Bahasa Inggris Dilarang di Rumah Sakit Ini

Provinsi Quebec di Kanada memang sebenarnya sudah lama ingin menjadi wilayah berbudaya Prancis, tak sedikit yang menentangnya.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 06 Nov 2015, 09:04 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2015, 09:04 WIB
Bahasa Inggris Dilarang di Rumah Sakit Ini
Rumah sakit adalah ruang umum dan semua orang harus bisa dilayani dalam bahasanya. (Sumber CBC)

Liputan6.com, Gaspe - Suatu rumah sakit di Kota Gaspe telah diperintahkan untuk menurunkan sejumlah tanda isyarat dua bahasa di dalam gedung-gedungnya. Kota ini berada di Provinsi Quebec.

Perintah ini diberikan oleh Office quebecois de la langue francaise (OQLF) yang menyambangi rumah sakit itu pada musim panas lalu dan mengirimkan catatan kepada Centre integre de sante et de services sociaux (CISSS) de Gaspesie.

Menurut laporan CBC News, Rabu 4 November 2015, Jean-Pierre Leblanc, juru bicara OQLF, mengatakan bahwa pembicara bahasa Inggris haruslah 50 persen dari keseluruhan populasi sebagai syarat supaya tanda isyarat boleh dalam dua bahasa, Prancis dan Inggris.

Katanya, “Kalau bukan begitu keadaannya, mereka harus tunduk kepada peraturan.”

Menurut Leblanc, Peraturan 101 memungkinkan informasi kesehatan dan keselamatan dipasang dalam dua bahasa, misalnya tanda yang meminta pengunjung mencuci tangan mereka. Namun demikian, tanda petunjuk arah ke ruang periksa, misalnya, harus diganti.

CISSS mengatakan bahwa layanan dalam dua bahasa: Inggris dan Prancis, telah menjadi praktik lazim selama beberapa tahun lamanya. Namun demikian, wanita juru bicara Genevieve Cloutier mengatakan bahwa mereka tidak punya banyak pilihan, kecuali menghormati hukum.

“Hal ini bukan berarti orang kemudian berhenti mendapatkan layanan dalam bahasa Inggris. Kode warna yang kami miliki (sebagai tanda pegawai dua bahasa dengan lencana kuning) tetap ada,” katanya.

Ia selanjutnya mengatakan bahwa pihak rumah sakit akan memastikan bahwa pegawai tambahan akan ditugaskan untuk menerima kedatangan di meja depan.

Menurut  Pusat Pelayan Sosial, sekitar 14 persen pasien di sana berbahasa Inggris. Kebanyakan adalah kaum manula. Di sejumlah tempat, misalnya Kota Barachois di dekatnya, kebanyakan adalah pengguna bahasa Inggris.

Bernice Vibert yang bekerja di sebuah toko di Barachois khawatir bahwa kaum manula tidak dapat mencari arah di dalam rumah sakit. Katanya, “Rumah sakit adalah ruang umum dan semua orang harus bisa dilayani dalam bahasanya. Hormatlah sedikit, tanda dalam bahasa Inggris harus tetap ada.”

Menurut wanita itu, para pelanggan menceritakan bahwa mereka tidak mengerti mengapa pertikaian mengenai bahasa masih saja mengganjal. Katanya, “Apa susahnya kalau orang-orang ini dilayani dalam bahasa Inggris dan berkas-berkas mereka tertulis dalam bahasa Inggris. Tidak ada yang salah tentang itu.” (Alx/Rie)*

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya