Liputan6.com, Jakarta - Keraton Agung Sejagat yang didirikan oleh Toto Santosa dan Fanni Aminadia bikin geger warga Jawa Tengah. Kasus itu kini ditangani Polda Jawa Tengah.
Di tengah bergulirnya kasus tersebut, beredar kabar tentang pengakuan Toto Santoso ingin menjadi Raja Keraton Agung Sejagat. Kabar ini diunggah oleh akun facebook Gusti Harto Sukrin pada 15 Januari 2020.
Akun ini mengunggah sebuah gambar tangkapan layar dari artikel sebuah berita. Dalam berita tersebut terdapat narasi alasan Toto Santoto menjadi Raja Keraton Agung Sejagat.
Advertisement
Berikut narasinya:
Pembelaan Raja Agung Sejagad: Yang Plonga Plongo Bisa Jadi Pemimpin, Masa Saya Ndak Boleh Jadi Raja?
Akun facebook Gusti Harto Sukrin kemudian menambahkan sebuah narasi dalam konten yang diunggahnya.
"Benar juga tu kata raja agung sejagat.
Yg planga plongo bisa, masa saya gak boleh😂😂😂," tulis akun facebook Gusti Harto Sukrin.
Konten yang diunggah akun facebook Gusti Harto Sukrin telah 404 kali dibagikan dan mendapat 53 komentar warganet.
Selain akun facebook Gusti Harto Sukrin, konten serupa juga diunggah oleh akun facebook Avan Nya Rien dan Fendy Effendy.
Penelusuran Fakta
Setelah ditelusuri, kabar tentang pengakuan Toto Santoso, Raja Keraton Agung Sejagat ternyata tidak benar.
Gambar tangkapan layar yang diunggah akun facebook Gusti Harto Sukrin ternyata merupakan hasil suntingan. Gambar tersebut berasal dari situs kompas.com dengan judul artikel "Viral Raja Kerajaan Agung Sejagat, Ternyata Pernah Dirikan Jogja DEC". Artikel tersebut diterbitkan pada 15 Januari 2020.
KOMPAS.com – Jagat maya media sosial ramai dengan perbincangan Keraton Agung Sejagat. Sampai dengan hari ini “Keraton Agung Sejagat” menjadi trending di Twitter, dan telah dibicarakan sebanyak lebih dari 9 ribu kali. Salah satu akun yang memposting mengenai Keraton Agung Sejagat adalah akun @aritsantoso. “Yang lagi heboh di Purworejo. Ada orang mengaku dari Kerajaan Agung Sejagat yang menguasai seluruh dunia. Mereka buat keraton-keratonan yang lokasinya di Desa Pogung, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo. Stres / halu / mau bikin aliran sesat? Ada-ada saja kelakuan warga 0275,” tulisnya.
Hingga kini postingan tersebut telah dibagikan ulang lebih dari 8 ribu kali dan disukai lebih dari 11 ribu pengguna. Melansir dari Kompas.com (14/01/2020) Kemunculan Keraton Agung Sejagat ini mulai dikenal publik setelah mereka mengadakan acara wilujengan dan kirab budaya pada Jumat (10/01/2020) hingga Minggu (12/01/2020). Keraton Agung Sejagat dipimpin oleh seseorang yang dipanggil Sinuwun bernama asli Toto Santoso Hadiningrat dan istrinya yang dipanggil Kanjeng Ratu yang memiliki nama Dyah Gitarja. Pihak Keraton Agung Sejagat mengklaim hingga kini memiliki pengikut sebanyak 450 orang.
Berdasarkan penelusuran Kompas.com sosok Toto Santoso Hadiningrat sebelumnya pernah mendirikan organisasi kemasyarakatan yang menamakan dirinya “Jogjakarta Development Committee” atau Jogja DEC. Melansir dari Antaranews (11/03/2016) organisasi Jogja DEC pada waktu itu membantah dirinya memiliki pola kegiatan mirip dengan Gerakan Fajar Nusantara yang heboh awal tahun itu. "Jogjakarta Development Committee bukan Gafatar ataupun Gafatar jilid dua, bukan teroris, akan tetapi didirikan dengan penuh welas asih untuk memanusiakan manusia," kata Toto yang saat itu menjadi Dewan Wali Amanat Panitia Pembangunan Dunia untuk Wilayah Nusantara.
Toto menyebut Jogja DEC didirikan guna membantu menjalankan misi kemanusiaan.
Menurut Toto, organisasi ini memiliki jaringan setingkat dunia yang didanai Lembaga Keuangan Tunggal dunia ESA Monetary Fund yang berpusat di Swiss. Ia mengatakan, DEC masuk Indonesia saat 2014 dan pertama mensosialisasikan gerakannya di Yogyakarta. Sementara itu, melansir dari Harian Tribun Jogja, organisasi ini berjanji akan memberikan dana antara 50 hingga 200 dollar AS pada anggotanya. Dalam konfrensi pers yang ia gelar di Ndalem Pujokusuman, Keparakan, Margangsan, Yogyakarta ia mengatakan pemilihan mata uang dollar adalah solusi agar perekonomian Indonesia dan dunia tak terpuruk yang menyebabkan potensi perang dunia ketiga. Bagi mereka yang telah bergabung maka akan mendapatkan NIK (Nomor Induk Kemanusiaan) yang disebutnya bersifat global. Ketika itu Toto mengklaim dirinya telah memiliki pengikut sebanyak 10 ribu orang.
Pertemuan yang diadakan Toto di Ndalem Pujokusuman 2016 silam mendapatkan komplain. Pemilik sekaligus pengurus Ndalem Pujokusuman terkejut rumahnya menjadi lokasi pertemuan organisasi Jogja DEC tersebut. Acara tersebut juga tak mendapat izin dari RT/RW setempat. Masih mengutip dari Harian Tribun Jogja, meski ketika itu Toto menyebut tak menarik biaya dari anggotanya, akan tetapi salah seorang anggota mengaku membayar Rp 15 ribu untuk bergabung. Sementara itu, Kepala Rescue DEC dari wilayah Subang, Misnar (51) mengatakan pihaknya bergabung karena diming-imingi mendapat Rp 500.000 tiap bulan. Tapi setelah satu tahun bergabung ia tak mendapatkan uang tersebut.
Advertisement
Kesimpulan
Pernyataan Toto Santoso "Yang Plonga Plongo Bisa Jadi Pemimpin, Masa Saya Ndak Boleh Jadi Raja?" ternyata hanya hasil suntingan.
Narasi yang disampaikan akun facebook Gusti Harto Sukrin tidak sesuai dengan fakta sebenarnya.
Reporter: Eka M
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia.
Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu.
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.