MUI Garut: Hoaks Sangat Berbahaya, Bisa Timbulkan Disintegrasi Bangsa

Pengguna media sosial diminta tidak menyebarkan informasi yang belum tentu benar. Sehingga bisa terhindar dari pengaruh hoaks.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 06 Agu 2021, 19:00 WIB
Diterbitkan 06 Agu 2021, 19:00 WIB
ilustrasi Hoax
ilustrasi Hoax {Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta - Maraknya informasi bohong atau hoaks di media sosial menjadi sorotan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Garut, Jawa Barat. Hoaks yang kian masif dianggap berbahaya dan bisa menimbulkan disintegrasi bangsa.

Hal itu disampaikan Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Garut, Jawa Barat, KH Cecep Jaya Karama dalam acara seminar daring bertajuk "Webinar Pencegahan Hoax", Jumat (6/8/2021).

"Karena dari hoaks itu akan timbul bahaya, seperti bahaya disintegrasi bangsa, maka bahaya itu harus dihilangkan," kata Cecep.

Karena itu, Cecep mendorong pemerintah membuat aturan perundang-undangan yang lebih baik guna mencegah penyebaran hoaks di media sosial. Ia berpendapat, media sosial saat ini banyak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

"Pemerintah sebaiknya membuat kebijakan untuk kemaslahatan umum. Artinya apabila medsos ini sudah banyak disalahgunakan, apalagi digunakan untuk menyebarkan hoaks, maka harus ada aturan, regulasi yang menjamin kemaslahatan umat. Supaya warga ini tidak menjadi sasaran empuk dari orang-orang yang menyebarkan hoaks," tutur Cecep.

Di sisi lain, Cecep menyebut, dalam ajaran Islam menyebarkan informasi yang belum tentu benar, hoaks, dan semacamnya termasuk dalam keburukan.

Cecep menuturkan, ada beberapa surat di Alquran dan hadist yang memerintahkan umat islam menjaga kejujuran dan menjauhi kebohongan. Termasuk dengan tidak menyebarkan hoaks dan informasi palsu.

"Kejujuran itu mendorong seseorang menuju kebaikan. Sesungguhnya kebohongan itu mendorong seseorang kepada keburukan," ucap Cecep.

Karena itu, Cecep mengimbau, kepada masyarakat dan pengguna media sosial untuk tidak menyebarkan informasi yang belum tentu benar. Sehingga bisa terhindar dari pengaruh hoaks.

"Kita harus punya filter, mana informasi yang harus kita sebarkan ke orang lain, mana informasi yang cukup sampai di kita saja. Artinya setiap berita atau informasi yang belum tentu kebenarannya ya jangan di-share. Harus dicek dulu faktanya," tutup Cecep.

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan <a href="https://wa.me/628119787670?

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya