Kapan Paskibraka Pertama Kali Muncul?

Kapan sebenarnya Paskibraka pertama kali diberlakukan?

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 22 Jul 2016, 09:18 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2016, 09:18 WIB
Kapan Paskibaraka Pertama Kali Muncul?
Kapan sebenarnya Paskibraka pertama kali diberlakukan?

Liputan6.com, Jakarta Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) pertama kali muncul di era kepemimpinan Presiden Soekarno. Kala itu Presiden ke-1 memerintahkan para ajudan untuk menggerek bendera dalam rangka memeringati HUT Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Negara (yang saat itu ibukota Indonesia adalah DI Yogyakarta) pada 1959.

"Maka Husein Mutahar (Mayor (Laut) Husein Mutahar ,-red) pada waktu itu berinisiatif menggerakkan lima pelajar yang berasal dari berbagai daerah untuk menggerek bendera," kata Plt Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga (Sesmenpora), Drs H Sakhyan Asmara MSP, menjelaskan mengenai sejarah Paskibaraka kepada Liputan6.com, Kamis (21/7/2016)

Sejak saat itu, pemilihan calon Paskibraka menjadi 'ritual wajib' yang harus dilaksanakan jelang detik-detik proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang jatuh tiap 17 Agustus.

Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kemenpora, Sakhyan Asmara (Liputan6.com/Walyadin)

Sebutan anggota Paskibraka tidak hanya disematkan ke pelajar yang terpilih bertugas di Istana Negara saja. Menurut Sakhyan, mereka yang terpilih untuk tingkat Kecamatan, Kabupaten, dan Provinsi layak disebut sebagai Pasukan Pengibar Bendera Pusaka.

Meski di Istana, bukan berarti yang dikibarkan adalah bendera asli yang dijahit langsung oleh Fatmawati.

"Sebenarnya, yang dikibarkan semata-mata adalah semangat dan nilai merah putih. Merah putih inilah yang menjadi warisan dari pejuang-pejuang kita," kata Sakhyan.

"Merah melambangkan berani, putih melambangkan kesucian. Ini semua buah dari perjuangan para pahlawan kita, yang akhirnya (membuat) ibu Fatmawati menjahit kain yang atasnya merah dan bawahnya putih. Dikibarkan menjadi bendera pusaka," kata dia menambahkan.

Sesungguhnya, jelas Sakhyan Asmara, yang dikibarkan itu adalah simbol dan nilai dari semangat merah putih. Karena simbol dari bangsa Indonesia, sudah selayaknya dikibarkan ke seluruh jagat raya.

"Dia harus berkibar setinggi-tingginya. Kalau perlu, tidak hanya di pucuk tiang bendera, tapi juga di puncak gunung yang setinggi-tingginya agar dia (terus berkibar)," kata Sakhyan.

Filosofinya, ketika sang merah putih berkibar, laksana api yang memberikan penerangan ke seluruh kawasan di jagat raya yang melambangkan keberanian dan kesucian dari bangsa Indonesia.

Patut berbanggalah mereka yang terpilih menjadi anggota Paskibraka. Baik di tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi, apalagi tingkat nasional. Sebab, seluruh mata akan memandang kagum ke arah mereka.

"Mengibarkan bendera merah putih di pagi hari dan penurunan di sore hari adalah satu-satunya upacara yang paling akbar dan paling besar, tidak ada acara lain di republik ini yang sebesar itu," kata Sakhyan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya