Liputan6.com, Jakarta - Hari Kesadaran Autisme Sedunia yang diperingati setiap 2 April merupakan kesempatan masyarakat untuk mengenali keunikan individu dengan autisme serta mempromosikan pemahaman dan penerimaan akan perbedaan. Momen ini juga menjadi pengingat bahwa autisme merupakan kondisi seumur hidup yang tidak ada obatnya.
Tema Hari Kesadaran Autisme Sedunia tahun 2024 adalah “Memberdayakan Suara Autistik.”
Baca Juga
Mengutip laman The Quint, autisme adalah kelainan neurologis umum yang memengaruhi komunikasi dan interaksi sosial. Hal ini ditandai dengan berbagai ciri, termasuk interaksi sosial yang unik, cara belajar yang tidak standar, minat yang tinggi pada mata pelajaran tertentu, dan kesulitan dalam komunikasi pada umumnya.
Advertisement
Individu atau anak dengan autisme memiliki bakat dan kelebihan, hanya saja mereka cenderung tidak mencapai potensi maksimal karena kurangnya bimbingan yang baik.
Belajar dengan kondisi autisme bisa jadi tantangan tersendiri mengingat anak-anak dengan autisme mungkin mengalami disabilitas perkembangan yang menghambat pemrosesan informasi, pemahaman isyarat non-verbal, masalah pemrosesan sensorik, dan kesulitan komunikasi.
Berfokus pada kekuatan mereka dapat mendorong mereka untuk berbuat lebih baik, sementara mengatasi kelemahan mereka dengan lembut dapat membantu mereka mengatasi tantangan mereka. Banyak anak autis yang cemerlang dalam bidang Matematika, Sains, dan Musik serta memiliki potensi yang sangat besar.
Dilansir Hindustan Times, gangguan spektrum autisme (ASD) dapat membatasi pemahaman penyandang autisme dan kemampuannya dalam merespons isyarat sosial, sehingga menimbulkan tantangan bagi seseorang yang mencoba mengajar atau berinteraksi dengannya.
Strategi Pengajaran Aanak Autisme
Meski demikian, Direktur Kantor Dukungan Pembelajaran, Universitas Ashoka Dr Reena Gupta mengataka, kesadaran akan autisme sebagai disabilitas perkembangan telah meningkat.
“Selama beberapa tahun terakhir, telah terjadi peningkatan kesadaran akan autisme sebagai disabilitas perkembangan di seluruh institusi pendidikan, tempat semua siswa memulai perjalanan akademis dan sosialnya. Perkembangan ini menjadikan penting bagi semua pendidik untuk memahami kondisi tersebut dengan baik dan mengembangkan strategi efektif untuk mengatasi autisme. mengatasi kebutuhan belajar siswa autis," ujarDr Gupta.
"Dari sekolah, perguruan tinggi, hingga tempat kerja – setiap lingkungan dapat dibuat kondusif untuk kinerja optimal mereka sebagai siswa atau sebagai karyawan. Kuncinya adalah penerimaan dan kemauan untuk menerapkan strategi," imbuhnya.
Dr Gupta berbagi beberapa strategi pengajaran penting untuk anak-anak autis:
1. Priming
Ini mempersiapkan siswa autis untuk menghadapi suatu situasi atau tugas. Mereka mungkin merasa cemas jika dihadapkan pada perubahan mendadak atau penambahan rutinitas baru. Kuis atau ujian kelas yang mengejutkan, misalnya, dapat mengakibatkan kehancuran emosi.
Namun, jika diinformasikan jauh-jauh hari, mereka cenderung mengikuti tes apa pun dengan penuh keikhlasan. Demikian pula, menentukan waktu untuk berhenti sejenak ketika melakukan percakapan kelompok memungkinkan mereka untuk mempertahankan protokol sosial yang tidak disebutkan.
2. Mengelola rangsangan sensorik
Hal ini penting untuk menjaga agar lingkungan belajar tidak menimbulkan stres. Ini membantu untuk memahami ketidaknyamanan siswa dengan lampu yang berkedip-kedip, suara yang tidak menyenangkan, tekstur tertentu, dll., dan mengatasinya sesuai kebutuhan.
Didorong oleh inderanya, mereka mungkin ingin duduk lebih dekat dengan guru yang berbau seperti ibu mereka, di sudut perpustakaan yang sepi, atau mungkin ingin bersenandung saat bekerja, dan sebagainya.
Advertisement
Fleksibel
3. Daftar perilaku potensial
Daftar perilaku yang diharapkan dapat membuat siswa autis tetap mengendalikan tindakan mereka dalam kelompok. Akan lebih efektif jika daftar ini tersedia secara visual di hadapan mereka.
4. Fleksibilitas
Pendekatan yang fleksibel dalam membaca dan memahami teks memastikan bahwa siswa terus terlibat dalam konten yang merangsang secara intelektual, yang mungkin juga merupakan topik yang sangat mereka minati.
5. Instruksi langsung
Instruksi yang eksplisit dan langsung dalam penggunaan bahasa kiasan akan membantu siswa dalam percakapan mereka dengan teman-temannya.
Mereka cenderung menafsirkan ungkapan-ungkapan seperti metafora, idiom, dll., secara harfiah, sehingga membiasakan mereka dengan istilah dan frasa kiasan yang paling umum digunakan adalah hal yang penting.
Mengajar Sesuai Gaya Mereka
6. Mengajar sesuai gaya mereka
Mendampingi siswa autis sesuai frekuensinya membantu mereka mengurangi ledakan emosi. Misalnya – tidak memaksa mereka untuk menulis dengan jelas, membiarkan mereka menghabiskan banyak waktu dalam menyelesaikan pekerjaan mereka, membiarkan mereka keluar dari kelas ketika sudah sangat membebani, dan sebagainya.
7. Pertahankan positive vibe
Fasilitasi lingkungan sosial yang positif bagi mereka dengan memuji kekuatan unik mereka di depan teman-temannya; memberikan mereka sertifikat atas sesuatu yang mereka kuasai, bersama dengan rekan-rekan mereka atas prestasi mereka; memberi mereka tanggung jawab dalam acara, dll.
8. Dorong mereka untuk bersuara
Memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengungkapkan pemahaman mereka tentang konsep secara verbal dibandingkan dalam format tertulis konvensional juga akan mendorong mereka untuk fokus pada nilai pembelajaran dibandingkan pada bentuk ekspresi yang kaku.
Advertisement