2 Warga Jepang Diancam Dieksekusi ISIS, PM Shinzo Abe Geram

PM Abe berjanji memberi bantuan senilai sekitar US$200 juta dalam bentuk bantuan non-militer bagi negara-negara yang memerangi ISIS.

oleh Rizki Gunawan diperbarui 20 Jan 2015, 18:39 WIB
Diterbitkan 20 Jan 2015, 18:39 WIB
PM Jepang Shinzo Abe
PM Jepang Shinzo Abe (New York Times)

Liputan6.com, Jerusalem - Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe angkat bicara terkait ancaman yang dilayangkan terhadap 2 warga Jepang yang tengah disandera. ISIS mengancam akan mengeksekusi kedua warga Negeri Sakura tersebut jika pemerintah Jepang tidak membayar tebusan.

Shinzo Abe geram dengan ancaman ISIS tersebut. Dia menegaskan pihaknya akan melakukan segala cara untuk membebaskan kedua warganya. "Keselamatan mereka adalah prioritas kami. Kami akan gentar dan menyerah dengan ancaman tersebut," ujar Shinzo, seperti dimuat BBC, Selasa (20/1/2015).

PM Abe saat ini sedang berada di Yerusalem dalam rangkaian tur kunjungan kenegaraan di Timur Tengah. Ia diharapkan segera pulang lebih awal untuk berkoordinasi dengan jajarannya di pemerintahan Jepang demi menempuh langkah strategis untuk membebaskan warganya dari jeratan ISIS.

"Ancaman ini tak bisa dimaafkan. Ekstremisme dan Islam merupakan hal yang sangat berbeda. Kami akan bekerja dengan negara lain untuk menumpas terorisme," tegas Shinzo.

Dalam video yang dirilis ISIS, terlihat dua pria berdarah Asia dengan pakaian oranye berlutut di depan anggota militan dengan pisau terhunus, yang mengancam akan membunuh sandera kecuali jika pemerintah Jepang membayar tebusan sebesar sebesar US$ 200 juta atau sekitar Rp 2,5 triliun.

Kedua sandera ini diketahui bernama Haruna Yukawa, yang ke Timur Tengah untuk bertempur, dan Kenji Goto, seorang wartawan.

Dalam kunjungan ke Kairo, Mesir, 3 hari lalu, PM Abe berjanji memberi bantuan senilai sekitar US$200 juta dalam bentuk bantuan non-militer bagi negara-negara yang memerangi ISIS.

ISIS yang mengklaim Daulah Islamiyah secara sepihak tersebut sebelumnya memenggal sejumlah warga asing, di antaranya pekerja sosial AS yang mualaf, Abdul-Rahman Kassig dan jurnalis Amerika Serikat James Foley. (Riz/Ein)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya