Polisi Kolombia Gagalkan Penyelundupan 3,3 Ton Kokain

Kokain siap dikirim melalui sungai ke Karibia atau perbatasan dengan Panama dan selanjutnya akan dikirim ke Meksiko.

oleh Anri Syaiful diperbarui 25 Feb 2015, 08:00 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2015, 08:00 WIB
penyelundupan kokain
Polisi Kolombia memeriksa kokain sitaan. (Reuters/John Vizcaino)

Liputan6.com, Bogota - Kolombia terus menggencarkan perang terhadap narkoba. Kali ini aparat Kepolisian Kolombia menggagalkan penyelundupan kokain di kawasan hutan perbatasan dengan Panama. Sekitar 3,3 ton kokain berhasil disita.

Barang haram itu diketahui milik geng kriminal klan Usuga Kolombia. "Kokain bernilai sekitar US$ 90 juta (sekitar Rp 1,13 triliun)," beber Kepala Kepolisian Kolombia Jenderal Rodolfo Palomino, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (25/2/2015).

"Kokain siap dikirim melalui sungai ke Karibia atau perbatasan dengan Panama dan selanjutnya akan dikirim ke Meksiko," imbuh Palomino.

Penyelundupan kokain juga digagalkan pada Minggu 22 Februari 2015. Polisi juga menemukan 3 ton kokain di dermaga terminal kargo di Cartagena, tempat yang populer di kalangan turis di pantai Karibia, Kolombia. Kokain sebanyak itu juga akan dikirim ke Meksiko.

Merujuk catatan Perserikatan Bangsa-Bangsa, peredaran kokain terbilang parah di Kolombia. Setiap tahun sekitar 300 ton kokain beredar di Kolombia. Tak mengherankan bila salah satu negara di belahan Amerika Selatan ini menjadi produsen kokain utama di dunia. Pada 2014, Otoritas Kolombia menyita sekitar 166 ton narkoba.

Peredaran narkoba kerap dibarengi dengan perdagangan gelap senjata di wilayah timur laut Kolombia. Wilayah strategis itu dimanfaatkan oleh geng kriminal dan pemberontak sayap kiri Pasukan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC).

Sementara Klan Usuga, yang mempunyai sekitar 2.000 anggota, adalah geng kriminal terbesar di negara itu. Selain memperdagangkan narkoba, mereka terlibat dalam penambangan liar. Kolombia bahkan telah menawarkan hadiah US$ 600 ribu untuk informasi yang mengarah pada penangkapan pemimpinnya.

Mayoritas anggota geng tersebut terdiri dari mantan personel paramiliter yang resmi dibubarkan hampir satu dekade silam.

Pemberontak FARC juga mengambil keuntungan besar dari perdagangan narkoba. Apalagi, kokain dan jenis narkoba lainnya adalah 'lumbung uang' bagi kelompok yang berjuang dalam konflik bersenjata selama hampir 50 tahun di negara itu dan telah menewaskan lebih dari 200 ribu orang. (Ans)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya