3-2-1971: Polisi Jujur Korban 'Persekongkolan' Rekan yang Korup

Polisi teladan ini di berada tengah 'lingkaran setan' aparat yang korup dan bersengkongkol untuk mencelakakannya.

oleh Rizki Gunawan diperbarui 03 Feb 2015, 06:00 WIB
Diterbitkan 03 Feb 2015, 06:00 WIB
Frank Serpico
Frank Serpico (Tripod.com)

Liputan6.com, New York - Anggota Kepolisian New York (New York Police Department/NYPD) Frank Serpico dikenang warga Amerika Serikat (AS) sebagai polisi jujur dan bersih dari korupsi. Namun idealisme itu membuatnya tuli. Telinga kirinya tak bisa berfungsi usai ditembak bandar narkoba.

Seperti dimuat Police One, Selasa (3/2/2015), lelaki yang lahir di Brooklyn, New York 14 April 1936 tersebut menjadi korban persengkokolan rekannya sesama polisi yang membekingi gembong narkoba yang menembaknya.

Saat itu, 3 Februari 1971 atau tepat 44 tahun lalu, Serpico hendak menggerebek bandar narkoba di sebuah apartemen bersama rekan-rekannya. Pria yang memulai kariernya di Kepolisian New York sejak 1959 itu langsung mendobrak pintu.

Bandar narkoba keluar dan menyerang. Saat itu, Serpico mencoba melawan. Namun polisi tersebut tertembak pada bagian kepala. Serpico berteriak meminta bantuan rekan lainnya, namun mereka diam saja, bersekongkol membiarkannya terluka.

Dalam kondisi yang cukup kritis, Serpico mencoba sekuat tenaga untuk menghajar si bandar narkoba. Penjual barang terlarang kelas kakap itu akhirnya berhasil dibekuk.

Petugas medis kemudian datang untuk menyelamatkan Serpico yang tengah dalam kondisi genting. Pada akhirnya, polisi jujur tersebut berhasil selamat dari maut, meski kuping sebelah kirinya tak berfungsi.

Penembakan tersebut juga membuat serpihan peluru tersangkut di otak Serpico. Sangat sulit untuk mengambil pecahan peluru tersebut dari otaknya. Hingga pada akhirnya ia memutuskan untuk pensiun dari polisi pada 1972.

Menolak Disuap

Frank Serpico merupakan anggota Kepolisian New York yang ditugaskan khusus untuk membekuk para pelaku kriminal. Dia kerap berpakaian preman untuk menyamar dalam upaya penangkapan terhadap para penjahat yang juga kerap mengelabui polisi dengan penyamaran.

Suatu hari, pria yang sejak kecil bermimpi menjadi detektif itu diajak rekannya untuk membekingi bandar judi. Namun ia dengan tegas menolak.

Rekan sesama polisi tak menyerah untuk membujuk Serpico agar mau bekerja sama dan menerima uang suap tersebut. Tapi sang polisi jujur tetap menolaknya meski berkali-kali diancam dan diintimidasi.

Serpico kemudian melaporkan tindak korupsi tersebut ke rekan-rekannya. Namun sayang, tak ada tindak lanjut yang cepat dari laporan tersebut. Penyuapan dan pembekingan tetap marak.

Baru beberapa tahun kemudian, Kepolisian New York membentuk 'Knapp Commission' untuk menyelidiki dugaan korupsi tersebut. Serpico menjadi saksi utama bersama segelintir polisi jujur lainnya.

Pada akhirnya, dugaan korupsi tersebut terbukti benar adanya. Petinggi Kepolisian memutuskan untuk menindak mereka yang terlibat dan melakukan reformasi besar-besaran.

Atas kinerjanya yang bersih dan berkontribusi besar dalam pemberantasan korupsi, Frank Serpico diganjar penghargaan tertinggi 'Gold Shield' dan 'Medal of Honor'. Kiprahnya kemudian diangkat dalam sebuah film berjudul 'Serpico' yang dirilis pada 1973.

Nama Frank Serpico akan terus diingat sebagai bunga mekar di antara semak-semak belukar. Polisi teladan di tengah komunitas polisi yang kebanyakan korup. Kini pria berjenggot itu menghabiskan sisa hidupnya sebagai aktivis anti-korupsi. (Riz)

Baca juga: [Kisah Kapolri Hoegeng Jalani Hidup Sederhana]

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya