Liputan6.com, Sanaa - Kondisi Yaman masih memanas meski beberapa waktu lalu konflik sempat dihentikan beberapa saat oleh koalisi pimpinan Arab Saudi. Kabar terakhir, Senegal menyatakan akan mengirim 2.100 tentara untuk mendukung upaya melawan pemberontak Houthi.
"Pengiriman ribuan tentara itu merupakan respons terhadap permintaan Arab Saudi yang memerlukan bantuan pengamanan daerah perbatasan kerajaan itu dengan Yaman," kata Menteri Luar Negeri Senegal, Mankeur Ndiaye, seperti dikutip dari BBC, Selasa (5/5/2015).
Sementara itu, Arab Saudi menyatakan tengah mempertimbangkan gencatan senjata sementara untuk memungkinkan pengiriman bantuan ke daerah tertentu di Yaman.
Abdrabbuh Mansour Hadi melarikan diri dari Yaman. Serangan yang pimpin Arab Saudi terhadap kaum Houthi bertujuan untuk mengembalikan Mansour Hadi ke kursi presiden Yaman. Koalisi itu mencakup delapan negara Arab, AS, Inggris, dan Perancis.
"Koalisi itu bertujuan melindungi dan mengamankan tempat-tempat suci umat Muslim, Mekkah dan Madinah," kata Menlu Senegal Ndiaye mengatakan kepada parlemen seperti dilaporkan Reuters.
Senegal adalah negara dengan mayoritas penduduk beragama Muslim Sunni dan telah menerima bantuan dari Arab Saudi. Namun kerja sama tersebut disambut kritik di Senegal.
"Arab Saudi dan situs-situs suci Islam tidak terancam. Tidak ada alasan untuk membenarkan intervensi militer oleh Senegal," kata politikus oposisi Modou Diagne.
PBB menyebut lebih dari 1.200 orang telah tewas dan 300.000 mengungsi dari Yaman dalam enam minggu terakhir. Badan dunia tersebut juga telah berulang kali memperingatkan Yaman menghadapi krisis kemanusiaan yang buruk.
PBB juga mengkritik serangan udara yang terjadi Senin 4 Mei di bandara di Sanaa, di kota Hodeida bagian barat, dan di kota daerah selatan Aden.
"Saya sangat berharap koalisi ini tidak menargetkan Bandara Internasional Sanaa dan menjaga jalur transportasi yang penting ini -- dan semua bandara dan pelabuhan laut lain -- sehingga lembaga kemanusiaan dapat menjangkau semua warga yang terdampak konflik," kata koordinator bantuan kemanusiaan PBB, Johannes Van Der Klaauw. (Tnt/Yus)