Liputan6.com, Jakarta - Web3 adalah masa depan dari internet yang lebih terdesentralisasi dengan menggunakan blockchain, artificial intelligence (AI) dan machine learning.
Istilah dan teknologi ini telah menjadi bahasan terhangat dalam dunia teknologi sejak beberapa tahun lalu. Melihat potensi besar Web3 dan sebagai bentuk untuk memajukan industri dan talenta developer Web3 di Indonesia, Coinvestasi dan BlockDevID, mengadakan Web3 Weekend Asia atau W3W.
Baca Juga
Web3 Weekend adalah kompetisi Web3 berbasis komunitas pertama di Indonesia yang bertujuan untuk mendorong inovasi di ekosistem Web3 Indonesia. Bukan hanya kompetisi, acara ini juga menyediakan sesi mentoring dan coaching dari pakar web3 di Indonesia agar para peserta bisa belajar langsung bagaimana membangun proyek web3 yang valid.
Advertisement
Kompetisi Web3 Weekend ini menyediakan total hadiah senilai 50 juta rupiah bagi para pemenang. Pendaftaran acara telah dibuka sejak 12 April-31 Mei 2023, kemudian dilanjutkan dengan acara workshop pada 11-17 Mei.
Setelah itu para peserta dengan idenya dikurasi menjadi Top 30 dan Top 6 selama 1-3 Juni dan menjalani pembinaan oleh para coach pada 5-9 Juni 2023. Demo Day menjadi puncak acara Web3 Weekend pada 17 Juni 2023 di mana para finalis Top 6 akan mempresentasikan ide proyek mereka di depan para juri pilihan.
Co-founder sekaligus CTO Indodax, serta Founder BlockDevID, William Sutanto mengatakan acara ini dilakukan karena antusias developer Web3 di Indonesia cukup besar.
"Kalau kita ingin industri Web3 di Indonesia berkembang, kita butuh developer yang bagus juga. Semoga hal yang kita inisiasi ini bisa jadi katalis industri Web3 di indonesia,” kata William dalam sambutannya di acara, Demo Day Web3 Weekend Indonesia, Sabtu (17/6/2023).
Web3 Beri Cara Baru
Menurut William selama ini, pembahasan blockchain atau Web3 lebih condong terkait kripto, pergerakan harga, tetapi sedikit sekali yang membahas blockchain secara mendalam, Padahal, dalam praktiknya, teknologi blockchain bisa digunakan di berbagai kasus penggunaan.
Di sisi lain, Chief Investment Officer BRI Ventures, Markus Liman Raharja penggunaan mudah dari teknologi blockchain adalah semudah dengan bagaimana menyimpan data sendiri, menyimpan aset sendiri sebagai kustodian, dan penggunaan lain.
"Di Web3 kita harus melihat menggunakan kacamata lain. Web3 juga tidak lantas mengubah Web2 atau cara tradisional, tetapi Web3 memberikan cara-cara baru dalam menyelesaikan use case yang sama karena infrastrukturnya berbeda,” pungkas Markus.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Advertisement
Bill Gates Sebut AI Cukup Revolusioner Ketimbang Metaverse dan Web3
Sebelumnya, Bill Gates, salah satu pendiri raksasa perangkat lunak Microsoft, telah mengeluarkan pendapatnya mengenai keadaan dan relevansi beberapa teknologi baru yang sedang dikembangkan saat ini.
Dalam sebuah wawancara, Gates menunjukkan preferensi atau dukungannya untuk AI (kecerdasan buatan) daripada Web3 dan metaverse, ketika ditanya tentang relevansi rangkaian teknologi ini yang sedang dikembangkan, dan kesamaan yang dibagikan dengan internet pada masa awal.
“AI adalah yang terbesar. Menurut saya, Web3 tidak sebesar itu atau hal-hal metaverse saja sudah revolusioner, tetapi AI cukup revolusioner,” kata Gates, dikutip dari Bitcoin.com, Senin (16/1/2023).
Namun, Bill Gates menyatakan pekerjaannya saat ini mengarah ke arah lain. Bill Gates ingin lebih fokus pada inovasi seperti membantu wanita hamil mengetahui apakah mereka memerlukan bantuan rumah sakit terlebih dahulu menggunakan teknologi ultrasound, dan mengobati kondisi seperti malnutrisi dan anemia.
Pandangan Negatif pada Kripto
Miliarder itu memiliki visi negatif tentang kripto, memperingatkan pada Februari 2021 pengguna dengan uang lebih sedikit daripada Elon Musk harus berhati-hati dalam menempatkan dana mereka dalam cryptocurrency Gates juga mengatakan kripto didasarkan pada "teori orang bodoh yang lebih besar" pada Juni 2022.
Investasi Microsoft
Dia lebih positif tentang perkembangan metaverse, memprediksi pertemuan digital berporos dari gambar 2D ke ruang virtual 3D pada 2021.
Investasi Microsoft pada Teknologi Kecerdasan Buatan
Sementara Gates tidak lagi terhubung dengan Microsoft, karena ia meninggalkan perusahaan pada 2020, Satya Nadella, CEO perusahaan saat ini, tampaknya berbagi pemikirannya.
Microsoft dilaporkan mengincar investasi sebesar USD 10 miliar atau setara Rp 150,8 triliun (asumsi kurs Rp 15.110 per dolar AS) di Openai, perusahaan di belakang bot AI Chatgpt yang populer, yang akan menghargai perusahaan tersebut sebesar USD 29 miliar atau setara Rp 437,5 triliun.
Langkah ini, yang akan memungkinkan Microsoft untuk memiliki 49 persen saham perusahaan, merupakan sinyal signifikansi yang diberikan organisasi ke sektor kecerdasan buatan.
Advertisement