Cek Fakta: Penemuan Ikan Mas Jumbo Tak Ada Kaitannya dengan Tenggelamnya KM Sinar Bangun

Akun Facebook Fahmi Ramadhan mengaitkan penemuan ikan mas jumbo dengan tenggelamnya KM Sinar Bangun. Simak faktanya.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 11 Agu 2020, 21:00 WIB
Diterbitkan 11 Agu 2020, 21:00 WIB
Gambar Tangkapan Layar Foto Penangkapan Ikan Mas di Danau Toba
Gambar Tangkapan Layar Foto Penangkapan Ikan Mas di Danau Toba

Liputan6.com, Jakarta - Warga sekitar Danau Toba, Sumatera Utara dihebohkan dengan penangkapan ikan mas jumbo pada Sabtu 8 Agustus 2020. Video dan foto-foto ikan mas dengan berat 15 kilogram itu viral di media sosial.

Satu di antaranya diunggah oleh akun Facebook Fahmi Ramadhan pada 10 Agustus 2020. Akun Facebook Fahmi Ramadhan kemudian mengaitkan penangkapan ikan mas tersebut dengan peristiwa tenggelamnya KM Sinar Bangun.

"Masih ingat dengan Tragedi tenggelam nya KM. Sinar Bangun di Danau Toba???

Ya Tragedi yg menewaskan 150 lebih jiwa.Tragedi yg disebabkan kelebihan muatan kapasitas kapal tersebut, ditambah cuaca yg buruk.

Namun jika ditilik dari sisi Adat dan mitos yg berkembang di Danau Toba, kejadian tersebut dikaitkan dengan penangkapan Ikan Mas Besar berbobot 15 kg lebih oleh salah seorang pemancing sebelum kejadian tersebut.

Seperti yg kita ketahui bersama Danau Toba adalah Danau Vulkanik terbesar di Asia Tenggara yg menjadi Ikon pariwisata di Sumatera Utara, tpi dibalik keindahan nya, Danau ini menyimpan sejuta misteri dan mitos" yg menyelimuti nya, salah satunya adalah penunggu Danau yg dipercaya adalah Ikan mas besar , oleh karenanya masyarakat sekitar melarang penangkapan Ikan Mas yg ukurannya diatas kewajaran.

Namun tidak lama ini beredar kabar kalau ada seorang pemancing yg berhasil menangkap Ikan Mas berbobot 15 Kg di daerah Silalahi, Tanah Karo, yg masih perairan Danau Toba.Kita doakan saja semoga tidak ada tragedi serupa terjadi lagi di Danau Toba. Mari kita jaga kelestarian Alam sekitar. Jika kita menjaga Alam, Alam pun akan memberikan keramahan nya pada kita.Semoga kita tetap dilindungi Tuhan yg maha kuasa," tulis akun Facebook Fahmi Ramadhan.

Konten yang disebarkan akun Facebook Fahmi Ramadhan telah 125 kali dibagikan dan mendapat 390 komentar warganet.

 

Penelusuran Fakta

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim penangkapan ikan mas jumbo sebelum kejadian tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba. Penelusuran dilakukan menggunakan situs pencari Google Search dengan memasukkan kata kunci "ikan mas danau toba".

Hasilnya terdapat beberapa artikel yang menjelaskan mengenai peristiwa tersebut. Satu di antaranya artikel berjudul "Ikan Mas Seberat 15 Kg di Danau Toba Tertangkap, Warga Resah Akan Ada Musibah" yang ditayangkan situs kumparan.com pada 10 Agustus 2020.

Sebuah video warga di Tao Silalahi, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, memperlihatkan seekor ikan mas berukuran raksasa berhasil ditangkap. Bahkan, saking besarnya, ikan tersebut tampak harus dipeluk oleh warga yang hendak mengabadikannya dengan foto.

Video detik-detik penangkapan ikan mas raksasa tersebut pertama kali diunggah oleh akun Facebook Juliarson Saragih pada, Sabtu (8/8). Ia dan teman-temannya saat itu tengah memancing di Danau Toba, Tao Silalahi. "Berhasil mendarat dengan sempurna ikan mas 15 kg," tulisnya.

Dalam video yang diunggah Juliarson, ia bersama empat orang temannya tengah memancing di Danau Toba. Namun, seketika, mereka terkejut karena umpan joran pancing milik seorang temannya memakai baju abu-abu dimakan oleh ikan.

Tak ayal, video detik-detik penangkapan ikan tersebut tampak tak berjalan dengan mudah. Ia bahkan harus dibantu oleh seorang temannya agar ikan mas raksasa itu bisa dibawa ke daratan.

Selain itu, seorang pria juga terlihat turun ke danau untuk mengangkat ikan mas yang disebut berbobot 15 kilogram tersebut. Bahkan, saking besarnya, ikan tersebut harus dibawa oleh dua orang pria.

Namun, setelah diunggah dua hari lalu, video itu kemudian viral. Bahkan, banyak warganet yang menyarankan agar ikan tersebut dikembalikan ke danau karena dianggap bisa menyebabkan bencana.

Diketahui, hal serupa juga pernah terjadi sebelum peristiwa tragedi KM Sinar Bangun pada Juni 2018 silam. Saat itu, seorang warga mendapat ikan mas raksasa yang ditaksir memiliki berat 13,5 kilogram. Namun, nahas, setelah penangkapan ikan mas raksasa itu, peristiwa mengerikan pun terjadi dengan tenggelamnya KM Sinar Bangun yang menewaskan ratusan orang.

Dengan hal itu, sejumlah warganet pun beranggapan bahwa ikan mas raksasa tersebut sebaiknya dikembalikan saja. Pasalnya, dari kabar yang beredar, banyak orang beranggapan, bahwa ikan mas itu merupakan sebuah tanda musibah.

Akan tetapi, meski dianggap sebagai mitos, namun sejumlah warganet khawatir dengan penangkapan ikan mas raksasa berbobot 15 kilogram tersebut. Hingga kinin, video tersebut telah dilihat ribuan orang dan telah beredar luas di berbagai jejaring media sosial. "Kalau bisa dilepas aja to, jangan dimasak, kasihan. Cobalah ikan sebesar itu, jangan terjadi kesekian kalinya yang pernah dialami dulu," ucap Elprida Lestari Nainggolan Parhusip. "Kalau saya bagusnya dilepas aja udah segitu besarnya lagian sebentar lagi bertelur itu. Jadi, bisa dilestarikan biar makin banyak bibit ikan masnya tambah," lanjut Hutahaean Tommy.

"Jadi ingat kejadian-kejadian di danau toba yang katanya berawal dari dapatnya ikan mas yang gede berujung bencana. Sebaiknya dilepas aja bang. Kasihan juga ikannya," timpal Mutya Annisa Hafsah.

Liputan6.com juga menemukan artikel yang menjelaskan mengenai insiden tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba. Adalah artikel berjudul "Tragedi Karamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba" yang dimuat situs detik.com pada 26 Desember 2018 lalu.

Jakarta - Kapal Motor (KM) Sinar Bangun tenggelam di Danau Toba, Sumatera Utara, mengalami kecelakaan pada 12 Juni 2018 lampau. Peristiwa itu menjadi tragedi transportasi yang tak boleh terulang lagi.

Senin (12/6/2018), masih dalam suasana libur lebaran, sekitar pukul 16.00 WIB sore, KM Sinar Bangun yang berangkat dari Pelabuhan Simanindo di Pulau Samosir ke Tigaras diketahui mengalami kecelakaan.

21 Orang berhasil dievakuasi, 3 orang di antaranya tewas. Sebanyak 164 orang dinyatakan hilang.

Kapal karam di kedalaman 450 meter. Pencarian dan evakuasi korban sulit dilakukan. Selain angin kencang dan ombak yang sempat menghalangi pencarian, kondisi di dalam air juga tidak mudah ditangani, ada pula ganggang yang menghalangi. "Di dalam sudah diselami sampai kedalaman 50 meter, tidak ditemukan apa-apa karena cukup gelap, keruh, dan airnya dingin sekali," kata Kabasarnas M Syaugi di Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Jakarta, Rabu (20/6/2018).

Jarak pandang sangat terbatas gara-gara keruhnya air, sekitar 5 meter saja. Dua alat remotely operated underwater vehicle (ROV) portable dikerahkan untuk menyelami dasar danau.

22 Juni, Nakhoda KM Sinar Bangun bernama SS ditetapkan sebagai tersangka. Tiga hari kemudian dipastikan bahwa tiga orang pegawai Dinas Perhubungan Sumatera Utara juga ditetapkan sebagai tersangka dan dikenakan Pasal 302 dan 303 UU No 17 tahun 2008 tentang Pelayaran jo Pasal 359. Ketiga oknum tersebut masing- masing Kepala Bidang Angkutan Sungai dan Danau Rihard Sitanggang, Kapos Pelabuhan Simanindo Golpa F. Putra dan pegawai honorer Dishub Samosir Karnilan Sitanggang.

Kabid Humas Polda Sumut, AKBP Tatan Dirsan Atmaja menyatakan kapal itu melaju tanpa manifes. Data penumpang sulit dipastikan. Namun ratusan orang mencari keluarganya, berharap selamat dari kapal nahas itu. Kapal itu dinyatakan Idrus Marham (saat itu sebagai Menteri Sosial) kelebihan muatan. Kapal yang harusnya berkapasitas 40 orang saja, ternyata diisi hingga 200 orang. Korban meninggal dunia mendapat santunan dari Mensos masing-masing RP 15 juta.

"Kita melihat kasus ini terjadi bukan hanya karena masalah kesalahan murni daripada nakhoda sebagai pengemudi dan pemilik kapal," kata Kapolri Jenderal Tito Karnavian dalam jumpa pers di Gedung Pusdalsis Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (25/6/2018).

Tito melihat tragedi ini juga akibat sistem dan manajemen transportasi, juga regulasi yang tidak dipenuhi. Kapal kelebihan muatan, tak ada manifes penumpang.

Pencarian sempat diperluas. Namun karena sulitnya pencarian dan pertimbangan kondisi jasad korban di dasar Danau Toba, maka Operasi SAR Nasional dihentikan pada 3 Juli 2018.

Tak terima dengan penghentian pencarian itu, aktivis Ratna Sarumpaet adu mulut dengan Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan di Posko Tim Pencarian KM Sinar Bangun, Pelabuhan Tigaras, Kabupaten Simalungun, Senin (2/7/2018) sekitar pukul 09.00 WIB.

"Mau minta sama Pak Luhut ya. Ini (pencarian korban KM Sinar Bangun) nggak boleh dihentikan," kata Ratna.

Luhut juga bereaksi keras, "Kamu bukan prioritas saya pertama. Prioritas saya rakyat ini. Kamu macam-macam... Kau boleh ngomong sama orang lain macam-macam. Jangan sama saya! Ngerti kau!" ujar Luhut. Protes Ratna juga disanggah oleh seorang perempuan dari unsur masyarakat.

Pihak Istana Kepresidenan membela Luhut. Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin menilai Ratna telah memprovokasi keluarga korban KM Sinar Bangun.

"Menurut saya, tidak boleh ada yang main di air keruh. Tidak boleh, siapa pun itu," tutur Ngabalin kepada detikcom, Selasa (3/7/2018). Ratna membalas kembali dengan pernyataan, "Kasih tahu sama Ngabalin, jangan asal ngomong saja dia. Dasar penjilat."

Kepala SAR Medan santai menanggapi aksi Ratna. "Itu kami nggak peduli. Suruh saja Bu Ratna nyelam, ha-ha-ha...," ujar Kepala SAR Medan sekaligus Koordinator Tim Pencarian KM Sinar Bangun, Budiawan, kepada detikcom, Selasa (3/7/2018). Ratna bereaksi balik, "Ini negara demokrasi, jangan ngomong suruh nyelem, nyelem kan nggak ada gunanya kecuali dia ada cara lain yang mungkin dia minta anjuran apa, jangan kasar gitu lah, kampungan!"

 

Kesimpulan

Klaim tentang penangkapan ikan mas jumbo sebelum kejadian tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba ternyata tidak benar. Insiden tenggelamnya KM Sinar Bangun terjadi pada Juni 2018 lalu, jauh sebelum penangkapan ikan mas jumbo oleh warga. Insiden karamnya KM Sinar Bangun tidak ada hubungannya dengan penemuan ikan mas jumbo di Danau Toba.

banner cek fakta (Sebagian Salah)
banner cek fakta

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya