Cek Fakta: Hoaks Tulisan Robert Oswald, Profesor dari Cornell University terkait Covid-19

Beredar di media sosial postingan terkait covid-19 yang mengatasnamakan Robert Oswald, virologis dan immunologis dari Cornell University.

oleh Adyaksa Vidi diperbarui 01 Jan 2021, 14:00 WIB
Diterbitkan 01 Jan 2021, 14:00 WIB
Cek Fakta tulisan Robert Oswald soal covid-19
Cek Fakta tulisan Robert Oswald soal covid-19

Liputan6.com, Jakarta - Beredar di media sosial postingan terkait covid-19 yang mengatasnamakan Robert Oswald, virologis dan immunologis dari Cornell University. Robert disebut tidak percaya adanya covid-19.

Salah satu akun yang mempostingnya bernama Vernon Medeiros. Dia mengunggahnya pada 31 Desember 2020.

Berikut isi postingannya:

"Stanford, Cornell and five other California university labs “found C19 imaginary, fictitious, not a virus and were suing the CDC for Covid Fraud,” Rob Oswald, PhD in virology and immunology, Cornell University: https://www.vet.cornell.edu/res.../faculty/robert-oswald-phd“So what we’re dealing with is just another flu strain like every year, C19 does not exist and is fictitious. I believe China and the globalists orchestrated this COVID hoax (the flu disguised as a novel virus) to bring in global tyranny and a worldwide police totalitarian surveillance state, and this plot included massive Election Fraud.“I have a PhD in virology and immunology. I’m a clinical lab scientist and have tested 1500 “supposed” positive C19 samples collected here in S. California. When my lab team and I did the testing through Koch’s postulates and observation under a SEM (scanning electron microscope), we found NO Covid in any of the 1500 samples. What we found was that all of the 1500 samples were mostly Influenza A and some were influenza B, but not a single case of Covid, and we did not use the B.S. PCR test.“We then sent the remainder of the samples to Stanford, Cornell, and a few of the University of California labs and they found the same results as we did, NO COVID. They found influenza A and B. All of us then spoke to the CDC and asked for viable samples of COVID, which CDC said they could not provide as they did not have any samples.“We have now come to the firm conclusion through all our research and lab work, that the C19 was imaginary and fictitious. The flu was called Covid and most of the 225,000 dead were dead through co-morbidities such as heart disease, cancer, diabetes, emphysema etc. and they then got the flu which further weakened their immune system and they died. I have yet to find a single viable sample of C19 to work with.“We at the seven universities that did the lab tests on these 1500 samples are now suing the CDC for C19 fraud. The CDC has yet to send us a single viable, isolated and purified sample of C19. If they can’t or won’t send us a viable sample, I say there is no C19, it is fictitious. The four research papers that do describe the genomic extracts of the C19 virus never were successful in isolating and purifying the samples. All the four papers written on C19 only describe small bits of RNA which were only 37 to 40 base pairs long which is NOT A VIRUS. A viral genome is typically 30,000 to 40,000 base pairs.“With as bad as Covid is supposed to be all over the place, how come no one in any lab worldwide has ever isolated and purified this virus in its entirety? That’s because they’ve never really found the virus, all they’ve ever found was small pieces of RNA which were never identified as the virus anyway.”

atau dalam Bahasa Indonesia:

"Stanford, Cornell, dan lima laboratorium universitas California lainnya “menemukan C19 khayalan, fiktif, bukan virus dan menuntut CDC untuk Penipuan Covid,” Rob Oswald, PhD dalam virologi dan imunologi, Universitas Cornell: https: //www.vet.cornell .edu / res ... / fakultas / robert-oswald-phd“Jadi yang kami hadapi hanyalah jenis flu lain seperti setiap tahun, C19 tidak ada dan bersifat fiktif. Saya percaya China dan globalis mengatur tipuan COVID ini (flu yang disamarkan sebagai virus baru) untuk membawa tirani global dan negara pengawasan totaliter polisi di seluruh dunia, dan plot ini termasuk Penipuan Pemilu besar-besaran.“Saya memiliki gelar PhD di bidang virologi dan imunologi. Saya adalah seorang ilmuwan laboratorium klinis dan telah menguji 1.500 sampel C19 yang "diduga" positif yang dikumpulkan di sini di S. California. Ketika tim lab saya dan saya melakukan pengujian melalui postulat dan observasi Koch di bawah SEM (mikroskop elektron scanning), kami menemukan NO Covid di salah satu dari 1500 sampel. Apa yang kami temukan adalah bahwa semua dari 1500 sampel sebagian besar adalah Influenza A dan beberapa di antaranya adalah influenza B, tetapi tidak ada satu kasus Covid, dan kami tidak menggunakan B.S. Tes PCR.“Kami kemudian mengirimkan sisa sampel ke Stanford, Cornell, dan beberapa laboratorium Universitas California dan mereka menemukan hasil yang sama seperti yang kami lakukan, TIDAK ADA COVID. Mereka menemukan influenza A dan B. Kami semua kemudian berbicara dengan CDC dan meminta sampel COVID yang layak, yang menurut CDC tidak dapat mereka berikan karena mereka tidak memiliki sampel.“Kami sekarang telah sampai pada kesimpulan yang pasti melalui semua penelitian dan pekerjaan lab kami, bahwa C19 adalah khayalan dan fiktif. Flu itu disebut Covid dan sebagian besar dari 225.000 orang meninggal karena penyakit penyerta seperti penyakit jantung, kanker, diabetes, emfisema, dll. Dan mereka kemudian terkena flu yang selanjutnya melemahkan sistem kekebalan mereka dan mereka meninggal. Saya belum menemukan satu pun sampel C19 yang layak untuk digunakan.“Kami di tujuh universitas yang melakukan tes laboratorium pada 1500 sampel ini sekarang menuntut CDC untuk penipuan C19. CDC belum mengirimkan satu pun sampel C19 yang layak, terisolasi, dan dimurnikan. Jika mereka tidak dapat atau tidak mau mengirimkan sampel yang layak, menurut saya tidak ada C19, itu fiktif. Empat makalah penelitian yang menggambarkan ekstrak genomik virus C19 tidak pernah berhasil mengisolasi dan memurnikan sampel. Keempat makalah yang ditulis pada C19 hanya menjelaskan bit-bit kecil RNA yang panjangnya hanya 37 sampai 40 pasangan basa yang BUKAN VIRUS. Genom virus biasanya 30.000 hingga 40.000 pasangan basa.“Dengan Covid yang seharusnya ada di mana-mana, kenapa tidak ada seorang pun di lab mana pun di seluruh dunia yang pernah mengisolasi dan memurnikan virus ini secara keseluruhan? Itu karena mereka tidak pernah benar-benar menemukan virusnya, yang pernah mereka temukan hanyalah potongan kecil RNA yang tidak pernah diidentifikasi sebagai virus. "

Lalu benarkah Robert Oswald menulis covid-19 itu tidak ada seperti dalam postingan?

Saksikan video pilihan berikut ini:

Penelusuran Fakta

CEK FAKTA Liputan6
CEK FAKTA Liputan6 (Liputan6.com/Abdillah)

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dan menemukan artikel dari Snopes.com berjudul "Did Dr. Rob Oswald Claim COVID-19 Was a Hoax?" yang tayang 28 Desember 2020.

Dalam artikel tersebut terdapat penjelasan tulisan itu telah tersebar sejak awal Desember lalu. Awalnya tulisan itu ditulis oleh blogger anonimus bernama 'Sojourner' di dalam artikel yang dipublikasikan di Wadeburleson.org.

Awalnya tulisan itu banyak dipertanyakan kebenarannya. Namun Sojourner mengklaim tulisan itu berasal dari seseorang yang bereputasi yakni Rob Oswald. Tetapi terbukti tulisan itu hoaks dan bukan dari Oswald.

Dalam website Cornell University, Oswald sendiri memberikan bantahannya dan memberikan komentarnya terkait covid-19. Berikut link website Cornell University terkait profil Robert Oswald...

"Covid-19 adalah nyata. Setiap posting Facebook yang menyarankan sebaliknya adalah hoaks dan tidak benar. Pakailah masker, jaga jarak, dan dapatkan vaksin jika sudah tersedia," ujar Oswald.

Snopes.com juga telah menghubungi Rob Oswald secara langsung untuk meminta konfirmasi.

"Saya jelas tidak menulis ini dan jujur agak mengerikan membacanya. Dalam tulisan ini mencantumkan saya sebagai ahli virologi dan ahli imunologi yang tinggal di California Selatan dan tidak ada satupun deskripsi yang cocok dengan saya," ujar Oswald.

"Selain itu tulisan menyebut Cornell akan mengajukan tuntutan pada CDC dan itu sama sekali tidak benar. Cornell justru menjadi yang terdepan dalam penelitian dan pengujian pada covid-19 agar tidak terus menyebar. Sungguh sangat mengecewakan tulisan itu membawa-bawa nama Cornell University."

Oswald juga menambahkan isi tulisan itu sama sekali tidak berdasar penjelasannya.

"Konten artikel itu sama sekali salah. Virus itu telah dipelajari dengan sangat baik, mendapatkan sekuens genom lengkap dari pasien. Anda dapat melihatnya di link ini...."

"Menulis bahwa virus itu tidak ada sangat salah. Salah satu dari mantan siswa kami juga pernah menulisnya dan itu bisa dilihat di sini...."

Kesimpulan

banner Hoax
banner Hoax (Liputan6.com/Abdillah)

Postingan yang berisi tulisan dari Robert Oswald yang menyebut covid-19 tidak ada adalah hoaks.

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya