Penyakit Disabilitas Apa Saja? 8 Kondisi Sekunder yang Sering Terjadi

Penyandang disabilitas sering mengalami kondisi sekunder seperti masalah usus, kelelahan, cedera, depresi, obesitas, nyeri, luka tekan, dan gangguan kesehatan lainnya yang mempengaruhi kualitas hidup mereka.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 19 Des 2024, 11:50 WIB
Diterbitkan 19 Des 2024, 11:50 WIB
FOTO: Kesibukan RSUD Cengkareng di Tengah Peningkatan Kasus COVID-19
Penyandang disabilitas berisiko tinggi mengalami kondisi sekunder seperti masalah usus, kelelahan, cedera, depresi, obesitas, nyeri, luka tekan, yang memerlukan perhatian medis dan perawatan khusus. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Orang-orang dengan disabilitas membutuhkan perawatan kesehatan yang tepat untuk menjaga kesehatan tubuh mereka, agar tetap aktif dan dapat berkontribusi sebagai bagian dari masyarakat.

Meskipun mereka memiliki hak yang sama untuk mendapatkan perawatan medis dan hidup sehat seperti orang pada umumnya, kenyataannya, banyak penyandang disabilitas yang menghadapi tantangan ekstra dalam menjaga kesehatannya.

Mereka lebih berisiko mengalami masalah kesehatan tertentu yang berhubungan dengan kondisi disabilitas yang dimilikinya. Selain itu, mereka juga sering kali menghadapi keterbatasan dalam mengakses layanan kesehatan yang memadai.

Oleh karena itu, penting untuk memahami berbagai kondisi kesehatan yang sering dialami oleh penyandang disabilitas, yang dikenal sebagai kondisi sekunder, yang dapat memperburuk kualitas hidup mereka.

Berikut ini adalah delapan kondisi sekunder yang sering dialami oleh mereka, dilansir cdc.gov pada Kamis, 19 Desember 2024.

1. Masalah Usus atau Kandung Kemih

Beberapa disabilitas, seperti cedera tulang belakang, dapat memengaruhi fungsi usus dan kandung kemih. Masalah ini sering kali membutuhkan perhatian medis khusus untuk mencegah komplikasi lebih lanjut, karena individu dengan disabilitas mungkin mengalami kesulitan dalam mengontrol fungsi tubuh ini.

 

2. Kelelahan

Kelelahan adalah kondisi umum yang dapat dialami oleh penyandang disabilitas. Rasa lelah yang ekstrem atau kekurangan energi ini bisa mengganggu aktivitas sehari-hari dan memengaruhi suasana hati.

Kelelahan berlebihan juga dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berfungsi dengan baik dalam kehidupan sosial dan profesionalnya.

3. Cedera

Cedera yang tidak disengaja, termasuk kecelakaan, serta tindakan kekerasan seperti pembunuhan atau bunuh diri, merupakan penyebab utama kematian di kalangan orang berusia 1 hingga 44 tahun.

Bagi penyandang disabilitas, cedera dapat memberikan dampak yang lebih besar karena mempengaruhi aspek fisik, emosional, dan finansial kehidupan mereka.

4. Kesehatan Mental dan Depresi

Penyandang disabilitas lebih rentan mengalami masalah kesehatan mental, termasuk depresi. Kesulitan beradaptasi dengan perubahan fisik atau sosial, serta isolasi, dapat memperburuk kondisi kesehatan mental mereka.

Depresi juga dapat memperburuk kualitas hidup dan memperlambat proses pemulihan dari kondisi fisik.

5. Kelebihan Berat Badan dan Obesitas

Penyandang disabilitas, terutama yang mengalami keterbatasan mobilitas, cenderung mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.

Keterbatasan fisik yang membatasi aktivitas sehari-hari dapat mengurangi pengeluaran kalori, sehingga menyebabkan penambahan berat badan yang tidak terkendali. Ini berisiko memperburuk kondisi kesehatan lainnya.

6. Nyeri

Nyeri kronis adalah masalah umum bagi penyandang disabilitas. Ini bisa disebabkan oleh cedera fisik atau oleh disabilitas itu sendiri. Nyeri yang tidak ditangani dengan baik dapat memengaruhi kenyamanan, kualitas tidur, dan kemampuan untuk beraktivitas.

7. Luka Tekan atau Ulkus

Luka tekan atau ulkus sering terjadi pada individu yang mengalami keterbatasan mobilitas, seperti yang disebabkan oleh cedera tulang belakang.

Tekanan berkepanjangan pada kulit dapat menyebabkan luka yang sulit sembuh, meningkatkan risiko infeksi dan masalah kesehatan lainnya.

 

8. Masalah Kesehatan Lainnya

Selain kondisi-kondisi sekunder yang telah disebutkan, penyandang disabilitas juga memiliki risiko lebih tinggi terhadap masalah kesehatan lainnya, termasuk infeksi dan gangguan sistem imun. Mencegah kondisi ini memerlukan pemantauan kesehatan yang lebih ketat dan perhatian khusus dari tenaga medis.

Mengelola kondisi sekunder ini memerlukan pendekatan yang komprehensif, termasuk perawatan medis yang tepat, dukungan emosional, serta gaya hidup sehat yang dapat membantu meringankan gejala dan memperbaiki kualitas hidup penyandang disabilitas.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya