Memahami Apa Itu JOMO, Kunci Menuju Kebahagiaan dan Ketenangan Hidup

Pelajari apa itu JOMO dan bagaimana menerapkannya untuk mencapai kebahagiaan dan ketenangan hidup. Temukan manfaat dan tips praktis JOMO di sini.

oleh Liputan6 diperbarui 14 Nov 2024, 11:07 WIB
Diterbitkan 14 Nov 2024, 11:06 WIB
jomo adalah
jomo adalah ©Ilustrasi dibuat AI

Definisi JOMO

Liputan6.com, Jakarta JOMO adalah singkatan dari Joy of Missing Out, yang dapat diartikan sebagai kegembiraan karena melewatkan sesuatu. Konsep ini muncul sebagai antitesis dari FOMO (Fear of Missing Out) yang sering dialami banyak orang di era digital saat ini. JOMO mengacu pada perasaan puas dan bahagia ketika seseorang memilih untuk tidak terlibat atau mengikuti tren, aktivitas, atau informasi tertentu yang sedang populer.

Pada intinya, JOMO adalah tentang menemukan kebahagiaan dan kepuasan dalam memilih untuk melewatkan suatu aktivitas atau pengalaman, dan lebih memprioritaskan perawatan diri. Konsep ini mendorong orang untuk lebih fokus pada apa yang benar-benar penting dan bermakna bagi diri mereka sendiri, bukan sekadar mengikuti arus atau tren yang sedang berlangsung.

JOMO menekankan pentingnya hidup di masa sekarang dan menikmati momen yang sedang dialami, tanpa terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain atau merasa cemas karena tidak mengikuti semua hal yang terjadi di sekitar. Dengan menerapkan JOMO, seseorang dapat lebih menghargai waktu pribadi, meningkatkan kesejahteraan mental, dan menciptakan keseimbangan yang lebih baik dalam hidup.

Perbedaan FOMO dan JOMO

FOMO (Fear of Missing Out) dan JOMO (Joy of Missing Out) merupakan dua konsep yang saling bertolak belakang dalam cara seseorang merespons informasi dan pengalaman di sekitarnya. Berikut adalah perbedaan utama antara kedua konsep tersebut:

  1. Fokus perhatian:
    • FOMO: Berfokus pada apa yang dimiliki atau dilakukan orang lain, cenderung melihat ke luar diri sendiri.
    • JOMO: Berfokus pada diri sendiri, menghargai apa yang dimiliki saat ini, dan memilih aktivitas yang benar-benar bermakna.
  2. Respons emosional:
    • FOMO: Menimbulkan kecemasan, stres, dan perasaan tidak puas karena merasa tertinggal atau kurang dibandingkan orang lain.
    • JOMO: Menghasilkan perasaan tenang, puas, dan bahagia karena mampu menghargai momen saat ini dan pilihan pribadi.
  3. Penggunaan media sosial:
    • FOMO: Cenderung menggunakan media sosial secara berlebihan, terus-menerus memeriksa pembaruan dan membandingkan diri dengan orang lain.
    • JOMO: Lebih selektif dalam penggunaan media sosial, bahkan mungkin memilih untuk mengurangi atau membatasi penggunaannya.
  4. Pengambilan keputusan:
    • FOMO: Keputusan sering diambil berdasarkan apa yang dilakukan orang lain atau tren yang sedang populer, bukan berdasarkan keinginan atau kebutuhan pribadi.
    • JOMO: Keputusan diambil berdasarkan prioritas dan nilai-nilai pribadi, tidak terpengaruh oleh tekanan sosial atau tren.
  5. Dampak pada kesehatan mental:
    • FOMO: Dapat menyebabkan stres, kecemasan, depresi, dan penurunan harga diri.
    • JOMO: Cenderung meningkatkan kesejahteraan mental, kepuasan hidup, dan rasa percaya diri.

Dengan memahami perbedaan ini, kita dapat lebih menyadari pentingnya menerapkan JOMO dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai keseimbangan dan kebahagiaan yang lebih baik.

Manfaat Menerapkan JOMO

Menerapkan JOMO (Joy of Missing Out) dalam kehidupan sehari-hari dapat memberikan berbagai manfaat positif bagi kesehatan mental, produktivitas, dan kualitas hidup secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa manfaat utama dari menerapkan JOMO:

  1. Peningkatan kesejahteraan mental:

    JOMO membantu mengurangi stres dan kecemasan yang sering muncul akibat FOMO. Dengan fokus pada diri sendiri dan apa yang benar-benar penting, individu dapat merasakan ketenangan dan kepuasan yang lebih besar dalam hidup.

  2. Peningkatan produktivitas dan fokus:

    Ketika seseorang tidak terus-menerus terdistraksi oleh informasi atau aktivitas yang tidak penting, mereka dapat lebih fokus pada tugas-tugas yang benar-benar penting. Hal ini dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas pekerjaan.

  3. Perbaikan kualitas hubungan:

    JOMO mendorong interaksi yang lebih bermakna dengan orang-orang di sekitar. Dengan mengurangi ketergantungan pada media sosial, seseorang dapat lebih menghargai waktu bersama keluarga dan teman-teman dalam dunia nyata.

  4. Peningkatan kreativitas:

    Dengan mengurangi input informasi yang berlebihan, otak memiliki lebih banyak ruang untuk berpikir kreatif dan menghasilkan ide-ide baru.

  5. Perbaikan kualitas tidur:

    Mengurangi penggunaan gadget, terutama menjelang waktu tidur, dapat membantu meningkatkan kualitas tidur dan membuat tubuh lebih segar saat bangun.

Dengan menerapkan JOMO, kita dapat menciptakan kehidupan yang lebih seimbang dan memuaskan, di mana kita lebih menghargai momen saat ini dan fokus pada hal-hal yang benar-benar penting bagi diri kita sendiri.

Penyebab Munculnya FOMO

FOMO (Fear of Missing Out) adalah fenomena psikologis yang semakin umum di era digital saat ini. Beberapa faktor utama yang menyebabkan munculnya FOMO antara lain:

  1. Perkembangan teknologi dan media sosial:

    Kemudahan akses informasi dan konektivitas yang ditawarkan oleh smartphone dan platform media sosial membuat orang terus-menerus terhubung dan terpapar informasi tentang aktivitas orang lain.

  2. Kebutuhan akan penerimaan sosial:

    Manusia memiliki kebutuhan dasar untuk merasa diterima dan terhubung dengan orang lain. FOMO dapat muncul sebagai manifestasi dari keinginan untuk tidak tertinggal atau terisolasi secara sosial.

  3. Budaya konsumerisme dan materialisme:

    Masyarakat yang menekankan pentingnya kepemilikan barang dan pengalaman dapat mendorong orang untuk terus-menerus mengejar hal-hal baru agar tidak merasa tertinggal.

  4. Ketidakpastian dan kecemasan:

    Dalam situasi yang tidak pasti, orang cenderung mencari informasi dan validasi dari lingkungan sekitar, yang dapat memicu FOMO.

  5. Perfeksionisme dan standar yang tidak realistis:

    Media sosial sering menampilkan versi "sempurna" dari kehidupan orang lain, yang dapat membuat seseorang merasa tidak cukup baik atau tertinggal.

Memahami penyebab-penyebab ini dapat membantu kita untuk lebih sadar akan munculnya FOMO dan mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya, seperti menerapkan JOMO dalam kehidupan sehari-hari.

Gejala FOMO yang Perlu Diwaspadai

FOMO (Fear of Missing Out) dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan mental dan kualitas hidup seseorang. Berikut adalah beberapa gejala FOMO yang perlu diwaspadai:

  1. Kecanduan media sosial:

    Terus-menerus memeriksa smartphone atau media sosial, bahkan dalam situasi yang tidak tepat seperti saat bekerja atau berinteraksi dengan orang lain secara langsung.

  2. Perasaan cemas atau gelisah:

    Merasa tidak nyaman atau cemas ketika tidak memiliki akses ke internet atau media sosial untuk waktu yang lama.

  3. Kesulitan berkonsentrasi:

    Sulit fokus pada tugas atau aktivitas saat ini karena terus memikirkan apa yang mungkin sedang terjadi di tempat lain.

  4. Perasaan tidak puas:

    Selalu merasa bahwa kehidupan orang lain lebih menarik atau lebih baik, yang mengarah pada ketidakpuasan dengan kehidupan sendiri.

  5. Pengambilan keputusan impulsif:

    Membuat keputusan terburu-buru atau tidak bijaksana hanya karena takut melewatkan sesuatu, seperti membeli barang yang tidak diperlukan atau menghadiri acara yang sebenarnya tidak diinginkan.

Mengenali gejala-gejala ini adalah langkah penting dalam mengatasi FOMO dan beralih ke pendekatan JOMO yang lebih sehat dan seimbang.

Cara Mengatasi FOMO dan Beralih ke JOMO

Beralih dari FOMO ke JOMO membutuhkan kesadaran diri dan upaya yang konsisten. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat membantu mengatasi FOMO dan menerapkan JOMO dalam kehidupan sehari-hari:

  1. Batasi penggunaan media sosial:

    Tetapkan waktu khusus untuk mengecek media sosial dan hindari scrolling tanpa tujuan. Pertimbangkan untuk menggunakan aplikasi yang dapat membatasi waktu penggunaan media sosial.

  2. Praktikkan mindfulness:

    Fokus pada momen saat ini dan praktikkan teknik mindfulness seperti meditasi atau pernapasan dalam untuk meningkatkan kesadaran dan mengurangi kecemasan.

  3. Tetapkan prioritas:

    Identifikasi apa yang benar-benar penting bagi Anda dan fokus pada hal-hal tersebut. Belajar untuk mengatakan "tidak" pada aktivitas atau undangan yang tidak sesuai dengan prioritas Anda.

  4. Kembangkan hobi offline:

    Temukan dan kembangkan minat atau hobi yang tidak melibatkan teknologi atau media sosial, seperti membaca, berkebun, atau olahraga.

  5. Praktikkan gratitude:

    Luangkan waktu setiap hari untuk mencatat atau merenungkan hal-hal yang Anda syukuri dalam hidup. Ini dapat membantu mengalihkan fokus dari apa yang tidak Anda miliki ke apa yang sudah Anda miliki.

Dengan menerapkan strategi-strategi ini secara konsisten, Anda dapat mulai mengatasi FOMO dan menikmati manfaat dari gaya hidup JOMO yang lebih seimbang dan memuaskan.

Tips Praktis Menerapkan JOMO

Menerapkan JOMO (Joy of Missing Out) dalam kehidupan sehari-hari membutuhkan perubahan pola pikir dan kebiasaan. Berikut adalah beberapa tips praktis untuk memulai dan mempertahankan gaya hidup JOMO:

  1. Lakukan digital detox secara berkala:

    Tetapkan periode tertentu, misalnya satu hari dalam seminggu atau beberapa jam setiap hari, di mana Anda benar-benar offline dan tidak menggunakan gadget atau media sosial.

  2. Tata ulang notifikasi di smartphone:

    Nonaktifkan notifikasi yang tidak penting dan batasi notifikasi hanya untuk aplikasi atau kontak yang benar-benar penting.

  3. Ciptakan rutinitas "me time":

    Alokasikan waktu khusus setiap hari untuk melakukan aktivitas yang Anda nikmati tanpa gangguan teknologi, seperti membaca buku, meditasi, atau berolahraga.

  4. Praktikkan "slow living":

    Cobalah untuk melambatkan ritme hidup Anda. Nikmati makanan dengan perlahan, berjalan kaki tanpa terburu-buru, atau luangkan waktu untuk mengapresiasi lingkungan sekitar.

  5. Kembangkan hubungan yang bermakna:

    Fokus pada membangun dan memelihara hubungan yang mendalam dengan orang-orang terdekat, daripada mencoba untuk selalu terhubung dengan banyak orang secara superfisial.

Ingatlah bahwa menerapkan JOMO adalah sebuah proses. Mulailah dengan langkah-langkah kecil dan konsisten, dan secara bertahap Anda akan merasakan manfaat dari gaya hidup yang lebih seimbang dan memuaskan.

JOMO dalam Konteks Investasi

JOMO (Joy of Missing Out) tidak hanya relevan dalam konteks kehidupan sosial, tetapi juga dapat diterapkan dalam dunia investasi. Dalam konteks ini, JOMO mengacu pada kepuasan dan ketenangan yang dirasakan investor ketika memilih untuk tidak berpartisipasi dalam tren investasi yang sedang populer atau volatile. Berikut adalah beberapa aspek JOMO dalam investasi:

  1. Menghindari spekulasi berlebihan:

    JOMO dalam investasi berarti tidak tergoda untuk mengikuti setiap tren investasi yang muncul, terutama yang bersifat spekulatif atau berisiko tinggi.

  2. Fokus pada strategi jangka panjang:

    Alih-alih mencoba mengejar keuntungan cepat, investor yang menerapkan JOMO lebih fokus pada strategi investasi jangka panjang yang sesuai dengan tujuan finansial mereka.

  3. Mengurangi stres dan kecemasan:

    Dengan tidak terus-menerus memantau fluktuasi pasar atau mencoba untuk "mengalahkan pasar", investor dapat mengurangi stres dan kecemasan yang sering menyertai aktivitas trading yang intens.

  4. Meningkatkan disiplin investasi:

    JOMO mendorong investor untuk tetap berpegang pada rencana investasi mereka, tidak terpengaruh oleh noise pasar atau FOMO yang dapat mengarah pada keputusan investasi yang tidak bijaksana.

  5. Apresiasi terhadap aset yang dimiliki:

    Alih-alih selalu mencari peluang investasi baru, JOMO membantu investor untuk lebih menghargai dan memaksimalkan potensi dari investasi yang sudah mereka miliki.

Menerapkan JOMO dalam investasi dapat membantu menciptakan portofolio yang lebih stabil dan sesuai dengan profil risiko serta tujuan finansial jangka panjang investor.

JOMO dan Gaya Hidup Kirei

JOMO (Joy of Missing Out) memiliki keterkaitan yang erat dengan konsep gaya hidup Kirei yang berasal dari Jepang. Kirei, yang berarti "bersih, rapi, dan indah", adalah filosofi hidup yang menekankan kesederhanaan, kebersihan, dan keindahan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa cara di mana JOMO dan gaya hidup Kirei saling melengkapi:

  1. Kesederhanaan dan minimalisme:

    Baik JOMO maupun Kirei mendorong pengurangan hal-hal yang tidak penting dalam hidup. JOMO fokus pada mengurangi ketergantungan pada media sosial dan informasi yang berlebihan, sementara Kirei menekankan kesederhanaan dalam lingkungan fisik.

  2. Fokus pada kualitas daripada kuantitas:

    JOMO mengajarkan untuk lebih menghargai pengalaman yang bermakna daripada mencoba untuk mengikuti semua tren. Demikian pula, Kirei menekankan pentingnya memiliki barang-barang berkualitas yang tahan lama daripada mengumpulkan banyak barang yang tidak perlu.

  3. Ketenangan pikiran:

    Kedua konsep ini bertujuan untuk menciptakan ketenangan pikiran. JOMO membantu mengurangi kecemasan yang disebabkan oleh FOMO, sementara Kirei menciptakan lingkungan yang tenang dan teratur yang mendukung ketenangan mental.

  4. Apresiasi terhadap momen saat ini:

    JOMO mendorong kita untuk lebih menghargai momen saat ini, sementara Kirei mengajarkan untuk menemukan keindahan dalam hal-hal sederhana di sekitar kita.

  5. Keseimbangan hidup:

    Baik JOMO maupun Kirei bertujuan untuk menciptakan keseimbangan dalam hidup - antara online dan offline, antara memiliki dan melepaskan, dan antara aktivitas dan istirahat.

Dengan menggabungkan prinsip-prinsip JOMO dan gaya hidup Kirei, seseorang dapat menciptakan kehidupan yang lebih seimbang, tenang, dan memuaskan, yang berfokus pada apa yang benar-benar penting dan bermakna.

Mitos dan Fakta Seputar JOMO

Seiring dengan popularitas konsep JOMO (Joy of Missing Out), muncul beberapa mitos yang perlu diklarifikasi. Berikut adalah beberapa mitos umum tentang JOMO beserta fakta yang sebenarnya:

  1. Mitos: JOMO berarti mengisolasi diri sepenuhnya dari dunia digital.

    Fakta: JOMO tidak mengharuskan seseorang untuk sepenuhnya meninggalkan teknologi atau media sosial. Sebaliknya, JOMO adalah tentang penggunaan teknologi secara lebih bijaksana dan selektif.

  2. Mitos: Menerapkan JOMO akan membuat seseorang ketinggalan informasi penting.

    Fakta: JOMO justru membantu seseorang untuk lebih fokus pada informasi yang benar-benar penting dan relevan, alih-alih tenggelam dalam lautan informasi yang tidak perlu.

  3. Mitos: JOMO hanya cocok untuk introvert.

    Fakta: JOMO dapat bermanfaat bagi semua orang, baik introvert maupun ekstrovert. Ini adalah tentang menemukan keseimbangan yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan preferensi masing-masing individu.

  4. Mitos: Menerapkan JOMO berarti tidak pernah berpartisipasi dalam acara sosial.

    Fakta: JOMO tidak melarang partisipasi dalam acara sosial. Sebaliknya, ini adalah tentang memilih dengan bijak acara mana yang benar-benar ingin dihadiri dan bermakna.

  5. Mitos: JOMO adalah konsep yang mudah diterapkan secara instan.

    Fakta: Menerapkan JOMO adalah sebuah proses yang membutuhkan waktu dan konsistensi. Ini melibatkan perubahan pola pikir dan kebiasaan yang telah lama terbentuk.

Memahami fakta-fakta ini dapat membantu seseorang untuk menerapkan JOMO dengan cara yang lebih realistis dan berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari.

Kesimpulan

JOMO (Joy of Missing Out) merupakan konsep yang semakin relevan di era digital yang penuh dengan informasi dan konektivitas tanpa henti. Sebagai antitesis dari FOMO (Fear of Missing Out), JOMO menawarkan pendekatan yang lebih seimbang dan memuaskan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Dengan menerapkan JOMO, kita dapat:

  • Meningkatkan kesejahteraan mental dengan mengurangi stres dan kecemasan yang sering muncul akibat FOMO.
  • Meningkatkan produktivitas dan fokus dengan mengurangi distraksi dari informasi yang tidak penting.
  • Memperbaiki kualitas hubungan dengan orang-orang terdekat melalui interaksi yang lebih bermakna.
  • Mengembangkan apresiasi yang lebih besar terhadap momen saat ini dan hal-hal sederhana dalam hidup.
  • Menciptakan keseimbangan yang lebih baik antara dunia digital dan kehidupan nyata.

Penting untuk diingat bahwa menerapkan JOMO bukanlah tentang mengisolasi diri sepenuhnya dari dunia digital atau sosial, melainkan tentang membuat pilihan yang lebih bijaksana dan sesuai dengan nilai-nilai serta prioritas pribadi. Ini adalah proses yang membutuhkan waktu dan konsistensi, namun manfaatnya bagi kesehatan mental dan kualitas hidup secara keseluruhan sangat berharga.

Dalam konteks yang lebih luas, JOMO juga dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk investasi dan gaya hidup secara umum. Dengan menggabungkan prinsip-prinsip JOMO dengan filosofi hidup seperti Kirei, kita dapat menciptakan kehidupan yang lebih seimbang, tenang, dan memuaskan.

Pada akhirnya, JOMO adalah tentang menemukan kebahagiaan dan kepuasan dalam pilihan-pilihan yang kita buat, bukan dalam upaya tanpa henti untuk mengikuti setiap tren atau informasi yang ada. Dengan menerapkan JOMO, kita dapat hidup dengan lebih autentik, fokus pada apa yang benar-benar penting, dan menemukan kebahagiaan dalam kesederhanaan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya