Liputan6.com, Jakarta - Anggota Dewan Pers, Atmaji Sapto Anggoro mengajak semua pihak, pers dan insan jurnalis untuk menghindari kecenderungan meneruskan hoaks termasuk dalam situasi pemilu seperti saat ini.
"Salah satu cara mencegah, pastikan, tanya dulu apakah itu benar informasi atau tidak. Kalau tidak (ada yang bisa memastikan kebenarannya) jangan di-share ya, kalau belum tahu pasti tidak meng-share, nah itu sudah mencegah," kata Anggota Dewan Pers, Atmaji Sapto Anggoro dilansir dari Antara, Kamis (28/9/2023).
Advertisement
Baca Juga
Sapto mengatakan, kebiasaan atau kecenderungan meneruskan hoaks terjadi karena keterkaitan beberapa hal, yakni sifat yang suka berbagi informasi, malas membaca isi informasi, hanya melihat judul informasi, senang atau bangga menjadi yang pertama.
"Mencari sensasi, tidak paham, bahwa isu itu hoaks dan mengikuti tren,"Â ucap dia.
Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo), kata Sapto, telah mengadakan riset dan memperoleh data bahwa selama 2022 ditemukan 1.698 informasi hoaks di media sosial.
"Saluran penyebaran informasi hoaks adalah, nomor satu (lewat) Facebook 36,9 persen, (kemudian) Twitter 24,5 persen, WhatsApp 13,6 persen, TikTok 9 persen, lain-lain 16 persen," tambah Sapto.
Kemudian untuk meneliti hoaks atau tidaknya sebuah informasi, kata dia, perlu mewaspadai judul yang berbau provokatif.
"Perhatikan alamat situs, jika dari lembaga atau media resmi, informasinya lebih bisa dipertanggungjawabkan. Jika tidak ada alamat situs dari lembaga atau media resmi atau hanya alamat link pribadi, maka kebenarannya lebih tidak bisa menjadi pegangan," ucapnya.
Kemudian, kata dia masyarakat memeriksa isi informasi, mengecek sumber informasi, siapa narasumbernya, kapan dan di mana informasi atau peristiwa itu terjadi.
"Apakah narasinya relevan dengan gambar atau video. Jika isinya berupa cuplikan foto atau video, maka harus diteliti lebih jauh lagi," kata dia.
Masyarakat bisa mengecek keaslian foto atau video, bisa melalui mesin pencari google atau bertanya ke ahlinya. Mengecek di dalam jaringan (daring) berdasarkan judul atau isi informasi tersebut.
"Minta informasi ke grup antihoaks atau pakar telematika," ujar Sapto.
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.
Advertisement