Liputan6.com, Jakarta Kasus kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT yang terjadi pada selebritas, seperti Lesti Kejora, menjadi perhatian banyak orang.
Dalam kasus KDRT, salah satu pintu masuknya adalah perilaku love bombing yang perlu diwaspadai saat orang menjalani hubungan dengan pasangan.
Baca Juga
Tidak banyak yang tahu tentang istilah love bombing, padahal perilaku ini bisa merujuk ke tindakan yang manipulatif.
Advertisement
Dilansir Wellandgood.com, love bombing dapat didefinisikan sebagai perilaku seseorang narsistik yang menggunakan taktik manipulatif dengan memberikan perhatian, cinta, waktu, bahkan janji-janji secara berlebihan kepada pasangannya. Hal ini biasanya dialami ketika masa-masa pengenalan atau PDKT.
Wajar memang ketika seseorang sedang jatuh cinta, seluruh perasaan kasih sayang dicurahkan ke orang tersebut, tetapi apakah itu selamanya positif? Tentu tidak. Hal tersebut bisa saja menjadi negatif karena dapat merujuk pada tindakan manipulatif.
Melihat definisi di atas, apakah secara tidak sadar kita atau orang di sekitar pernah jadi korban love bombing? Lalu, bagaimana mencegah terjadinya love bombing, dan apa dampaknya jika seseorang menjadi korban love bombing?
Ciri-Ciri Love Bombing
1. Memberikan pujian yang berlebihan
Seseorang yang melakukan love bombing akan memberikan pujian pada korbannya secara berlebihan. Tujuannya adalah untuk menjaga harga dirinya sekaligus menyusun strategi supaya membuat opininya bisa tetap sejalan dengan korban.
Beberapa kalimat umum yang digunakan, contohnya “kamu satu-satunya orang yang paling aku cinta”, “aku gak bisa hidup tanpa kamu”, “kamu terlalu sempurna, gak ada yang bisa menggantikan kamu”. Kalimat-kalimat seperti itulah yang nantinya bisa menjadi penyebab kekhawatiran bagi pasangan.
2. Terlalu cepat mengungkapkan perasaan
Mengungkapkan perasaan cinta merupakan hal yang sakral dalam menjalin hubungan dengan seseorang. Meskipun setiap orang berbeda-beda soal waktu yang dibutuhkan untuk jatuh cinta, rata-rata waktu yang dibutuhkan seseorang untuk jatuh cinta adalah sekitar tiga bulan atau lebih.
Sedangkan orang yang sedang melakukan tindakan love bombing biasanya mengungkapkan cinta hanya dalam waktu beberapa hari atau minggu setelah berkenalan.
Tujuannya adalah untuk memanipulasi seseorang agar terjun ke dalam suatu hubungan lebih cepat dan lebih serius daripada yang mereka inginkan. Dan biasanya dilakukan oleh seseorang yang memiliki riwayat berada dalam hubungan yang kasar, narsis, atau mengalami kecemasan.
Advertisement
3. Ingin banyak menghabiskan waktu bersama
Menurut Pengamat dan Konselor Pernikahan Himawan Hadirahardja, ketika seseorang sedang kasmaran, ia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri, seperti selalu ada kerinduan untuk selalu ingin bertemu dan ingin bersama.
“Kerinduan yang berlebihan ini bisa membuat mereka jadi tidak make sense. Ingin melakukan hal-hal yang semaksimal mungkin mau nunjukin bahwa ‘gue cinta sama dia’,” jelasnya dalam video di kanal YouTube DAAI Family pada Senin (10/10/2022).
Akibatnya, kedua belah pihak akan mengabaikan kewajiban entah itu dari sisi keluarga, pekerjaan, bahkan meninggalkan hal-hal lain yang ingin mereka lakukan.
4. Posesif yang berlebihan
Seseorang yang melakukan tindakan love bombing akan merasa marah jika pasangannya melakukan segala keinginan dan pilihannya. Bentuk keposesifan yang berlebihan dapat membuat korbannya merasa cemas untuk menghabiskan waktu sendiri maupun bersama orang lain.
“Aku gini karena aku cinta sama kamu” “Kamu harusnya mikir, kalo bukan aku, siapa yang mau sayang sama kamu” Biasanya kalimat seperti inilah yang akan memanipulasi korban agar terkesan mereka yang salah.
5. Memberikan hadiah yang mahal
Memberikan hadiah mahal bisa menjadi cara untuk membuat korban merasa bersalah sehingga ia merasa tidak bisa mengimbangi dengan perilaku pasangannya. Love bombing memandang pemberian hadiah sebagai pertukaran, artinya mereka memberi untuk mendapatkan gantinya.
“Inget gak aku pernah beliin kamu ini dan itu?” Kalimat tersebut biasanya digunakan seseorang yang bertujuan ingin menguasai korban dengan mengingat-ingat jasa yang telah diberikan.
Bagaimana Cara Mengatasi Love Bombing?
Mendapatkan love bombing memang indah dan menyenangkan, tapi hal ini juga memberikan suatu pengharapan yang tidak realistis tentang cinta dan relasi.
Cinta dan relasi yang wajar itu tidak bisa selalu hadir atau mengabulkan 100 persen keinginan kita. Justru jika kita terlalu berharap, maka akan menimbulkan kekecewaan.
“Mereka-mereka yang kurang kasih sayang, yang kurang dapat perhatian, kurang diapresiasi. Hal ini akan membuat dia rentan untuk menjadi korban love bombing,” ujar Himawan.
Lantas, bagaimana cara mengatasi agar tidak jadi korban love bombing?
Advertisement
Perhatikan Intensitas
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan memperhatikan tingkat intensitasnya. Hal tersebut berhubungan dengan pola perilaku, yang menunjukkan dari perhatian berlebihan kemudian beralih ke sikap cuek.
Himawan menyebut, ketika seseorang bergerak terlalu cepat dan pasangan merasa belum nyaman, maka lakukan dengan lebih perlahan atau ‘take it slow’.
Menurutnya, akan ada waktunya di mana cukup dengan memberikan pernyataan secara tegas, maka akan berjalan dengan baik. Pada intinya, cara cepat mengatasi jadi korban love bombing yakni berani untuk stand up dan speak up.
Perlu diingat bahwa cinta yang tulus berasal dari hati yang memberi dan tidak mengharapkan timbal balik, sedangkan seseorang yang bertindak love bombing berasal dari keegoisan dirinya sendiri.
“Kita juga harus ingat bahwa kita sebagai manusia harus punya boundaries (batasan). Jangan takut untuk mulai menunjukkan bahwa kita pun juga punya value (nilai) dan hak untuk tidak selalu berkomunikasi dengan satu orang saja,” tambah Himawan.