Liputan6.com, Jakarta - Beredar di media sosial dan aplikasi percakapan postingan video yang menyebut sejumlah atlet meninggal dunia karena terkena Sudden Arrythmic Death Syndrome (SADS) atau kematian yang terjadi secara tiba-tiba akibat serangan jantung setelah divaksin covid-19. Postingan ini beredar sejak beberapa waktu lalu.
Baca Juga
Advertisement
Dalam postingan video berdurasi 58 detik itu terdapat potongan-potongan video atlet yang tiba-tiba pingsan atau terjatuh di lapangan.
Selain itu terdapat potongan artikel mengenai meninggalnya atlet di seluruh dunia karena serangan jantung. Postingan ini disertai narasi:
"Mysterious deaths of athletes around the world following the rollout of experimental mRNA vaccines is being written off in the media as "sudden adult death syndrome (SADS)."
This is the price of people allowing themselves to be ruled by Satanic leaders, Zionists, and international finance capital"
Â
atau dalam Bahasa Indonesia
"Kematian misterius atlet di seluruh dunia setelah peluncuran vaksin mRNA eksperimental sedang ditulis di media sebagai" sindrom kematian orang dewasa mendadak (SADS)."
Ini adalah harga dari orang-orang yang membiarkan diri mereka diperintah oleh para pemimpin setan, Zionis, dan modal keuangan internasional"
Lalu benarkah postingan video yang menyebut vaksin covid-19 menyebabkan SADS dan membuat atlet meninggal dunia secara mendadak?
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Â
Penelusuran Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dengan memasukkan kata kunci "vaccines covid-19 SADS" di mesin pencarian Google. Hasilnya ada artikel berjudul "Covid-19 vaccines not linked to Sudden Arrhythmic Death Syndromes" yang tayang di AFP Fact Check pada 25 Juni 2022.
Di sana terdapat penjelasan Cyrus Hadadi, Direktur Asosiasi Penelitian Aritmia Jantung di Medstar Heart&Vascular Institute, Washington.
"Sebagai kardiologis kami sudah menangani SADS selama bertahun-tahun. Tidak ada bukti bahwa SADS disebabkan oleh vaksin covid-19," ujar Hadadi.
"Setiap kasus SADS memang unik, namun kebanyakan adalah karena faktor keturunan dari orang tuanya," katanya menambahkan.
Selain itu ada penjelasan dari Health Canada bahwa tidak ada peningkatan laporan SADS sejak vaksin covid-19 mulai diluncurkan.
"Hingga saat ini tidak ada laporan SADS setelah vaksinasi Covid-19 yang disampaikan ke Badan Kesehatan Masyarakat atau Kesehatan Kanada. Manfaat vaksin yang sudah disahkan di Kanada lebih besar daripada risikonya," bunyi pernyataan Health Canada, 23 Juni 2022 pada AFP Fact Check.
Selain itu Cek Fakta Liputan6.com menemukan artikel dari Politifact berjudul "Claims connecting sudden death in athletes to COVID-19 vaccines fall short of scrutiny" pada 23 Juni 2022.
"Hingga sekarang saya tidak mengetahui adanya komplikasi jantung terkait vaksin covid-19 di dunia olahraga profesional," ujar Matthew Martinez, ahli jantung olahraga yang bekerja untuk National Football League, MLS, NBA, dan NHL dilansir Politifact.
Yayasan SADS di Amerikas Serikat mengeluarkan pernyataan resmi terkait postingan video yang banyak dibagikan di media sosial.
"Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa salah satu vaksin Covid-19 yang tersedia menyebabkan orang mengembangkan kondisi SADS, atau membuat kondisi SADS orang lebih parah," bunyi pernyataan The SADS Foundation dilansir The Print.in.
Sumber:
https://factcheck.afp.com/doc.afp.com.32D388Z
https://www.politifact.com/factchecks/2022/jun/23/instagram-posts/claims-connecting-sudden-death-athletes-covid-19-v/
https://theprint.in/india/pti-fact-check-covid-vaccines-not-linked-to-sudden-adult-death-syndrome-say-scientists/1036728/
https://fullfact.org/online/covid19-vaccine-sads-deaths/
Â
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Kesimpulan
Postingan video yang menyebut vaksin covid-19 menyebabkan SADS dan membuat atlet meninggal dunia secara mendadak adalah tidak benar.
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.
Advertisement