Liputan6.com, Jakarta Autisme atau Gangguan Spektrum Autisme (Autism Spectrum Disorder/ASD) adalah kondisi neurodevelopmental yang mempengaruhi cara otak seseorang berkembang dan berfungsi.
Istilah spektrum digunakan karena gejala autisme sangat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya.
Baca Juga
Dokter spesialis anak konsultan neurologi Profesor Hardiono D. Pusponegoro mengatakan gejala autisme secara umum ada dua.
Advertisement
"Satu, gangguan interaksi dan gangguan komunikasi untuk kebutuhan sosialnya. Yang kedua, anak ini melakukan perilaku yang itu-itu saja, tidak berubah dan diulang dalam waktu yang tidak wajar," kata Hardiono dalam Webinar Kelas Orang Tua Hebat (KERABAT) Seri 11 bersama BKKBN.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan gejala autisme ada yang terlihat sejak kecil di bawah umur 1 tahun. Namun, ada juga yang terlihat sebelum usia tiga tahun. Pada kondisi yang lebih ringan baru terlihat di usia lebih tua.
Hardiono menambahkan, seorang anak bisa dicurigai menyandang autisme jika terdapat dua dari beberapa gejala berikut:
- Cara bicara tak biasa atau enggan bicara.
- Gerakan atau penggunaan obyek yang repetitive atau berulang-ulang.
- Keterikatan terhadap rutinitas.Kesulitan dalam menerima perubahan.
- Minat terbatas dengan intensitas atau fokus abnormal.
- Hiper atau hipo reaktif terhadap input sensoris atau minat abnormal terhadap aspek sensoris dari lingkungan (Sensory Processing Disorder).
Skrining Autisme Bisa dari Usia 1 Tahun
Skrining autisme bisa dilakukan sejak anak berumur satu tahun lantara gejalanya sudah mulai terlihat sejak kurang dari umur tiga tahun. Bahkan bisa di bawah umur 1 tahun.
“Skrining ini bukan diagnosis ya, hanya menentukan bahwa ada kecurigaan terhadap autisme,” katanya.
Ia mengatakan bahwa bisa saja anak terlihat normal sampai umur satu tahun namun tiba-tiba perkembangan berhenti.
“Bisa juga anak autisme ini awalnya normal, sampai setahun setengah tiba-tiba setop. Perkembangannya setop, regresi, anaknya jadi nggak bisa ngomong, semua perkembangannya jadi kurang,” ujarnya.
Advertisement
Skrining Autisme di Dokter Anak
Hardiono menyebut bahwa ketika ke dokter anak, seharusnya dilakukan skrining perkembangan terhadap semua anak.
“Skrining apa saja itu bisa mendeteksi autisme walaupun tidak terlalu akurat,” tambahnya.
Skrining Autisme Secara Online
Hardiono juga membagikan tautan kuesioner Early Screening of Autistic Trait (ESAT) untuk skrining mandiri yakni https://form.jotform.com/hardiono/ESAT secara online.
Dengan skrining awal ini, orangtua bisa melihat ada tidaknya gejala mencurigakan dari gangguan spektrum autisme (ASD). Skrining mandiri ini bisa dilakukan sejak anak menginjak umur 1 tahun.
Berdasarkan data penelitan yang dilakukan Anakku.id, dari kuesioner tersebut terdapat 2.681 jawaban dalam waktu delapan bulan. Hasilnya, sebanyak 756 anak mengalami autisme, 356 anak mengalami Social Communication Disorder, serta 1.569 anak mengalami language disorder atau kelainan bicara dan berbahasa.
“Melalui beberapa penelitian ini kita yakin bahwa diagnosis autis itu dapat dilakukan secara online. Hal ini akan sangat membantu untuk pasien yang jauh,” kata Hardiono.
Setelah itu, sambungnya, biasanya di kliniknya dilakukan assessment transdisiplin. Di sini melibatkan orangtuanya, ada dokter, ada psikolog, dan berbagai terapis.
Advertisement