung, jenis depresi ini atau depresi berat dapat menyebabkan masalah dalam hubungan dan kegiatan sehari-hari.


Depresi Persisten

[Bintang] Cewek
Ilustrasi depresi. (via. Medscape)

Depresi persisten merupakan depresi yang berlangsung selama dua tahun atau bahkan lebih. Depresi jenis ini juga biasa disebut dysthymia atau depresi kronis. Depresi persisten mungkin tidak sehebat depresi berat atau depresi mayor.

Namun, jenis depresi ini bisa membuat hubungan menjadi tegang dan membuat kegiatan sehari-hari menjadi sulit.

Gejala depresi persisten yang biasa dirasakan seperti kesedihan, keputusasaan yang mendalam, merasa harga diri rendah, kurangnya minat terhadap sesuatu hal, selera makan berubah, konsentrasi bermasalah, ketidakmampuan merasakan sukacita, bahkan menarik diri dari kehidupan sosial.

Depresi persisten yang berlangsung selama bertahun-tahun ini membuat penderitanya kerap terbiasa dengan gejala-gejala yang dirasakannya. Karena baginya gejala-gejala tersebut merupakan bagian normal dalam hidupnya.


Depresi Atipikal

Jenis depresi ini terjadi ketika seseorang mengalami reaktivitas suasana hati. Suasana hati kamu bisa berubah lumayan cepat.

Beberapa ahli kesehatan mental percaya bahwa jenis depresi ini mungkin merupakan bentuk ringan dari gangguan bipolar yang dikenal sebagai cyclothymia. Depresi atipikal seringkali muncul di saat awal masa remaja dan bisa berlanjut ke kehidupan dewasa.

Gejala depresi atipikal berupa kenaikan berat badan yang terjadi secara signifikan, meningkatnya nafsu makan, tidur berlebihan, rasa berat di lengan atau kaki, dan kepekaan terhadap penolakan.


Depresi Peripartum

Depresi
Ilustrasi depresi (iStockphoto/AntonioGuillem)

Jenis depresi peripartum biasanya terjadi selama kehamilan atau dalam empat minggu setelah kamu melahirkan bayi. Diperkirakan tiga hingga enam persen wanita akan mengalami jenis depresi ini selama kehamilannya atau dalam periode postpartum.

Penelitian baru menunjukkan sekitar 50 persen depresi ini juga terjadi sebelum wanita melahirkan. Wanita dengan gangguan depresi ini biasanya mengalami kecemasan, serangan panik, kehilangan nafsu makan, masalah tidur, merasa tidak berharga, gelisah, paranoia, dan dalam kasus yang jarang terjadi jenis depresi ini bisa memiliki fitur psikotik.


Depresi Dyshoric Pramenstruasi

Dysphoric pramenstruasi atau premenstrual dysphoric disorder merupakan depresi yang berkaitan dengan siklus menstruasi. Gejala psikolois perempuan yang mengalami kondisi ini lebih parah dari PMS.

Ciri khas depresi ini adalah merasa lebih emosional di hari-hari menjelang menstruasi. Gejala lainnya yang umum dirasakan seperti nyeri sendi dan otot, kram, kembung, dan nyeri pada payudara, terjadi penurunan energi, lebih cepat marah dan mudah tersinggung, perubahan suasana hati yang ekstrem, dan konsumsi makanan dengan porsi yang lebih banyak dari biasanya.


Depresi Melankolis

Depresi
Ilustrasi depresi (iStockphoto/AntonioGuillem)

Jenis depresi melankolis merupakan bentuk besar dari gangguan depresi mayor, di mana indikator utamanya karena rasa sedih yang berlarut-larut. Gejala depresi melankolis seperti hilangnya rasa senang pada suatu kegiatan, tidak ada reaksi terhadap hal-hal baik dan menyenangkan sedang terjadi, agitasi psikomotor seperti mondar-mandir atau meremas-remas tangannya, merasa bersalah, insomnia, dan meningkatnya depresi di pagi hari.


Depresi Katatonia

Penderita jenis depresi katatonia biasanya mengalami gangguan psikomotor yang parah. Gejala depresi katatonia melibatkan ketidakmampuan untuk bergerak yang terjadi secara tiba-tiba atau gerakan dengan jumlah yang berlebihan, tetapi tidak memiliki tujuan tertentu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya