Crimea Pilih Lepas Ukraina, Muslim Tatar Merasa Terancam

Ketua Komisi Referendum Valery Medvedev mengatakan, sekitar 95 persen pemilih memutuskan untuk bergabung ke Rusia.

oleh Rizki Gunawan diperbarui 17 Mar 2014, 15:20 WIB
Diterbitkan 17 Mar 2014, 15:20 WIB
Crimea Pilih Lepas Ukraina, Nasib Muslim Tatar Terancam
Warga Muslim Tatar di Crimea (Huffington Post)

Liputan6.com, Crimea- Referendum untuk memilih apakah ingin tetap menjadi bagian Ukraina atau bergabung ke Rusia telah digelar pada Minggu 16 Maret 2014 kemarin. Ketua Komisi Referendum Valery Medvedev mengatakan, sekitar 95 persen pemilih memutuskan untuk bergabung ke Rusia.

"Sekitar 95 persen pemilih dalam Referendum Crimea telah menjawab 'Ya' bahwa republik otonom bergabung dengan Rusia. Dan kurang dari 5 persen suara ingin wilayah ini tetap menjadi bagian dari Ukraina, menurut hasil awal referendum," ujar Valery, seperti dimuat Russia Today, Senin (17/3/2014).

Namun kondisi ini disebut-sebut membuat nasib warga Muslim Tatar terancam, yang jumlahnya sekitar 12 persen dari populasi keseluruhan Crimea. Seorang warga Muslim Tatar mengaku takut kembali mengalami penindasan bila Crimea bergabung ke Rusia.

Warga Muslim Tatar dulu pernah ditindas selama berabad-abad pada pemerintahan Uni Soviet. Karenanya, pada Referendum kali ini, hanya sedikit warga Muslim Tatar yang berpartisipasi.

"Ini tanah air kami. Ini tanah leluhur kami. Buat apa minta kami pilih iya atau tidak," kata warga Muslim Tatar,  Shevkaye Assanova, seperti dikutip dari Reuters.

"Saya berjanji seumur hidup, saya akan mengutuk mereka yang mendatangkan orang-orang itu (Rusia) ke sini. Saya tidak mengakui ini sama sekali," imbuh dia.

Selain ditentang warga Tatar, feferendum ini juga mendapat kecaman dari pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa. Presiden AS Barack Obama mengaku telah berbicara kepada Presiden Rusia Vladimir Putin soal referendum yang dinilai melanggar aturan ini.

Obama pun mencetuskan bahwa pemerintah AS dan negara-negara sekutu Eropa siap menerapkan sanksi-sanksi tambahan kepada Rusia karena langkahnya yang melanggar wilayah kedaulatan Ukraina.

Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan hasil Referendum mematuhi hukum internasional. Bahkan, Putin mengklaim pemantauan untuk referendum tersebut telah mencakup seluruh wilayah Ukraina. "Penduduk semenanjung dijamin kebebasannya dalam mengekspresikan kehendak mereka dan menentukan nasib sendiri." (Yus Ariyanto)

Baca juga:

Pejabat: 95 Persen Warga Crimea Setuju Bergabung dengan Rusia

Referendum Crimea Digelar Hari Ini, Pisah dari Ukraina Atau...

Ukraina Memanas Bikin Wall Street Melemah

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya