Liputan6.com, Jakarta - Sebuah situs marketplace NFT dan Metaverse bernama Next Earth menjual NFT bangunan Monumen Nasional (Monas) dan Markas Besar Angkatan Darat (Mabes AD).Â
Berdasarkan data dari situs Next Earth, Metaverse Monas dibeli seharga 3 USDT atau sekitar Rp 41.499, yang kemudian jual seharga 0.1 USDT per petaknya atau sekitar Rp 1.383.Â
Baca Juga
Sedangkan untuk Mabes AD dibeli seharga 0,37 USDT atau sekitar Rp 5.118 dan dijual per petaknya seharga 0,18 USDT atau sekitar Rp 2.490.Â
Advertisement
Bukan hanya kedua tempat tersebut, beberapa tempat lain dari berbagai negara juga dijual di marketplace Next Earth. Sebenarnya apa itu Next Earth dan mengapa menjual NFT suatu tempat dari berbagai negara?Â
Dilansir dari Bitcoinist, Kamis (6/1/2022), Next Earth adalah proyek startup yang terdesentralisasi dengan teknologi blockchain yang memiliki tujuan untuk menciptakan bumi virtual. Ini adalah replika Bumi berbasis NFT baru yang sampai saat ini telah lebih dari 25 juta "petak" di Bumi virtual terjual.Â
Next Earth terintegrasi dengan DeFi dan DAO. Dengan ini membuat Next Earth menjadi replika virtual Bumi yang memungkinkan penggunanya memiliki aset berupa lahan di berbagai wilayah sesuai keinginan, baik itu rumah maupun bangunan bersejarah.Â
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ciptakan Komunitas Global
Semua aset yang berada di marketplace Next Earth termasuk dalam NFT dan bisa diperjual belikan dengan sesama pengguna.
Next Earth beroperasi pada blockchain Ethereum dengan jaringan Polygon. Dengan proyek ini, memungkinkan pengguna untuk bisa memiliki aset real estate virtual berdasarkan lahan yang terdapat di Bumi.
Salah satu aspek yang paling menarik dari proyek ini adalah komunitas global. Tim Next Earth sangat aktif dalam menciptakan komunitas internasional, dengan ribuan anggota di platform Discord, yang memiliki ruang kumpul internasional dalam bahasa Jerman, Hongaria, Prancis, Korea, Serbia, dan yang lainnya.
Mereka telah menciptakan komunitas dengan orang dapat berkumpul dan mendiskusikan ide dan strategi untuk membangun metaverse.
Hal tersebut menjadi penting karena menunjukkan bahwa ada keinginan nyata untuk sesuatu yang baru di ruang metaverse. Orang ingin dapat berinteraksi satu sama lain dengan cara mereka sendiri, tidak hanya melalui layanan terpusat seperti Facebook atau Twitter.
Â
Advertisement