Digigit Kelelawar Saat Tidur, Pria di AS Meninggal Dunia

Seorang pria di Amerika Serikat meninggal karena rabies satu bulan setelah digigit kelelawar saat dia tidur di kamarnya.

oleh Camelia diperbarui 10 Okt 2021, 19:11 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2021, 08:04 WIB
Ilustrasi kelelawar yang dianggap menjadi penyebab penyebaran virus corona
Ilustrasi kelelawar yang dianggap menjadi penyebab penyebaran virus corona. (dok. Jochemy/Pixabay/Tri Ayu Lutfiani)

Liputan6.com, Jakarta Seorang pria di Amerika Serikat meninggal karena rabies satu bulan setelah digigit kelelawar saat dia tidur di kamarnya. Dilansir dari Mirror, pria berusia 80-an itu terbangun dan menemukan kelelawar di lehernya pada pertengahan Agustus di Illinois, AS.

Namun, satu bulan kemudian pria itu mulai mengalami gejala seperti sakit leher, sakit kepala, kesulitan mengendalikan lengan, jari mati rasa dan kesulitan berbicara.

Kelelawar itu ditangkap dan dinyatakan positif rabies, sementara pria itu meninggal beberapa waktu kemudian. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) minggu ini mengkonfirmasi diagnosis pria itu setelah pengujian di laboratoriumnya. Orang-orang yang melakukan kontak dengan pria itu telah diberikan perawatan pencegahan.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Rabies

Kelelawar
Ilustrasi kelelawar (Syaibatulhamdi/Pixabay)

Departemen Kesehatan Masyarakat Illinois (IDPH) mengatakan para ahli satwa liar menemukan koloni kelelawar di rumahnya. Direktur IDPH Dr Ngozi Ezike mengatakan, "Rabies memiliki tingkat kematian tertinggi dari penyakit apapun. Namun, ada pengobatan yang menyelamatkan jiwa bagi individu yang segera mencari perawatan setelah terpapar hewan pengidap rabies. Jika Anda berpikir Anda mungkin telah terkena rabies, segera cari bantuan medis dan ikuti rekomendasi dari penyedia layanan kesehatan dan pejabat kesehatan masyarakat."

Menurut CDC, sebagian besar kelelawar tidak mengidap rabies, tetapi banyak orang di AS yang tertular penyakit tersebut terinfeksi melalui mamalia nokturnal. Virus ini ditularkan melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi, termasuk melalui air liur atau jaringan otak dan sistem saraf. Rabies menyerang sistem saraf pusat, menyebabkan penyakit otak yang dapat menyebabkan kematian tanpa pengobatan.


Dapat Berakibat Fatal

kelelawar
ilustrasi kelelawar/credit: @pixabay/JamesDeMers

Hanya satu sampai tiga kasus rabies yang dilaporkan di AS setiap tahun. Diagnosis pria itu adalah kasus virus pertama pada manusia di Illinois sejak 1954. Departemen kesehatan Illinois mengatakan satu-satunya cara untuk memeriksa apakah kelelawar memiliki rabies adalah melalui pengujian laboratorium.

Direktur Eksekutif Departemen Kesehatan Lake County Mark Pfister mengatakan, "Sayangnya, kasus ini menggarisbawahi pentingnya meningkatkan kesadaran publik tentang risiko paparan rabies di Amerika Serikat. Infeksi rabies pada manusia jarang terjadi di Amerika Serikat, namun begitu gejala dimulai, rabies hampir selalu berakibat fatal, sehingga sangat penting bagi orang yang terpapar untuk menerima perawatan yang tepat untuk mencegah timbulnya rabies sesegera mungkin."

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya