Liputan6.com, Jakarta - Autisme, sebuah spektrum gangguan perkembangan yang memengaruhi cara seseorang berkomunikasi dan berinteraksi dengan dunia, dapat dideteksi sejak dini. Spektrum ini luas, dan setiap orang dengan autisme memiliki karakteristik dan kebutuhan yang unik.
Penyebab pasti autisme belum diketahui, faktor genetik dan lingkungan diyakini berperan. Gejala autisme biasanya muncul pada usia kurang dari dua tahun pertama kehidupan, dan dapat mencakup keterlambatan dalam komunikasi dan bahasa, kesulitan dalam interaksi sosial, dan perilaku berulang.
Baca Juga
Dilansir dari CNA News, beberapa poliklinik di Singapura telah mengadopsi alat skrining internasional untuk membantu deteksi dini autisme pada anak usia dini di setting perawatan primer. Alat ini terbukti memiliki akurasi lebih dari 80% dalam mengidentifikasi anak-anak yang berpotensi berada dalam spektrum autisme.
Advertisement
Sebuah studi baru yang melibatkan 5.336 balita berusia 17-20 bulan menunjukkan hasil yang menjanjikan. Para peneliti menggunakan alat skrining yang diakui secara global untuk menilai kemungkinan autisme pada anak-anak. Hasilnya menunjukkan bahwa alat ini dapat mendeteksi autisme dengan tingkat akurasi yang tinggi.
Deteksi dini autisme sangatlah penting karena memungkinkan intervensi dini, yang pada gilirannya dapat meningkatkan efektivitas pengobatan dan kualitas hidup anak secara keseluruhan. Para dokter menekankan pentingnya skrining autisme pada anak usia dini dan mendorong orang tua untuk berkonsultasi dengan dokter anak jika mereka memiliki kekhawatiran tentang perkembangan anak mereka.
Deteksi Dini Autisme pada Anak dengan Skrining
Sebuah studi baru di Singapura menunjukkan bahwa kuesioner bernama Modified Checklist for Autism in Toddlers, Revised with Follow-Up (M-Chat-R/F) dapat membantu dalam deteksi dini autisme pada balita. Alat ini telah dievaluasi di poliklinik antara Agustus 2020 dan November 2022 dan terbukti memiliki akurasi lebih dari 80%.
Kuesioner M-Chat-R/F terdiri dari 20 pertanyaan observasional untuk orang tua dan pengasuh. Pertanyaannya meliputi apakah anak mereka melihat objek yang ditunjuk, bermain pura-pura, atau meniru tindakan.
Dr. Aishworiya Ramkumar, seorang konsultan pediatri dan penulis utama studi ini, mengatakan "Banyak tanda-tanda awal kondisi ini dapat dengan mudah dikenali oleh pengasuh. Mereka termasuk anak memberikan respon yang buruk saat namanya dipanggil atau tidak menggunakan gerakan seperti menunjuk."
Saat ini, dokter mengidentifikasi tanda-tanda bahaya autisme selama pemeriksaan rutin, seperti menghindari kontak mata. Namun, metode ini bisa bersifat subjektif dan membutuhkan beberapa sesi untuk mendeteksi autisme.
Dr. Ruth Zheng, seorang konsultan senior di National University Polyclinics (NUP), Singapura, mengatakan "Kuesioner ini memiliki sistem penilaian yang sangat jelas untuk membimbing profesional kesehatan mengenai tindakan terbaik selanjutnya. Ini akan melengkapi sistem kami yang sudah ada menggunakan tanda-tanda bahaya untuk menyaring anak-anak kami."
Alat skrining M-Chat-R/F dapat membantu dokter dalam mendeteksi autisme pada balita dengan lebih akurat dan efisien. Deteksi dini autisme sangatlah penting karena memungkinkan intervensi dini, yang dapat meningkatkan kualitas hidup anak secara keseluruhan.
Advertisement
Deteksi Dini Mungkin Untuk Dilakukan
Di Singapura, 1 dari 150 anak didiagnosis dengan autisme, angka yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata global 1 dari 160. Hal ini mendorong pentingnya deteksi dini.
Sebuah studi sebelumnya menunjukkan bahwa rata-rata usia diagnosis autisme di Singapura adalah 35,5 bulan, dan usia menerima intervensi adalah 42 bulan. Penundaan ini dapat menghambat perkembangan anak.
Alat skrining M-Chat-R/F hadir untuk membantu deteksi dini. Alat ini dirancang untuk mengidentifikasi balita yang berisiko mengalami keterlambatan perkembangan, termasuk autisme, pada usia 18 bulan.
"Tanda-tanda awal autisme umumnya terlihat pada usia 18 bulan, bahkan beberapa pada usia 12 bulan," ungkap Dr. Ramkumar.
"Skrining ini bertujuan untuk mendeteksi tanda-tanda awal tersebut secara terstruktur, sehingga orang tua dapat merenungkan apakah perkembangan anak mereka normal atau memerlukan perhatian khusus."
Pentingnya Deteksi Dini
Dokter menekankan pentingnya deteksi dini autisme, karena pengobatan akan lebih efektif pada usia yang lebih muda.
"Periode emas - yang mengacu pada perkembangan otak antara lahir hingga sekitar dua atau tiga tahun - adalah saat otak paling sensitif untuk menerima intervensi apa pun," kata Dr. Ramkumar.
"Jadi, jika kita dapat mendeteksi anak-anak yang berada dalam spektrum pada usia yang lebih dini, kita kemudian dapat memulai pengobatan untuk mereka lebih awal, dan ini dapat berdampak pada hasil yang lebih baik. Anak tersebut kemudian akan tumbuh dengan kemampuan komunikasi dan kehidupan mandiri yang lebih baik di kemudian hari."
Sebuah studi baru di Singapura menunjukkan bahwa skrining dini dengan kuesioner dapat membantu mendeteksi autisme pada balita. Studi ini melibatkan 5.336 anak berusia 17-20 bulan, dan sekitar dua persen ditemukan skrining positif. Di antara mereka yang mendapat evaluasi lebih lanjut, 85,7 persen dikonfirmasi mengidap autisme.
Dr. Ramkumar menekankan bahwa meskipun kuesioner tersebut bermanfaat untuk skrining, hasilnya tidak sama dengan diagnosis autisme, sehingga penilaian definitif lanjutan diperlukan.
"Meskipun kuesioner ini adalah alat skrining yang berguna, diagnosis autisme hanya dapat dilakukan oleh dokter atau spesialis terlatih," kata Dr. Ramkumar.
Tim peneliti mengatakan bahwa studi lebih lanjut akan dilakukan untuk lebih memahami hasil jangka panjang dari alat ini, termasuk usia yang paling tepat untuk melakukan skrining.
Metode kuisioner ini telah diperkenalkan di tujuh poliklinik di bagian barat Singapura sebagai bagian dari skrining rutin untuk anak-anak.
Advertisement