Pemimpin Boko Haram Nyatakan Dukungan ke ISIS dan Al Qaeda

Boko Haram juga mengaku bertanggungjawab atas tiga peristiwa peledakan bom bulan lalu dan menyuarakan dukungan kepada Daulah Islamiyah.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 14 Jul 2014, 17:11 WIB
Diterbitkan 14 Jul 2014, 17:11 WIB
Boko Haram Hina Pencarian Tawanan

Liputan6.com, London Pencarian ratusan siswi korban penculikan Boko Haram di Nigeria masih terus berlangsung dan mendapat perhatian internasional, termasuk perhatian dari Malala Yousafzai, seorang gadis Pakistan yang pernah ditembak Taliban.

Boko Haram menerbitkan suatu video baru hari Minggu 13 Juli lalu yang isinya menertawakan kampanye media sosial berisi keprihatinan terhadap nasib 223 siswi sekolah yang diculik kelompok itu di Nigeria Timur Laut. Demikianlah berita yang dilansir Sydney Morning Herald, Senin (14/7/2014).

Dalam suatu siaran yang diduga menjadi penanda bulan ke tiga penculikan itu, Abubakar Shekau, pemimpin Boko Haram, mengatakan bahwa para siswi itu tidak akan dibebaskan sampai pemerintah membebaskan teman mereka yang ditahan.

Shekau, yang dalam video itu dikelilingi setidaknya oleh 10 pria bersenjata di depat dua kendaraan lapis baja pengangkut pasukan, juga menyatakan dukungannya kepada Abubakar Al-Baghdadi, pemimpin Daulah Islamiyah di Irak dan Suriah (ISIS), Ayman al-Zawahiri, pemimpin Al Qaeda, dan Mullah Omar, pemimpin Taliban.

Shekau juga mengaku bertanggungjawab atas tiga peristiwa peledakan bom bulan lalu dan menyuarakan dukungan kepada Daulah Islamiyah yang telah menguasai sebagian besar kawasan utara Irak.

Video itu dimaksudkan sebagai cemoohan langsung kepada Malala Yousofzai, siswi sekolah di Pakistan dan pelaku kampanye hak-hak wanita yang tiba di Abuja, ibukota Nigeria, di akhir pekan lalu untuk menyuarakan dukungan kepada kampanye #bringbackourgirls.

Malala Yousafzai (17) hijrah ke Inggris setelah ditembak oleh Taliban. Ia menemui orangtua para siswi korban penculikan dan akan juga melakukan pembicaraan dengan presiden Nigeria Goodluck Jonathan.

Namun demikian, keraguan serius merebak terkait dengan kemungkinan penyelamatan para siswi tersebut. Dalam maklumat kepada The Daily Telegraph pada akhir pekan lalu, para diplomat Barat mengatakan, walaupun pengumuman gencar secara internasional, upaya-upaya menemukan para tawanan tidak banyak mengalami kemajuan sejak bulan Mei lalu, ketika Inggris, Amerika dan Prancis menawarkan bantuan.

Kecilnya kemungkinan pertukaran tahanan ataupun upaya penyelematan, kecil pula kemungkinan adanya terobosan dalam masa mendatang, katanya.

Seorang diplomat mengatakan, "Sepertinya sulit sekali hal ini diselesaikan dengan penyelamatan atau pertukaran tahanan. Wanita-wanita lain yang diculik oleh Boko Haram dalam beberapa bulan atau tahun terakhir sekarang menjadi istri secara terpaksa."

"Yang mungkin terjadi adalah, ada saja korban yang bisa meloloskan diri dan ada suatu kesepakatan dengan salah satu faksi lokal yang menahan sejumlah tawanan. Selama beberapa bulan atau tahun ke depan, para korban bisa muncul kembali."

Pernyataan diplomat tersebut mengecewakan keluarga siswi-siswi itu yang berharap banyak atas bantuan internasional dalam penculikan ini.

Tekad Malala

Hari Minggu lalu, Malala menyebut para korban penculikan itu merupakan saudara-saudara perempuan. Dia juga menyatakan akan terus berdialog dengan pihak terkait agar mereka dibebaskan.

Pemerintah negara-negara Barat secara tegas pun meminta Presiden Nigeria untuk menolak permintaan Boko Haram untuk pertukaran tahanan dan tidak perlu ada tawar menawar dengan kelompok teroris yang begitu kejamnya.

Dalam video sepanjang 16 menit itu, Shekau secara gamblang menyebutkan tuntutannya. "Kembalikan Anak-anak Perempuan Kami… kembalikan tentara-tentara kami," katanya sambil merujuk kepada para anggota Boko Haram yang sekarang dalam tahanan.

Walapun sudah ada sejumlah laporan dalam beberapa pekan terakhir ini tentang adanya kontak tidak langsung antara Boko Haram dan pemerintah sehubungan dengan pertukaran tahanan, para diplomat mengatakan tawar-menawar dilakukan sendiri-sendiri sebagai prakarsa mandiri tanpa adanya perintah terpusat atau kaitan dengan presiden.

Sebagian besar kelompok dalam pemerintahan dan militer Nigeria juga sangat menentang pertukaran tahanan dan mencoba untuk menghalangi rencana demikian, bahkan jika ada dukungan dari sang presiden. Demikian yang disampaikan seorang pejabat Barat.

Ledakan Bom

Selain menghujat sejumlah pihak yang ingin menyelamatkan Malala, Boko Haram juga menyatakan bertanggungjawab atas peledakan bom di suatu pusat perbelanjaan di Abuja pada 25 Juni lalu yang menewaskan 22 orang dan dua ledakan pada hari yang sama di depot BBM di Lagos, pusat perdagangan Nigeria.

Untuk mencegah kepanikan, para pejabat Nigeria sebelumnya telah mengatakan bahwa dua ledakan di Lagos disebabkan oleh kebocoran gas. Selama ini depot itu lolos dari incaran Boko Haram.

Namun sumber-sumber keamanan secara pribadi mengakui bahwa setidaknya satu ledakan di sana dilakukan oleh seorang wanita pelaku bom bunuh diri, dan Shekau mengaku telah memerintahkan sukarelawati "yang kemudian pergi dan meledakannya." (Riz)

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya