Bitcoin Kembali Melemah, Kini di Bawah Rp 314,8 Juta

Pengamat pasar melihat kripto terus diperdagangkan dalam kisaran USD 18.000 hingga USD 22.000.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 18 Jul 2022, 13:44 WIB
Diterbitkan 18 Jul 2022, 13:44 WIB
Ilustrasi bitcoin (Foto: Kanchanara/Unsplash)
Ilustrasi bitcoin (Foto: Kanchanara/Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Kenaikan beruntun Bitcoin selama empat hari akhirnya harus terhenti pada Senin (18/7/2022), dengan cryptocurrency terbesar itu jatuh di bawah USD 21.000 atau sekitar Rp 314,8 juta. 

Bitcoin baru-baru ini diperdagangkan pada sekitar USD 20.800, turun lebih dari satu persen selama 24 jam terakhir, meskipun masih lebih tinggi daripada sebelum memulai mini-rally pada Rabu. 

Pengamat pasar melihat kripto terus diperdagangkan dalam kisaran USD 18.000 hingga USD 22.000 yang telah dipertahankan selama sebulan, setidaknya sampai investor memiliki tanda yang lebih jelas apakah bank sentral dapat menjinakkan inflasi tanpa membuat ekonomi global ke dalam resesi.

“Sementara Bitcoin melihat momentum positif minggu ini, itu tetap terikat pada kisaran ketika Anda mengambil pandangan yang lebih luas, dan masih berjuang untuk melewati resistensi USD 22.000,” kata CEO manajer aset kripto BitBull Capital, Joe DiPasquale, dikutip dari CoinDesk, Senin (18/7/2022). 

DiPasquale mencatat dengan optimis "BTC berhasil tetap kuat," terlepas dari laporan inflasi yang suram baru-baru ini yang memengaruhi saham dan aset berisiko tinggi lainnya. 

"Untuk saat ini, kami tetap tertarik pada bagian bawah kisaran ini dalam hal harga Bitcoin, dan memantau akumulasi selama pergerakan terikat kisaran ini,” jelas DiPasquale. 

Kripto sedikit menyimpang dari jalur saham karena indeks utama ditutup solid di zona hijau pada Jumat, dengan Nasdaq dan S&P 500 yang sarat teknologi masing-masing naik 1,7 persen dan 1,9 persen. Sedangkan Dow Jones Industrial Average meningkat lebih dari 2 persen. 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Inflasi Meningkat

Inflasi
Ilustrasi Inflasi (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Pada Rabu, indeks harga konsumen Biro Statistik Tenaga Kerja menunjukkan inflasi Juni naik 9,1 persen, tertinggi 40 tahun dengan barang dan jasa inti, seperti makanan dan energi naik pada tingkat yang lebih cepat. 

Indeks sentimen konsumen bulanan Universitas Michigan yang diawasi secara luas tetap mendekati level terendah sepanjang masa dalam rilis terbaru Jumat. Namun pasar kerja dan belanja ritel tetap kuat, menunjukkan ekonomi masih berkembang.

Sentimen Buruk Kripto

Berita untuk industri kripto sebagian besar tetap suram, bahkan tanpa penderitaan lanjutan dari pemberi pinjaman kripto Celsius, yang mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 11 pada Rabu lalu, dan dana lindung nilai kripto Three Arrows Capital, yang mengajukan kebangkrutan Bab 15 awal bulan ini.

Di antara perkembangan yang lebih baru, Presiden Rusia, Vladimir Putin menandatangani undang-undang yang melarang pembayaran digital di seluruh negara, menurut amandemen kebijakan pada Kamis.

Undang-undang tersebut melarang penggunaan sekuritas digital dan token utilitas sebagai alat pembayaran untuk barang, jasa, dan produk di Rusia.

Rapat The Fed Selanjutnya

DiPasquale akan mengamati kemungkinan dampak kenaikan suku bunga yang diharapkan bank sentral AS akhir bulan ini pada harga bitcoin. Komite Pasar Terbuka Federal bank, yang menetapkan kebijakan moneter, bertemu Selasa dan Rabu depan dan secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga setidaknya 75 basis poin dalam upayanya untuk membendung inflasi.

“Jika Bitcoin tidak turun dari kisaran ini pada akhir bulan, terutama pasca FOMC, kita bisa melihatnya sebagai tanda kuat dari potensi bawah jangka panjang,” pungkas DiPasquale.

 


Pasar Kripto Masih Kuat, Waspadai Tiga Sentimen Negatif

Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Sebelumnya, menjelang akhir pekan, situasi pasar kripto membuat hati investor semringah. Lantaran secara keseluruhan sejumlah aset kripto, terutama yang berkapitalisasi besar atau big cap melaju optimis ke zona hijau pada perdagangan Jumat, 15 Juli 2022 pukul 12.00 WIB.

Melansir CoinMarketCap, nilai Bitcoin berada di harga USD 20.526 atau melonjak 1,31 persen dalam sehari terakhir. Nilai Ethereum (ETH) ikut naik 7,31 persen ke USD 1.195 pada waktu yang sama.

Sementara altcoin lainnya juga tidak meroket, seperti XRP, Solana (SOL), Dogecoin (DOGE) dan Cardano (ADA) harga melonjak masing-masing 6,59 persen, 6,89 persen, 1,23 persen dan 1,30 persen dalam 24 jam terakhir.

Lalu apa yang menyebabkan pasar kripto bergejolak positif?

Trader Tokocrypto, Afid Sugiono menuturkan, reli singkat yang terjadi pada perdagangan pasar kripto disebabkan oleh sentimen positif dari komentar terbaru pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (The Fed).

Sejumlah pejabat The Fed menyebutkan lembaga otoritas moneter tersebut kemungkinan besar tidak akan mengerek suku bunga acuannya sebesar 100 basis poin gara-gara inflasi AS menyentuh level tertingginya dalam 41 tahun terakhir.

"Kemarin sejumlah pejabat The Fed menyangkal akan menaikan suku bunga acuan hingga 100 bps, tetapi condong ke 75 bps pada pertemuan mendatang. Kabar ini tampak disambut positif oleh investor sehingga nilai aset kripto masih sukses mempertahankan kinerjanya,” kata Afid dikutip dari keterangan tertulis, Jumat, 15 Juli 2022.


Penguatan Hanya Sementara?

Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Kanchanara)
Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Kanchanara)

Banyak investor yang menjadi bergairah untuk kembali melakukan transaksi di market kripto, walaupun situasi di pasar saham saat ini lesu. Meski demikian, reli singkat ini hanya bertahan sementara lantaran belum didukung aksi akumulasi yang kuat dari pelaku pasar.

Berdasarkan data CoinMarketCap, nilai market cap aset kripto belum tembus USD 1 triliun dan volume trading harian di bursa kripto turun 5,14 persen dalam sehari terakhir. Tampaknya investor masih khawatir inflasi tinggi dan ancaman resesi dalam jangka waktu pendek.

Sementara itu, pergerakan Bitcoin sekarang mengharapkan The Fed untuk menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin lagi akhir bulan ini, yang selanjutnya dapat berdampak pada harga.

Pergerakan harga Bitcoin akan berada di kisaran harga USD 20.317 dan masih berpotensi naik hingga ke level harga US$ 21.127. Namun, apabila harga Bitcoin kembali koreksi, kemungkinan turun dan retest support pada harga USD 19.772.


Tiga Sentimen Negatif Bisa Tekan Pasar Kripto

Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital.
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Ada setidaknya tiga faktor yang bisa membuat pergerakan market kripto kembali tertekan. Lantaran telah terjadi anomali di mana, nilai aset kripto ternyata masih bertahan meski data inflasi AS menyentuh level tertingginya dalam 41 tahun terakhir pada Juni.

Melihat data historisnya, nilai aset kripto biasanya langsung rontok setelah perilisan data tersebut. Sebab, pelaku pasar selalu mengaitkan hasil data inflasi dengan rencana moneter yang akan ditempuh bank sentral AS, The Fed.

Maka dari itu, faktor pertama adalah jika The Fed merespons inflasi dengan kenaikan suku bunga acuan ekstra kencang, maka selera investor perlahan bakal pudar. Dampaknya akan memberikan tekanan negatif pada harga untuk aset berisiko, dari saham ke Bitcoin.

Selanjutnya, datang dari kabar platform pinjam meminjam kripto, Celsius yang tengah menyiapkan dokumen kebangkrutan. Menurut dokumen yang diajukan ke pengadilan tata usaha New York, Celsius ternyata memiliki aset USD 4,3 miliar dan kewajiban USD 5,5 miliar, sehingga perseroan punya defisit neraca sebesar USD 1,2 miliar.

Selain itu, faktor lainnya adalah berkembangan dari kasus Mt Gox yang saat ini memiliki 142.000 Bitcoin siap untuk dijual dalam rangka ganti rugi korban. Walau terdengar seperti kabar positif, ganti rugi ini dapat membuat tekanan jual yang besar di pasar kripto, terutama untuk Bitcoin.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya