Liputan6.com, New York - Informasi mengejutkan didapati pihak Amerika Serikat (AS), terkait pekerja bantuan dari negaranya, Kayla Mueller yang tewas tahun ini di tangan ISIS di Suriah.
Didapati fakta baru bahwa wanita berusia 26 tahun itu sempat dilecehkan berkali-kali dan disiksa oleh pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi, dalam penyanderaan. Sebelum akhirnya dilaporkan tewas pada Februari 2015.
Baca Juga
"Kami diberitahu Kayla disiksa, bahwa dia milik al-Baghdadi. Kami -- orangtua Mueller Carl dan Marsha Mueller -- diberitahu pada Bulan Juni oleh pemerintah," kata salah satu anggota keluarga Mueller kepada ABC News yang dikutip dari CNN, Sabtu (25/8/2015).
Advertisement
Juru bicara keluarga itu memberitahukan, Jumat 14 Agustus ini adalah ulang tahun ke-27 Kayla Mueller.
Informasi soal pelecehan seksual kepada Mueller pertama kali dilaporkan oleh ABC News, yang mengutip pejabat AS yang tak dipublikasikan namanya, untuk mengkofirmasi informasi ini. Dalam laporan tersebut, keluarga gadis malang itu diberitahu bahwa putri mereka telah dijadikan 'properti Baghdadi'.
Pejabat kontraterorisme AS yang tak dipublikasikan namanya itu menyatakan, bahwa al-Baghdadi secara pribadi membawa Mueller ke rumah Abu Sayyaf, pemimpin senior ISIS asal Tunisia yang tewas dalam serangan AS pada Mei 2015.
Informasi ini juga dibenarkan dalam interogasi dengan istri Sayyaf, Umm Sayyaf, yang ditangkap oleh pasukan AS dalam serangan yang menewaskan suaminya. Dalam wawancara media AS juga dikonfirmasi, ada 2 gadis remaja Yazidi yang dijadikan budak seks di rumah Sayyaf. Salah satunya diduga Kayla.
Wanita asal Prescott, Arizona, berangkat ke Turki pada Desember 2012 untuk bekerja di sebuah organisasi Turki yang memberikan bantuan kemanusiaan kepada pengungsi Suriah di sepanjang perbatasan. Ia ditangkap pada Agustus 2013 ketika akan meninggalkan sebuah rumah sakit Doctors Without Borders di Aleppo, Suriah utara.
Kayla Mueller dilaporkan tewas setelah disandera ISIS selama 18 bulan.
Nyawa Kayla tak tertolong, padahal kala itu tentara AS telah mendekati lokasi penyanderaan untuk menyelamatkannya pada Juli 2014. Di mana serangan besar-besaran di sebuah kilang minyak yang dekat Raqqa di Suriah dilakukan dalam upaya menemukan wartawan James Foley -- yang dieksekusi ISIS pada Agustus 2014 bersama sandera lainnya.
"Pasukan tersebut menemukan bukti sandera Mueller, termasuk tulisan-tulisan di dinding sel dan rambut yang diyakini milik Mueller," kata seorang pejabat AS. (Tnt/Ndy)