Liputan6.com, Banjaluka: Panel interetnik yang dibentuk pemerintah Bosnia dan Herzegovina menyatakan, lebih dari 19 ribu warga Serbia Bosnia terlibat dalam aksi pembantaian yang terjadi di Srebrenica. Panel ini memang ditujukan untuk mengindentifikasi para pelaku pembantaian ribuan warga 10 tahun silam itu. Peristiwa tersebut telah menjadi sejarah kelam dan menuai kecaman keras dari berbagai negara.
Disebutkan oleh panel, polisi, anggota militer dan warga sipil bekerja sama dalam pembantaian massal tersebut. Itu terlihat dari pembagian tugas yang rapi, melibatkan tugas logistik, transportasi dan komunikasi, termasuk juga operasi militer. Srebrenica yang awalnya dijadikan zona aman oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, kemudian menjadi ladang pembantaian.
Sebanyak 17 ribu dari 19 ribu nama yang terlibat pembantaian itu, dinyatakan pula oleh panel telah teridentifikasi. Mereka terdiri dari pejabat yang mengeluarkan perintah pembantaian dan eksekutor pembantaian itu sendiri. Hampir 900 orang dari mereka yang dicurigai keterlibatannya, kemungkinan besar saat ini masih bekerja bagi pemerintah Republik Serbia.
Panel juga mendapatkan informasi dari Kementerian Dalam Negeri dan Pertahanan Republik Serbia, markas besar militer dan agen rahasia dari Serbia. Selain itu, pengadilan perang PBB juga menyediakan bantuan penting bagi panel tersebut. Nantinya, laporan yang dihasilkan panel ini akan dikirimkan kembali ke Tribunal Yugoslavia di Den Haag, Belanda.
Sementara itu, warga Srebrenica yang selamat dari pembantaian menyatakan keraguannya, bahwa para pelaku akan bisa diadili. Sebagian korban menyarankan agar nama para pelaku itu dipublikasikan, untuk mengurangi derita keluarga korban. Sayangnya, publikasi nama para tersangka tak mungkin dilakukan, untuk menghindarkan gangguan pada penyelidikan dan peradilan bagi para penjahat perang itu.
Kendati demikian, belasan pelaku saat ini sudah disidangkan di Pengadilan untuk Kejahatan Perang Yugoslavia di Den Haag. Di bawah tekanan dunia internasional, tahun lalu pemerintah Serbia Bosnia juga telah mengakui dan meminta maaf atas aksi pasukannya, yang dalam waktu tiga hari telah membunuh lebih dari delapan ribu warga muslim Srebrenica.(ADO/Uri)Â Â Â Â Â
Disebutkan oleh panel, polisi, anggota militer dan warga sipil bekerja sama dalam pembantaian massal tersebut. Itu terlihat dari pembagian tugas yang rapi, melibatkan tugas logistik, transportasi dan komunikasi, termasuk juga operasi militer. Srebrenica yang awalnya dijadikan zona aman oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, kemudian menjadi ladang pembantaian.
Sebanyak 17 ribu dari 19 ribu nama yang terlibat pembantaian itu, dinyatakan pula oleh panel telah teridentifikasi. Mereka terdiri dari pejabat yang mengeluarkan perintah pembantaian dan eksekutor pembantaian itu sendiri. Hampir 900 orang dari mereka yang dicurigai keterlibatannya, kemungkinan besar saat ini masih bekerja bagi pemerintah Republik Serbia.
Panel juga mendapatkan informasi dari Kementerian Dalam Negeri dan Pertahanan Republik Serbia, markas besar militer dan agen rahasia dari Serbia. Selain itu, pengadilan perang PBB juga menyediakan bantuan penting bagi panel tersebut. Nantinya, laporan yang dihasilkan panel ini akan dikirimkan kembali ke Tribunal Yugoslavia di Den Haag, Belanda.
Sementara itu, warga Srebrenica yang selamat dari pembantaian menyatakan keraguannya, bahwa para pelaku akan bisa diadili. Sebagian korban menyarankan agar nama para pelaku itu dipublikasikan, untuk mengurangi derita keluarga korban. Sayangnya, publikasi nama para tersangka tak mungkin dilakukan, untuk menghindarkan gangguan pada penyelidikan dan peradilan bagi para penjahat perang itu.
Kendati demikian, belasan pelaku saat ini sudah disidangkan di Pengadilan untuk Kejahatan Perang Yugoslavia di Den Haag. Di bawah tekanan dunia internasional, tahun lalu pemerintah Serbia Bosnia juga telah mengakui dan meminta maaf atas aksi pasukannya, yang dalam waktu tiga hari telah membunuh lebih dari delapan ribu warga muslim Srebrenica.(ADO/Uri)Â Â Â Â Â