Liputan6.com, Jakarta - Pandemi virus corona covid-19 masih terjadi di seluruh dunia. Hingga Kamis (17/9/2020) terdapat 29.444.198Â kasus dan menewaskan 931.321 orang.
Bersamaan dengan pandemi ini muncul masalah yang tak kalah pelik. Yakni misinformasi, berita palsu dan hoaks terkait covid-19 yang disebut infodemik.
Di semua negara infodemik menimbulkan kerugian besar. Bahkan di Iran, ratusan orang tewas karena meminum methanol alkohol yang disebut bisa menyembuhkan pasien covid-19.
Advertisement
Tak hanya itu saat ini banyak juga hoaks bermunculan terkait vaksin covid-19. Sehingga ada potensi ada penolakan untuk vaksin jika diketemukan nantinya.
WHO pun tak tinggal diam melawan infodemik soal covid-19. Lalu apa saja langkah yang dilakukan Organisasi Kesehatan Dunia itu untuk melawan infodemik, berikut ulasannya seperti dilansir laman resmi WHO.
1. Menyisir website yang berikan informasi palsu
Berdasar sebuah studi kebanyakan hoaks yang beredar dan dilabeli palsu oleh lembaga pemeriksa fakta adalah yang berkaitan dengan kebijakan yang diambil oleh pemerintah, WHO, ataupun PBB.
Salah satu contoh mencolok dari hal ini adalah "Plandemi", video teori konspirasi berdurasi 26 menit yang secara keliru menuduh Dr Anthony Fauci, pakar penyakit menular terkemuka di Amerika Serikat, memproduksi virus dan mengirimkannya ke China.
Video yang sama secara palsu mengklaim bahwa memakai masker akan menyebabkan infeksi diri. Lebih dari 8 juta orang menonton video tersebut di media sosial sebelum dihapus.
Untuk mengatasinya, WHO memberikan informasi yang jelas terkait covid-19 di websitenya. Mereka memberikan penjelasan tentang banyak pertanyaan dan mitos di masyarakat soal covid-19.
WHO juga bekerja sama dengan platform media sosial dan perusahaan teknologi untuk membantu menghentikan hoaks. Saat ini WHO bekerja sama dengan lebih dari 50 perusahaan digital dan platform media sosial termasuk TikTok, Google, Viber, WhatsApp, Tinder dan YouTube untuk memastikan bahwa pesan kesehatan berbasis sains dari organisasi atau sumber resmi lainnya muncul pertama kali ketika orang mencari informasi terkait covid-19.
Advertisement
2. Menggunakan kecerdasan buatan (AI)
Setiap pekan WHO bekerja sama dengan perusahaan analitik mereview 1,6 juta informasi di lintas platform media sosial untuk mengetahui apa yang dicari masyarakat soal covid-19.
Dari review yang dilakukan menggunakan bantuan AI, maka WHO bisa mengembangkan strategi ofensif yang efektif dan meredakan kekhawatiran publik sebelum informasi yang salah dapat berkembang.
"Setelah 2,5 bulan menggunakan teknologi ini maka kami melihat ada topik hoaks yang berulang. Sehingga kami harus mengeluarkan klarifikasinya lagi sebelum hoaks yang sama tersebar lagi," ujar Tim Nguyen, salah satu juru bicara dari WHO yang menangangi infodemik.
Tak hanya lewat dunia maya, WHO juga bekerja sama dengan beberapa organisasi di dunia lewat kampanye UN Global Pulse. Dalam program ini seluruh informasi yang terkait covid-19 akan diterjemahkan ke bahasa masing-masing negara dan disebarkan melalui semua saluran media, termasuk radio.
3. Menggandeng komunitas lokal
WHO menyadari informasi soal covid-19 harus diterapkan berbeda di masing-masing negara. Itu sebabnya mereka menggandeng pemuda, jurnalis, dan organisasi berbasis agama untuk bersama-sama mengembangkan panduan yang disesuaikan dengan setiap konteks dan komunitas selain menggandeng pemerintah setempat.
Soal mencuci tangan misalnya. Ada beberapa negara yang mustahil menerapkan cara cuci tangan seperti yang direkomendasikan WHO karena keterbatasan air dan sabun.
Selain itu ada beberapa pedoman yang dikembangkan WHO menyesuaikan dengan agama yang ada seperti mendorong jamaah untuk menyelesaikan wudhu di rumah daripada di tempat ibadah dan bahkan cara mengubur orang yang dicintai sambil mematuhi batasan protokol kesehatan yang dianjurkan.
"Sangat penting untuk bekerja dengan kelompok ini yang lebih memahami orang yang mereka sayangi daripada kami. Kami sedang mengembangkan panduan bersama individu yang terpengaruh secara langsung dan dapat membantu kami menerapkan praktik tertentu yang mengarah pada perubahan perilaku," ujar Nguyen.
Advertisement
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia.Â
Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu.Â
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.