Liputan6.com, Jakarta- Kampanye Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 diperkirakaan akan diwarnai oleh hoaks, hal ini harus diantisipasi dengan menggalakan literasi digital untuk membentengi masyarakat agar tak terpengaruh kabar bohong tersebut.
Koordinator Komite Pemilih Indonesia Jeirry Sumampow mengatakan pelaksanaan Pemilu 2024 tidak akan terlepas dari hoaks yang beredar di tengah masyarakat, khususnya yang dibagikan lewat media sosial.
Baca Juga
"Hoaks ini tidak hanya dalam rangka Pemilu tapi pada komunikasi kita dalam sehari-hari ada hoaks, apagi pemilu orang berkompetisi menggunakan media sosial dengan mudahnya hoaks terjadi di sana," kata Jeirry, dalam program Virtual Class Cek Fakta, dikutip Minggu (2/7/2023).
Advertisement
Menurut Jeirry hoaks tersebut dibuat oleh pihak yang memiliki kepentingan memenangkan persaingan dalam kancah Pemilu dan juga oleh pihak yang menginginkan situasi politik tidak kondusif untuk membuat negara tidak stabil. Kondisi ini tentu menjadi tantangan agar kita tidak mudah terpecah oleh informasi palsu tersebut.
"Justru tantangan kita paling penting adalah bagaimana hoaks ini tidak membuat kita semakin terpecah belah karena provokasi informasi yang diproduksi oleh pihak yang punya kepentingan," tuturnya.
Dia mengungkapkan, perlu digalakan literasi digital untuk membentengi masyarakat dari hoaks yang dapat menimbulkan situasi politik tak kondusif, khusunya bagi generasi muda yang akrab dengan dunia digital tetapi pemahaman tentang pemilunya terbatas.
"Mereka familiar betul dengan media digital sekarang, cuma pertanyaanya seberapa besar mereka mengakses informasi berkait dengan pemilu itu sangat penting mereka mendapat informasi yang benar," ucapnya.
Media Sosial Jadi Saluran Penyebar Hoaks
Jeirry menuturkan media sosial masih menjadi tempat penyebaran hoaks seputar Pemilu 2024 paling mudah dan tanpa mengeluarkan biaya besar, informasi yang disampaikan lewat saluran komunikasi tersebut pun dapat mempengaruhi publik.
"Memang media sosial sekarag sudah menjadi media untuk mempengaruhi publik," katanya.
Menurut Jeirry, hoaks politik yang beredar lewat media sosial bisa saja berasal dari lawan polik salah satu peserta pemilihan baik itu calon legislatif, kepala daerah atau peresiden, dengan tujuan penyebaran informasi palsu tersebut untuk menguntungkan salah satu pihak.
"Bisa saja hoaks datang dari lawan peserta pemilu dalam rangka membuat opini secara lansung tidak langsung menguntungkan," tutupnya.
Advertisement
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.