Hoaks dan Penipuan Digital Marak, Waspadai Social Engineering

Jangan terbawa emosi sekejap dan bertindak gegabah. Hal ini dapat meminimalisasi anda terjerumus dalam social engineering.

oleh Anasthasia Yuliana Winata diperbarui 22 Mei 2023, 20:30 WIB
Diterbitkan 22 Mei 2023, 20:30 WIB
Menghubungi Relasi
Ilustrasi Menelpon Credit: pexels.com/Anna

Liputan6.com, Jakarta - Di era digital saat ini, kejahatan dan kriminal kini sudah merambah ke internet dan media sosial. Sering kali masyarakat menemukan hoaks, penipuan, phishing, misinformasi, dan kejahatan siber lainnya. Modusnya pun canggih dan tampak nyata sehingga memakan banyak korban. 

Dari banyak bentuk modus dan taktik untuk melakukan kejahatan siber, terdapat salah satu modus yang sudah lama dan terus diterapkan hingga saat ini. Modus ini dikenal dengan social engineering. Dari katanya dapat dilihat social yang berkaitan dengan aspek sosial manusia.

Social engineering merupakan taktik yang dilakukan oknum untuk menipu serta mendapatkan askes atau informasi dengan cara memanipulasi psikologis target. Biasanya dilakukan dengan berinteraksi langsung dengan target. Modus social engineering dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu melalui tulisan, video atau gambar, hingga suara.

Modus social engineering biasa dilakukan oknum dengan menelepon target, mengatakan bahwa anak target kecelakaan dan perlu biaya untuk segera ditindak. Contoh kasus lainnya, dengan gambar emosional yang menyentuh agar diklik untuk diretas dengan malware, menggunakan kalimat persuasif (ajakan) dan modus lainnya.

Waspada dan Jangan Lengah

Ilustrasi berjabat tangan, menyapa, sapaan, ramah
Ilustrasi berjabat tangan, menyapa, sapaan, ramah. (Photo by George Milton: pexels)

Septiaji Eko Nugroho, Ketua Presidium Mafindo dan Dewan Pengarah Siberkreasi mengatakan, social engineering saat ini mudah dilakukan di Indonesia karena ada beberapa faktor.

“Yang pertama adalah data-data pribadi kita ini sedikit banyak sudah tersebar kemana-mana ya. Beberapa data yang mungkin sudah kita masukan ke platform milik pemerintah atau platform digital seperti marketplace,”  tutur Septiaji dalam webinar bertajuk Waspada Tukang Tipu Digital yang diselenggarakan oleh Kata Data, (15/5/2023).

Data pribadi yang dimaksud Septiaji yaitu nama, nomor handphone, alamat, email, hingga data-data keluarga. 

Selain itu terdapat pengaruh dari faktor sikap masyarakat Indonesia. Septiaji menyampaikan bahwa masyarakat Indonesia memiliki sikap Asia Timur yang ramah, tidak enakan, dan mudah percaya. Sikap inilah yang membuat modus social engineering mudah dilakukan di masyarakat Indonesia.

Maka dari itu ketika mendapatkan informasi apapun bentuknya, tetap tenang dan berpikir kritis. Jangan terbawa emosi sekejap dan bertindak gegabah. Hal ini dapat meminimalisasi anda terjerumus dalam social engineering.

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Kebiasaan Memiringkan Kepala saat Mengangkat Telepon
Ilustrasi Sedang Menelpon Credit: pexels.com/mentatdgt
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya