Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi atau Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan menyatakan, penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia semakin baik. Kondisi saat ini tak seperti saat awal penyebaran Covid-19. Ketika itu, penanganan oleh pemerintah diakui masih belum rapih.
"Memang awal Maret, April, Mei, kita masih banyak alami hambatan. Tapi sekarang sudah makin tertib penanganannya," ucap Menko Luhut dalam webinar bertajuk "Launching Pernak Pernik Bangga Buatan Indonesia", Rabu 16 September 2020.
Baca Juga
Luhut menjelaskan, penanganan pandemi oleh pemerintah bakal semakin baik bila vaksin penawar virus mematikan itu telah ditemukan. Mengingat dengan kehadiran vaksin, penyebaran virus jenis baru Corona ini bisa diakhiri.
Advertisement
"Sudah makin tertib penanganannya. Tentu untuk menghilangkan kita harus menunggu obat dan vaksinnya," Luhut memaparkan.
Dia menyebut maksimal ada 40 juta dosis vaksin anti-Corona akan tiba di Indonesia pada awal Desember mendatang, bahkan bisa lebih cepat. Imbasnya situasi krisis akibat virus mematikan itu diyakini hanya akan berlangsung selama dua bulan ke depan.
"Mudah-mudahan bisa lebih cepat. Kalau schedule ini bisa berjalan dengan baik, dengan jumlah 30 juta sampai 40 juta vaksin pada tahun ini. Maka critical time (masa kritis) kita adalah 2 bulan ini," Luhut menegaskan.
Dengan demikian, proses pemulihan ekonomi nasional diyakini mulai berlangsung pada awal tahun 2021. "Setelah itu nanti kuartal pertama tahun depan keadaan akan menjadi makin baik," imbuh dia.
Lantaran itulah, Luhut meminta seluruh pelaku usaha di dalam negeri, khususnya UMKM untuk lebih mempersiapkan diri dalam menghadapi situasi perdagangan yang kembali bebas. Mengingat selama ini, UMKM menjadi ujung tombak dalam perekonomian nasional.
"Teman-teman di UMKM ayo siap kan diri. Kita menghadapi pertandingan yang lebih bebas lagi ke depan. Indonesia harus lebih baik. UMKM harus bangga bahwa anda adalah ujung tombak dan tulang punggung dari ekonomi Indonesia," kata Menko Luhut.
Video Pilihan
Strategi Pemerintah Tekan Harga Vaksin Supaya Lebih Murah
Adapun Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan, pihaknya terus mendorong kerja sama multilateral dalam pengadaan vaksin Covid-19 untuk masyarakat Indonesia.
Selain bekerjas ama dengan lembaga kesehatan dunia, didorong pula opsi bantuan finansial melalui mekanisme Official Development Assistance (ODA) yang diharapkan dapat membuat harga vaksin menjadi lebih murah.
"Yang pasti, dengan bantuan financial ODA diharapkan harga vaksin akan lebih murah dibanding mekanisme yang lain," kata Menlu Retno dalam tayangan virtual, Rabu 16 September 2020.
Sejak awal, Indonesia gencar melakukan diskusi pengadaan vaksin dengan negara-negara lain. Pemerintah terus berkomunikasi dengan Covac Facilities, yang merupakan aliansi pengembangan vaksin yang dipimpin Gavi, Koalisi untuk Kesiapan Inovasi Epidemi (CEPI), dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk memastikan ketersediaan vaksin dan harga yang bakal ditetapkan nantinya.
Kemudian pada hari ini, pemerintah juga menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan UNICEF dalam pengadaan infrastruktur distribusi vaksin. Retno bilang, dengan adanya infrastruktur yang memadai, penyaluran vaksin akan lancar dan tidak mengalami hambatan berarti.
"Dengan MoU ini, ketika vaksin (yang didapatkan) lewat jalur multilateral sudah ada, maka infrastrukturnya sudah ada sehingga tidak terjadi delay dalam delivery-nya," tutur Retno.
Retno menegaskan, saat ini pemerintah menjalankan seluruh ikhtiar agar masyarakat Indonesia bisa bebas dari pandemi Covid-19. Usaha tersebut dilaksanakan dengan berbagai kerjasama baik jangka pendek melalui kerja sama pengadaan vaksin maupun jangka panjang melalui pengembangan vaksin merah putih.
"Kerja sama dengan pihak dalam negeri dan luar negeri bukan lagi jadi opsi, tapi jadi keharusan agar kita bisa menang dalam melawan Covid-19," tandasnya.Â
Advertisement
Pesan 20 Juta Vaksin Covid-19 Tambahan ke Uni Emirat Arab
Pemerintah akan mendapat alokasi vaksin Covid-19 sebanyak 30 juta dosis pada kuartal IV 2020. Salah satunya berasal dari perusahaan asal Uni Emirat Arab (UEA), G42 Healthcare Holdings.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memproyeksikan Indonesia bisa menyediakan hingga 50 juta dosis vaksin virus corona pada akhir tahun ini.
Untuk itu, ia berencana menemui Menteri Energi dan Industri UEA Suhail Mohammed Al Mazrouei guna meminta tambahan 20 juta alokasi vaksin dari negara tersebut.
"Vaksin itu kita akan dapat tahun ini kira-kira 30 juta (dosis), dan kami coba sampai ke 50 juta. Nanti mungkin dari G42 dari Abu Dhabi ketemu saya nanti sore mau bicara sama Menteri Suhail mau minta tambahan 20 juta lagi masuk sini," ujarnya dalam sesi telekonferensi, Selasa 15 September 2020.
Luhut percaya, jika tambahan vaksin Covid-19 berhasil didatangkan, maka masyarakat Indonesia bakal lebih kebal dari pandemi virus corona.
"Kalau itu dapat, jadi kita 3 bulan ini bisa manage Covid-19 jika vaksin bisa masuk. Basically kita akan lebih baik," kata Luhut.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah terus berkoordinasi dengan berbagai lembaga dunia untuk memproduksi vaksin Covid-19. Salah satunya dengan G42 Uni Emirat Arab (UAE).
Negara Timur Tengah tersebut bekerja sama dengan Kimia Farma dan berkomitmen untuk menyediakan 10 juta dosis vaksin untuk akhir 2020.
"Kemudian kita melalui G42 telah melakukan juga kerjasama untuk mendapatkan akses. Saat sekarang sedang melakukan clinical trial di UAE. Akses vaksin kita 60-110 juta (secara keseluruhan)," ungkapnya.Â
Infografis Pilihan
Advertisement