Citizen6, Bandung: Sejarah kehidupan tidak boleh dilupakan, karena dengan melupakannya sama saja dengan mengingkari keberadaanya.
Terkait akan hal ini, Jumari menceritakan pengalamannya saat ia masih duduk di bangku sekolah dan setiap Senin paginya selalu mengucapkan ikrar Sumpah Pemuda.
"Jika aku sudah bersumpah, maka aku harus mematuhinya. Mungkin, ketika masih usia kanak-kanak, aku belum begitu mengerti makna dari apa yang aku ucapkan, termasuk makna sumpah pemuda. Namun, seiring dengan perjalanan waktu, usia dan pengetahuanku yang kian bertambah, aku jadi memahaminya dan semakin yakin kalau ikrar yang diucapkan itu memang harus dilaksanakan. Sebab, ikrar Sumpah Pemuda berkaitan erat dengan sejarah berdirinya Negara Republik Indonesia tercinta," ungkapnya.
"Sebagai orang yang menghormati jerih payah perjuangan para pahlawan yang sudah bersusah payah mendirikan negara ini, maka menurutku, bagi siapapun yang merasa lahir, hidup dan dibesarkan di bumi Indonesia, wajib mencintainya dengan sepenuh hati," tutur Jumari.
Bentuk cinta Indonesia bisa diaplikasikan misalnya dengan cara berusaha menjadi orang yang sukses di segala bidang, sesuai dengan talenta yang dimilikinya. Jika kebetulan seseorang sedang berada di luar negeri, sudah seharusnya bisa menjaga nama baik Indonesia, bukan malah menjelek-jelekkannya.
Jumari juga mengingatkan bagi siapa saja yang bekerja di luar negeri dan sukses di sana, jangan lupa kembali ke Indonesia dan membuka lapangan kerja baru. Sedangkan bagi para pelajar yang sedang memperdalam ilmunya karena mendapat beasiswa sekolah di luar negeri, Jumari mengajak mereka untuk kembali bekerja di Indonesia dan mempraktekkan ilmu yang sudah didapatnya.
Masih ada ribuan cara untuk mencintai negara sendiri, namun bagi Jumari ada 6 hal yang menjadi alasan mengapa ia sangat mencintai Indonesia , yaitu :
1. Indonesia adalah tanah kelahiranku
Bagaimana tidak mencintai negeri ini? Sebuah tempat dimana kita semua lahir dan dibesarkan, makan, minum, dan bertempat tinggal di Indondesia. Indonesia ibarat ibu kandung sendiri, jadi tidak ada alasan untuk tidak mencintainya.
"Sejarah hidup tidak mungkin aku lupakan begitu saja, karena sudah menjadi ikatan emosional yang begitu kuat, terpatri dalam ingatan dan hati yang paling dalam," kata Jumari.
2. Multi kultur dan multi etnik
Indonesia terkenal dengan ragam budayanya yang begitu banyak. Dari Sabang sampai Merauke yang terbentang luas dikelilingi ribuan pulau, suku bangsa dan budaya. Negeri yang disebut banyak orang sebagai "zambrud Kahtulistiwa" ini mencintai perbedaan.
"Bahkan ketika dulu merantau dari Lampung ke Bandung untuk kuliah, aku sengaja tidak mau tinggal di asrama daerah milik Pemda Lampung. Aku lebih memilih kos di luar dan bergabung dengan penduduk lainnya yang heterogen," cerita Jumari.
Menurutnya, bersahabat dengan teman dari berbagai daerah membuat wawasannya semakin berkembang. Tidak hanya mengenal adat istiadatnya saja, namun juga belajar memahaminya sehingga bisa memberi toleransi terhadap prilaku mereka yang mungkin berbeda dengan kebiasaanya. Bisa memahami orang lain, lanjut Jumari bisa membuat seseorang bersikap lebih bijaksana dalam pergaulan sehari-hari.
3. Negara demokrasi yang masyarakatnya mayoritas muslim
Indonesia yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam, mewajibakan setiap umatnya melaksanakan ibadah sholat wajib 5 kali sehari dan setiap jumat harus salat berjamaah di masjid.
Ceritanya akan berbeda ketika berjalan-jalan ke luar negeri, misalnya ke negara-negara yang mayoritas penduduknya non muslim. Kesulitan pertama adalah menentukan waktu sholat, karena iklim mereka yang berbeda dengan di Indonesia. Kesulitan kedua adalah mencari tempat ibadah. Kesulitan yang ketiga adalah mencari makanan yang halal. Tentu saja hal itu tidak tidak akan terjadi di Indonesia.
4. Masih kental kekerabatan
Masyarakat Indonesia sangat menghargai kekerabatan atau persaudaraan. Sebagai buktinya adalah kebiasaan mudik ketika menjelang hari Raya Idul Fitri. Hampir semua perantau berusaha untuk pulang kampung dan merayakan lebaran di tanah kelahirannya. Kebiasaan ini tidak ditemukan di negara lain selain Indonesia. Selain itu banyak sekali acara yang digunakan oleh masyarakat kita untuk berkumpul, misalnya pada saat acara pernikahan, acara tiga bulanan, tujuh bulanan, selamatan kelahiran, perayaan ulang tahun, sunatan dan lain-lain.
5. Hidup bertentangga, saling menyapa, dan tolong-menolong
Sejak zaman dulu budaya hidup bertentangga dan saling tolong-menolong sudah membudaya. Walau terjadi pergeseran nilai budaya, terutama di kota-kota besar yang cenderung individual, namun buadaya hidup bertetangga yang baik sebenarnya masih dapat kita temukan. Misalnya di komplek perumahan yang sering mengadakan kegiatan bersama semacam arisan, ronda malam, dan membersihkan lingkungan sekitarnya.
Hidup bertetangga dan saling tolong menolong akan lebih terasa di perkampungan atau pedesaan. Salah satu kegiatan yang melibatkan warga adalah membangun rumah. Jika ada warna yang membangun, tetangganya membantu menyumbang tenaga sehingga rumah tersebut cepat selesai dan biayanya menjadi lebih murah.
Begitu juga ketika ada tetangga yang mau mengadakan acara hajat atau kenduri. Sehari sebelum acara dilaksanakan, warga akan berbondong-bondong datang ke rumah warga yang mau mengadakan hajat tersebut sambil membawa baskom yang berisi bahan makanan seperti beras, mie instan, kelapa, ayam kampung dan lain-lain untuk disumbangkan. Bagi yang tidak mampu juga datang dengan menyumbang tenaganya untuk membantu masak dan sebagainya. Suasana seperti ini terasa indah dan juga tidak bisa ditemukan di negara lain.
6. Aneka ragam masakan yang mengundang selera
Sepertinya Indonesia termasuk negara yang mempunyai jenis masakan paling banyak di dunia. Bisa dibayangkan banyaknya suku bangsa di negara kita yang masing-masing suku memiliki masakan khas. Beberapa masakan yang sangat dikenal dikalangan masyarakat Indonesia diantaranya masakan Padang, masakan Sunda, Soto Betawi, Soto Bandung, Bakmi Jawa, Coto Makasar, Sate Padang, Sate Madura, Martabak Bangka, Pepes Ikan Mas, Rendang, Keredok, Gado-Gado, Nasi Goreng, Rujak, Pisang Ijo, dan masih banyak lainnya. (Jumari Haryadi/mar)
Jumari Haryadi adalah pewarta warga.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.
Terkait akan hal ini, Jumari menceritakan pengalamannya saat ia masih duduk di bangku sekolah dan setiap Senin paginya selalu mengucapkan ikrar Sumpah Pemuda.
"Jika aku sudah bersumpah, maka aku harus mematuhinya. Mungkin, ketika masih usia kanak-kanak, aku belum begitu mengerti makna dari apa yang aku ucapkan, termasuk makna sumpah pemuda. Namun, seiring dengan perjalanan waktu, usia dan pengetahuanku yang kian bertambah, aku jadi memahaminya dan semakin yakin kalau ikrar yang diucapkan itu memang harus dilaksanakan. Sebab, ikrar Sumpah Pemuda berkaitan erat dengan sejarah berdirinya Negara Republik Indonesia tercinta," ungkapnya.
"Sebagai orang yang menghormati jerih payah perjuangan para pahlawan yang sudah bersusah payah mendirikan negara ini, maka menurutku, bagi siapapun yang merasa lahir, hidup dan dibesarkan di bumi Indonesia, wajib mencintainya dengan sepenuh hati," tutur Jumari.
Bentuk cinta Indonesia bisa diaplikasikan misalnya dengan cara berusaha menjadi orang yang sukses di segala bidang, sesuai dengan talenta yang dimilikinya. Jika kebetulan seseorang sedang berada di luar negeri, sudah seharusnya bisa menjaga nama baik Indonesia, bukan malah menjelek-jelekkannya.
Jumari juga mengingatkan bagi siapa saja yang bekerja di luar negeri dan sukses di sana, jangan lupa kembali ke Indonesia dan membuka lapangan kerja baru. Sedangkan bagi para pelajar yang sedang memperdalam ilmunya karena mendapat beasiswa sekolah di luar negeri, Jumari mengajak mereka untuk kembali bekerja di Indonesia dan mempraktekkan ilmu yang sudah didapatnya.
Masih ada ribuan cara untuk mencintai negara sendiri, namun bagi Jumari ada 6 hal yang menjadi alasan mengapa ia sangat mencintai Indonesia , yaitu :
1. Indonesia adalah tanah kelahiranku
Bagaimana tidak mencintai negeri ini? Sebuah tempat dimana kita semua lahir dan dibesarkan, makan, minum, dan bertempat tinggal di Indondesia. Indonesia ibarat ibu kandung sendiri, jadi tidak ada alasan untuk tidak mencintainya.
"Sejarah hidup tidak mungkin aku lupakan begitu saja, karena sudah menjadi ikatan emosional yang begitu kuat, terpatri dalam ingatan dan hati yang paling dalam," kata Jumari.
2. Multi kultur dan multi etnik
Indonesia terkenal dengan ragam budayanya yang begitu banyak. Dari Sabang sampai Merauke yang terbentang luas dikelilingi ribuan pulau, suku bangsa dan budaya. Negeri yang disebut banyak orang sebagai "zambrud Kahtulistiwa" ini mencintai perbedaan.
"Bahkan ketika dulu merantau dari Lampung ke Bandung untuk kuliah, aku sengaja tidak mau tinggal di asrama daerah milik Pemda Lampung. Aku lebih memilih kos di luar dan bergabung dengan penduduk lainnya yang heterogen," cerita Jumari.
Menurutnya, bersahabat dengan teman dari berbagai daerah membuat wawasannya semakin berkembang. Tidak hanya mengenal adat istiadatnya saja, namun juga belajar memahaminya sehingga bisa memberi toleransi terhadap prilaku mereka yang mungkin berbeda dengan kebiasaanya. Bisa memahami orang lain, lanjut Jumari bisa membuat seseorang bersikap lebih bijaksana dalam pergaulan sehari-hari.
3. Negara demokrasi yang masyarakatnya mayoritas muslim
Indonesia yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam, mewajibakan setiap umatnya melaksanakan ibadah sholat wajib 5 kali sehari dan setiap jumat harus salat berjamaah di masjid.
Ceritanya akan berbeda ketika berjalan-jalan ke luar negeri, misalnya ke negara-negara yang mayoritas penduduknya non muslim. Kesulitan pertama adalah menentukan waktu sholat, karena iklim mereka yang berbeda dengan di Indonesia. Kesulitan kedua adalah mencari tempat ibadah. Kesulitan yang ketiga adalah mencari makanan yang halal. Tentu saja hal itu tidak tidak akan terjadi di Indonesia.
4. Masih kental kekerabatan
Masyarakat Indonesia sangat menghargai kekerabatan atau persaudaraan. Sebagai buktinya adalah kebiasaan mudik ketika menjelang hari Raya Idul Fitri. Hampir semua perantau berusaha untuk pulang kampung dan merayakan lebaran di tanah kelahirannya. Kebiasaan ini tidak ditemukan di negara lain selain Indonesia. Selain itu banyak sekali acara yang digunakan oleh masyarakat kita untuk berkumpul, misalnya pada saat acara pernikahan, acara tiga bulanan, tujuh bulanan, selamatan kelahiran, perayaan ulang tahun, sunatan dan lain-lain.
5. Hidup bertentangga, saling menyapa, dan tolong-menolong
Sejak zaman dulu budaya hidup bertentangga dan saling tolong-menolong sudah membudaya. Walau terjadi pergeseran nilai budaya, terutama di kota-kota besar yang cenderung individual, namun buadaya hidup bertetangga yang baik sebenarnya masih dapat kita temukan. Misalnya di komplek perumahan yang sering mengadakan kegiatan bersama semacam arisan, ronda malam, dan membersihkan lingkungan sekitarnya.
Hidup bertetangga dan saling tolong menolong akan lebih terasa di perkampungan atau pedesaan. Salah satu kegiatan yang melibatkan warga adalah membangun rumah. Jika ada warna yang membangun, tetangganya membantu menyumbang tenaga sehingga rumah tersebut cepat selesai dan biayanya menjadi lebih murah.
Begitu juga ketika ada tetangga yang mau mengadakan acara hajat atau kenduri. Sehari sebelum acara dilaksanakan, warga akan berbondong-bondong datang ke rumah warga yang mau mengadakan hajat tersebut sambil membawa baskom yang berisi bahan makanan seperti beras, mie instan, kelapa, ayam kampung dan lain-lain untuk disumbangkan. Bagi yang tidak mampu juga datang dengan menyumbang tenaganya untuk membantu masak dan sebagainya. Suasana seperti ini terasa indah dan juga tidak bisa ditemukan di negara lain.
6. Aneka ragam masakan yang mengundang selera
Sepertinya Indonesia termasuk negara yang mempunyai jenis masakan paling banyak di dunia. Bisa dibayangkan banyaknya suku bangsa di negara kita yang masing-masing suku memiliki masakan khas. Beberapa masakan yang sangat dikenal dikalangan masyarakat Indonesia diantaranya masakan Padang, masakan Sunda, Soto Betawi, Soto Bandung, Bakmi Jawa, Coto Makasar, Sate Padang, Sate Madura, Martabak Bangka, Pepes Ikan Mas, Rendang, Keredok, Gado-Gado, Nasi Goreng, Rujak, Pisang Ijo, dan masih banyak lainnya. (Jumari Haryadi/mar)
Jumari Haryadi adalah pewarta warga.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.