Liputan6.com, New York - Pada tanggal 6 September tahun 1901, ribuan orang tengah berkerumun ingin bersalaman dengan presiden AS ke-25, William McKinley yang sedang mengunjungi ke pameran Pan-American di Buffalo, New York.
Sore itu, semua tampak normal-normal saja. McKinley yang dikenal sebagai sosok presiden ramah bersiap menyapa masyarakat, yang setia menunggu di luar gedung selama berjam-jam. Namun siapa sangka, salah seorang di antara kerumunan massa itu ternyata berniat membunuhnya.
Pada pukul 16.00, pintu gedung pun dibuka, masyarakat berbaris memasuki gedung, satu per satu bersalaman dengan sang presiden sambil membisikkan, "Senang bertemu Anda, Pak Presiden."
McKinley merupakan presiden yang amat populer kala itu, ia baru terpilih kembali menjabat sebagai presiden untuk periode kedua. Masyarakat girang bisa memiliki kesempatan untuk bertemu langsung dengan orang nomor satu itu.
Tepat pada pukul 16.07, seorang warga bernama Leon Czolgosz mendapat giliran untuk bersalaman dengan McKinley. Tak ada yang menyangka, ia bermaksud untuk menembak sang presiden.
Di tangan kanannya, telah terselip pistol kaliber 32 yang ditutupi dengan saputangan.
Baca Juga
Sang presiden dan juga pengawalnya melihat ada saputangan menutupi tangan Czolgosz, tapi mereka tak menganggapnya sebagai suatu ancaman. Sebab, hari itu sangat panas, jadi banyak orang yang membawa saputangan untuk menghapus keringat di wajah mereka.
Ketika Czolgosz mendekati presiden dan hendak bersalaman, ia langsung melepaskan 2 tembakan. Sang presiden pun jatuh tersungkur ke tanah. Pelaku yang mencoba untuk melepaskan tembakan ketiga, akhirnya dibekuk satuan pengawal presiden.
Advertisement
Czolgosz  pun segera diamankan dan diseret. Warga yang kaget melihat langsung penembakkan itu langsung menyerukan, "Hukum dia!'
McKinley yang bersimbah darah pun dilarikan ke ruang gawat darurat yang berada di dalam gedung. Ia teringat akan istrinya, Ida McKinley dan memberi pesan kepada orang-orang di sekelilingnya, "Berhati-hatilah memberitahukan hal ini kepada istriku," seperti dikutip dari American President History.com.
Sebuah peluru mengenai tulang dada bagian kanannya, sedangkan peluru lain mengenai organ dalam perutnya. Operasi pun dilakukan oleh Dokter Matthew Mann, itupun dalam kondisi yang sulit dengan sedikit cahaya, karena tidak ada listrik di dalam gedung itu.
Peluru yang bersarang di dadanya akhirnya berhasil dikeluarkan, namun operasi pengangkatan sisa peluru di perutnya sulit dilakukan. McKinley akhirnya dipindahkan ke rumah sakit lain untuk perawatan lanjutan.
Beberapa hari kemudian, Presiden McKinley berangsur pulih. Masyarakat pun lega mendengar kabar itu. Namun akibat infeksi yang terjadi dalam tubuh, kondisinya dikabarkan memburuk pada Jumat 13 September 1901. Ia pun meninggal pada keesokan harinya.
Kabar tersebut kemudian menyebar ke seluruh antero negeri. Duka meliputi AS.
Penganti
Wakil presiden Theodore Roosevelt kemudian menggantikan McKinley menjadi presiden, pada usianya yang ke-42.
Sementara si penembak yang diinterogasi oleh Jaksa Thomas Penney, mengaku dirinya sengaja menembak presiden. "Saya melakukan tugas saya, McKinley adalah simbol dari ketidakadilan di negeri ini," kata Czolgosz.
Czolgosz akhirnya dieksekusi mati pada 29 Oktober 1901. Dengan alasan keamanan, keluarganya tidak diizinkan membawa pulang jasadnya. Ia dimakamkan di kuburan penjara Auburn, New York.
William McKinley menjadi presiden AS ke-3 yang tewas dibunuh. Sebelumnya di 1865, Abraham Lincoln menjadi presiden AS yang menjadi korban pertama pembunuhan. Kemudian Presiden James Garfield ditembak petugas federal pada 1881, meskipun ia sempat hidup selama 80 hari.
Presiden ke-35 AS, John Fitzgerald Kennedy menjadi korban ke-4 yang ditembak mati ketika melawat ke Dallas, Texas pada 22 November 1963.
Di tanggal yang sama dengan momen Presiden McKinley ditembak, tahun 1907, kapal mewah Lusitania meninggalkan London menuju New York pada pelayaran perdananya. (Imelia Pebreyanti/Ein)