Awas Tersesat Hoaks Seputar Kesehatan, Kenali Cirinya Agar Tidak Terjebak

Hoaks seputar kesehatan sangat berbahaya karena berisiko mengakibatkan kematian. Simak ciri-cirinya agar tidak terjebak.

oleh Alifah Budihasanah diperbarui 15 Apr 2024, 21:00 WIB
Diterbitkan 15 Apr 2024, 21:00 WIB
Ilustrasi hoaks kesehatan
Ilustrasi hoaks kesehatan

Liputan6.com, Jakarta- - Hoaks seputar kesehatan sangat berbahaya karena seringkali berisi ajakan kepada masyarakat untuk melakukan hal tertentu atau mengonsumsi produk tertentu yang diklaim memiliki manfaat untuk tubuh manusia. Namun, alih-alih memberikan manfaat, hoaks seputar kesehatan justru sangat berisiko hingga bisa menyebabkan kematian.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh The Kaiser Family Foundation (KFF) pada tahun 2023, sebanyak 45 persen responden melaporkan bahwa mereka pernah mendengar, dan percaya, setidaknya satu dari lima klaim palsu tentang Covid-19 dan vaksin.

Salah satu klaim yang keliru adalah bahwa ivermectin dapat mengobati Covid-19 secara efektif, dan 34 persen dari mereka yang disurvei percaya bahwa klaim tersebut mungkin benar atau pasti benar.

Banyak orang yang masih termakan hoaks, mereka tidak memverifikasi kebenaran informasi yang diterima,” ujar Direktur Stanford Health Communication Initiative di Stanford University, Seema Yasmin dilansir dari CNBC.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Klaim Berlebih dan Pengobatan Alternatif

Yasmin dan Deen Freelon, profesor di Annenberg School for Communication di University of Pennsylvania membagikan tips untuk mengenali ciri hoaks seputar kesehatan.

Pertama adalah klaim yang terdengar berlebihan. Yasmin mengimbau agar masyarakat tidak mudah tergiur dengan klaim yang berlebihan, khususnya seperti ‘efektif 100 persen dan terjamin’.

“Otak manusia memang cepat termakan oleh janji-janji seperti itu. Maka, jika kita menemukan klaim yang dirasa terlalu berlebihan, kita perlu skeptis dan melakukan verifikasi terhadap kebenarannya,” kata Yasmin menjelaskan.

Kedua adalah iming-iming pengobatan alternatif tetapi tidak ada dasar ilmiah. Banyak yang mempromosikan pengobatan alternatif di media sosial untuk menangani kondisi tertentu.

“Banyak orang yang menjadikan hal ini sebagai ladang bisnis dan biasanya menargetkan orang awam dan orang yang sudah tidak percaya lagi dengan lembaga medis” tutur Freelon.


Memainkan Emosi atau Reaksi Berlebih

Ciri ketiga hoaks seputar kesehatan adalah ketika informasi tersebut dirasa memicu respons emosi atau reaksi yang berlebih.

Yasmin menegaskan bahwa postingan atau unggahan tentang informasi kesehatan yang memicu respons emosional umumnya sengaja dibuat untuk menipu masyarakat.

“Ketika orang terpicu secara emosional oleh informasi yang dia dapat dari internet, kemungkinan besar orang tersebut akan membagikannya kepada orang lain. Hoaks itu memang sengaja dirancang untuk memancing emosi atau reaksi,” ucapnya menambahkan.


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya