Kehilangan Penglihatan tapi Tetap Sabar, Salah Satu Hal yang Antarkan Manusia Masuk Surga Tanpa Hisab

Mereka yang diuji dalam bentuk kehilangan penglihatan atau ujian lainnya lalu bersabar hingga wafat adalah salah satu yang tidak dihisab saat hari kiamat.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 28 Agu 2024, 08:00 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2024, 08:00 WIB
tunanetra
Penyandang disabilitas netra jalankan ibadah di Masjid Istiqlal Jakarta. Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Liputan6.com, Jakarta - Orang yang kehilangan penglihatan tapi tetap sabar hingga wafat adalah salah satu yang disebut bisa masuk surga tanpa hisab.

Hisab adalah istilah dalam Islam yang merujuk pada proses perhitungan atau penilaian yang dilakukan oleh Allah atas amal perbuatan manusia.

Ini mencakup evaluasi mendalam terhadap tindakan, niat, dan perbuatan seseorang selama hidup mereka. Meski begitu, ada golongan manusia yang dapat masuk surga tanpa hisab.

Seperti dijelaskan Habib Abdullah bin Husein bin Thohir Ba’alawi dalam Is’adur Rofiq-nya:

 فائدة: ورد في الأحاديث أن من ابتلى بذهاب بصره أو غيره من البلايا فصبر حتى يلقى الله، ومن مات بطريق مكة ذاهبا أو آيبا، وكل رحيم صبور، وطالب العلم، والمرأة المطيعة لزوجها، والبار بوالديه، والماشي في حاجة أخيه المسلم، ومن ربى صبيا يقول "لا إله إلا الله"، ومن مات ليلة الجمعة أو يومها، ومن بلي بمصيبة في بدنه أو ماله فصبر، ومن قرأ سورة القدر بعد وضوئه ثلاثا، ومن حفر بئرا بفلاة إيمانا واحتسابا، لا يحاسبون.

Penjelasan di atas memiliki arti bahwa pengumuman soal orang yang tidak di-hisab di hari kiamat sudah disebut dalam banyak hadits. Dan orang-orang itu adalah:

  • Orang yang wafat di tengah jalan baik menuju Mekkah maupun sepulangnya.
  • Mereka yang diuji dalam bentuk kehilangan penglihatan atau ujian lainnya lalu bersabar hingga wafat.

 

Selanjutnya

Orang-orang yang juga disebut bisa masuk surga tanpa hisab selanjutnya adalah:

  • Setiap orang penyayang lagi penyabar.
  • Perempuan yang taat kepada suaminya.
  • Orang yang berbakti kepada orangtuanya.
  • Orang yang berjalan untuk membantu orang lain yang sedang memiliki hajat.
  • Orang yang mendidik anak kecil mengucap “La ilaha Illallah.”
  • Orang yang wafat siang atau malam Jum’at.
  • Orang yang kena musibah pada fisiknya atau hartanya lalu bersabar.
  • Orang yang membaca surat Al-Qodar sebanyak 3 kali usai berwudhu.
  • Orang yang membuat sumur di tanah lapang secara ikhlas untuk kepentingan umum.

Berupaya Lakukan yang Terbaik Selama Hidup

Menurut dai sekaligus penulis di NU Online, Alhafiz Kurniawan, umat Islam selain keimanan dan kepatuhan pada rukun Islam perlu mendidik diri sendiri untuk bisa melakukan perbuatan-perbuatan baik seperti di atas.

“Kalau pun tetap dihisab karena kekurangan syarat di dalam perbuatan baik itu, maka setidaknya kita tetap berbuat baik. Kalau bernasib baik, wafat di siang atau malam Jumat. Ini yang tidak bisa diusahakan. Ini bergantung semata pada nasib,” tulis Alhafiz mengutip NU Online, Senin (26/8/2024).

Kehilangan Penglihatan atau Disabilitas Netra

Kehilangan penglihatan atau disabilitas netra seperti yang disebutkan di atas adalah kondisi hilangnya kemampuan untuk melihat.

Ragam disabilitas sensorik ini bisa terjadi karena berbagai faktor seperti bawaan lahir, kecelakaan, dan dapat pula karena penyakit.

Beberapa penyakit yang bisa memicu hilangnya penglihatan adalah:

  • Katarak;
  • Diabetes (retinopati diabetik); dan
  • Glaukoma.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) tahun 2010, setidaknya ada 3,2 juta orang yang mengalami disabilitas netra akibat glaukoma.

Glaukoma merupakan kelompok penyakit mata yang merusak saraf optik dan dikenal sebagai penyebab utama kebutaan pada orang berusia di atas 60 tahun.

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya