LPMP: Indonesia Ganti Kurikulum 10 Tahun Sekali

Sebanyak 50 guru yang tergabung dalam Kelompok Kerja Madrasah (KKM) Legok mengikuti sosialisasi tentang pengembangan Kurikulum 2013.

oleh Liputan6 diperbarui 26 Jun 2013, 11:43 WIB
Diterbitkan 26 Jun 2013, 11:43 WIB
130626aguru.jpg
Citizen6, Tangerang: Sebanyak 50 guru yang tergabung dalam Kelompok Kerja Madrasah (KKM) Kecamatan Legok, mengikuti sosialisasi sehari tentang pengembangan Kurikulum 2013. Acara difasilitasi oleh Hafidz, selaku Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Legok, Kabupaten Tangerang, Banten, ini dihadiri oleh ustadz-ustazah (para guru) dari berbagai sekolah ibtidaiyah negeri dan swasta. Turut hadir pengawas Pendidikan agama Islam (Pendais) Kementerian Agama Kabupaten Tangerang yang membawahi Raudhatul Athfal dan
Madrasah Ibtidaiyah Atmadi yang memberikan kata sambutan.

Materi pada, Selasa 25 Juni 2013 tersebut disampaikan oleh Euis Sukaesih dari Lembaga Penjaminan Mutu Provinsi (LPMP) Banten dan dihadiri  Roni staf pemasaran penerbit buku Erlangga. Selain untuk mengenalkan kepada para guru tentang Kurikulum 2013, penerbit bermaksud mengenalkan buku-buku yang telah diterbitkan dengan mengikuti kurikulum terbaru dan bukan kategori Buku Sekolah Elektronik (BSE).

Menurut Hafidz, meski penggunaan kurikulum 2013 belum dimulai, namun para guru harus mengetahuinya. Pasalnya, kurikulum sekarang berbeda dari sebelumnya yakni metode pembelajaran yang tematik dan terintegrasi. "Memang kurikulum 2013 belum diketuk palu oleh Mendikbud M Nuh, tapi guru-guru sudah harus mengetahuinya agar tak kaget mengajarnya nanti," ujar Hafidz. Salah satu contoh, pelajaran tematik Bahasa Indonesia bisa terintegrasi atau terpadu pada pelajaran Matematika. Begitu juga dengan pelajaran lainnya bisa terintegrasi dengan pelajaran lainnya.

Pemahaman kurikulum 2013, tidak cukup hanya dengan mengikuti pelatihan dalam sehari, namun para guru sudah seharusnya mencari informasi dari media lain seperti  mendownload artikel di  internet. Sementara itu, narasumber LPMP, Euis Sukaesih dalam paparannya mengemukakan, guru tak perlu mengeluh dengan bergantinya kurikulum 2006 terdahulu menjadi kurikulum baru 2013. Alasannya, pergantian kurikulum hal biasa. "Mungkin guru heran, belum paham benar dengan kurikulum sebelumnya sudah berganti dengan kurikulum baru. Atau ada anggapan, ganti menteri ganti pula kurikulumnya. Sebenarnya ini tak perlu dipersoalkan," ucapnya.

Pergantian kurikulum, bisa dilakukan sesuai kebutuhan. Dicontohkan, bahkan ada kampus di Jakarta setiap tahun merubah kurikulum. Ini karena kampus itu menyesuaikan bahan kuliah dengan kebutuhan lapangan kerja. "Pada sejarahnya Indonesia pernah pernah melalui berbagai fase kurikulum seperti di tahun 1974, 1975, 1984, 1995, 2004, 2006, dan 2013. Rata-rata pendidikan Indonesia berganti kurikulum dalam rentang 10 tahun," papar Euis.

Pada 2004 lalu pernah ada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Namun belum sempat kurikulum itu ditandatangi Mendiknas Malik Fajar waktu itu, sudah dipakai di sekolah. "Tapi akhirnya pada 2006, KBK diganti dengan nama KTSP. Setelah hampir 10 tahun KTSP berjalan, baru 2013 ini akan diganti lagi," terang Euis. (Edy Syahputra Tanjung/YSH)

Edy Syahputra Tanjung adalah pewarta berita

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke citizen6@liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya