Liputan6.com, Tokyo - PM Jepang Shinzo Abe berupaya semaksimal mungkin untuk membebaskan dua sandera warga Jepang, yang ditahan oleh kelompok Negara Islam (ISIS) yang menuntut uang tebusan US$ 200 juta atau setara Rp 2,5 triliun.
"Kami berpacu dengan waktu," kata PM Jepang seperti dikutip dari Telegraph, Kamis (22/1/2015).
Ia juga telah menginstruksikan para pejabat Jepang untuk menggunakan semua jalur diplomatik, yang mungkin untuk mengupayakan pembebasan Kenji Goto dan Haruna Yukawa.
"Ini adalah perjuangan sulit, namun pemerintah akan melakukan yang terbaik. Saya telah memerintahkan pemerintah untuk menggunakan semua jalur diplomatik dan pihak yang memungkinkan ... untuk menjamin pembebasan dua orang warga negara Jepang itu," jelas Abe.
Abe juga menyatakan bahwa negaranya tidak akan mengalah pada terorisme. "Jepang akan melakukan yang terbaik untuk memerangi terorisme. Bahu membahu dengan pertolongan dunia internasional," jelas dia.
Jepang dalam posisi dilematis. Sebab, kebijakan keamanan Jepang hanya berlaku di dalam negeri. Jadi, untuk membebaskan sandera, Negeri Sakura butuh bantuan pihak lain.
ISIS mengeluarkan video yang menampilkan 2 sandera asal Jepang pada 20 Januari.
Kedua sandera, berjenis kelamin pria, mengenakan pakaian oranye, terlihat berlutut di atas pasir. Sementara seorang militan dengan pakaian serba hitam, dengan wajah disembunyikan di balik kedok gelap, berdiri di antara mereka. Ia membawa pisau.
Pria itu mengritik sikap Jepang yang membantu negara-negara yang memerangi ISIS.
Kelompok militan yang juga dikenal dengan sebutan Negara Islam (IS) itu mengancam akan membunuh kedua sandera jika Negeri Sakura tak membayar uang tebusan sebesar US$ 200 juta atau sekitar Rp 2,5 triliun. Jepang hanya diberi waktu 72 jam setelah video ditayangkan.
Jika tebusan tak dibayar dalam waktu 72 jam. "Pisau ini akan menjadi mimpi burukmu," kata pria itu, seperti dikutip dari NBC News. (Tnt/Ein)
Advertisement