Liputan6.com, Manila - Di atas panggung, di depan ratusan orang pada 7 Desember 1972, mantan Ratu Kecantikan Filipina Imelda Marcos selamat dari maut yang nyaris menjemputnya. Ia berhasil mempertahankan diri dari serangan pisau membabi buta yang diarahkan padanya, dalam acara penyerahan penghargaan lingkungan bertajuk Imelda’s National Beautification and Cleanliness contest.
Tak ada yang menduga ada pembunuh yang menyusup di antara para penerima penghargaan tersebut. Ibu negara Filipina itu sepertinya juga tak merasakan ada gelagat yang aneh.
Di tengah kemeriahan, saat pria berbaju hitam itu menaiki panggung dan berbaris untuk menerima hadiah dari Imelda. Tiba-tiba saja ia mengeluarkan pisau bolo -- sejenis belati-- yang tersembuyi di balik lengan jasnya.
Pisau berwarna hitam yang disembunyikan di balik jas berwarna serupa itu, kemudian dihujamkan ke arah istri Presiden Filipina, Ferdinand Marcos. Teriakan pun pecah, jeritan terdegar di mana-mana.
Dari video yang beredar, Imelda Marcos terlihat menutupi dada dengan kedua lengannya. Sehingga organ-organ vitalnya terlindungi dari serangan brutal itu.
Lalu beberapa orang berbaju putih berlarian ke arahnya. Sebagian berusaha menolongnya -- termasuk pejabat bernama Jose Aspitas dan Linda Amor Robles, yang lain melumpuhkan si penusuk yang belakangan diketahui bernama Carlito Dimahilig.
Carlito sulit diamankan, ia membabi buta menikamkan pisaunya ke segala penjuru dan melukai beberapa orang. Akhirnya, polisi menembakkan dua peluru ke arah belakang tubuhnya. Pria 27 tahun itu tewas seketika.
Imelda Marcos langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat dengan helikopter. Meski selamat dari maut, namun ia harus merasakan pedihnya mendapati luka 75 jahitan di tangan dan lengan setelah mempertahan diri dari penyerang berpisau.
Peristiwa mendebarkan yang terekam itu pun kemudian menyebar ke seantero dunia.
Dikutip dari Filipiknow.net, teori konspirasi pun bermunculan setelah insiden itu. Upaya pembunuhan tersebut dinilai sebagai sandiwara untuk mendapatkan simpati masyarakat. Maklum, meski rupawan, Imelda Marcos dianggap sosok yang kontroversial. Akibat keserakahannya.
Carlito Dimahilig disebutkan bukan seorang pembunuh. Pertama, senjata yang digunakan untuk membunuh Imelda tak tepat. Ia menggunakan pisau bolo bukan pistol yang lebih praktis.
Advertisement
Dia juga tak sampai mengakibatkan luka fatal bagi Imelda, padahal posisinya cukup strategis untuk membunuhnya.
Meskipun demikian, upaya pembunuhan gagal Imelda Marcos tetap menjadi pengingat suram masa lalu yang kelam di Filipina.
Selain peristiwa itu, Today in History pada 7 Desember 1988, gempa bumi 6,9 skala Richter mengguncang Spitak, Armenia. 25 Ribu orang dilaporkan meregang nyawa, melukai 30 ribu orang dan membuat 500 ribu dari 3,5 juta orang kehilangan tempat tinggal.
Sementara di tanggal yang sama tahun 2005, pria bernama Rigoberto Alpizar, seorang penumpang American Airlines dalam penerbangan 924 ditembak mati aparat di Bandara Internasional Miami. Ia dicurigai memiliki bom. (Tnt/Ein)