Liputan6.com, Massachusetts - Pada era digital seperti sekarang ini, umum bagi masyarakat pengguna teknologi berlomba-lomba mengunggah potret diri alias selfie ke akun media sosial mereka.
Buruk baiknya selfie itu cerita di lain hari, namun kini sudah muncul rumus untuk menghitung apakah selfie Anda mengesankan atau tidak.
Baca Juga
Sebuah perangkat lunak dari periset di Massachusetts Institute of Technology (MIT) bisa membantu fotografer (dan penggila selfie) dalam memilah foto terbaik, dengan menggunakan bantuan algoritma yang bekerja sebaik manusia.
Advertisement
Algoritma "MemNet" menggunakan teknik deep learning, bergantung pada jaringan saraf yang sudah mempelajari pola gambar dengan menghitung seberapa mengesankan sebuah gambar, termasuk selfie.
"Memahami mudah atau sulitnya diingat sebuah gambar membantu kami untuk membuat sistem yang menangkap informasi penting, atau, menyimpan informasi yang orang-orang kemungkinan akan lupa," ungkap Aditya Khosla, periset di MIT's Computer Science and Artificial Intelligence Laboratory (CSAIL), dikutip Science Alert, Selasa (22/12/2015).
"Sama halnya memiliki grup yang bisa memberi tahu Anda menarik tidaknya sebuah pesan visual."
Dalam aplikasi perangkat lunak online itu, Anda bisa mengunggah foto Anda, meng-klik 'run', dan mesin akan menghitung seberapa mengesankan foto Anda, dengan memberikan penilaian dari Very Low --sangat rendah-- hingga very high --sangat tinggi.
Bagaimana cara perhitungannya?
Periset menyusun algoritma dengan mengumpulkan 60 ribu foto yang dinilai kurang mengesankan. Kumpulan foto-foto tersebut menjadi kumpulan foto terbesar dalam database dunia, diproses melalui perangkat lunak. Algoritma kemudian secara independen akan mencari pola dalam foto, menganalisis setiap gambar dan mencari tahu elemen gambar yang mudah diingat. Lalu, masing-masing foto akan diberi penilaian dari 'sangat mudah terlupakan' hingga 'sangat mudah diingat'.
Sebagai tambahan dari mengidentifikasi dan menilai foto-foto berdasarkan mudah atau sulitnya diingat, algoritma juga memberi 'peta panas' pada setiap gambar, mengindikasikan bagian mana yang paling mudah diingat.
Untuk menguji seberapa kecerdasan buatan ini dalam membedakan foto-foto mengesankan dan yang tidak, periset membandingkan kemampuan algoritma dengan subjek manusia. Tantangannya adalah mencari tahu grup mana yang lebih baik dalam menebak kemampuan grup lainnya dalam mengingat gambar-gambar.
Baca Juga
Hasilnya, diunggah online di karya ilmiah tim, menunjukkan bahwa manusia masih memiliki kemampuan sedikit lebih baik dibanding mesin dalam memprediksi sulit mudahnya sebuah gambar dianggap mengesankan, namun selisihnya tipis.
"Walau deep learning sudah mengalami pengembangan dalam mengenal objek dan memahami suasana, memprediksi memori manusia masih dianggap sebagai proses kognitif lebih tinggi yang tak mungkin pernah diketahui oleh ilmuwan," ungkap anggota tim ilmuwan, Aude Oliva. "Kami bisa, dan berhasil!"
Tim ilmuwan memiliki sejumlah rencana di masa depan untuk algoritma mereka, termasuk merilis aplikasi yang mampu mengubah sedikit foto menjadi lebih mudah diingat. Namun, riset ini tidak hanya membantu kita mengerti apa yang membuat sebuah gambar mudah diingat, namun juga memberi pengetahuan baru mengenai sifat alami memori manusia, seperti mengapa dan bagaimana kita mudah mengingat visual tertentu.
"Anda mungkin mengira orang-orang jaman sekarang akan menyesuaikan diri dan melupakan banyak hal, namun riset kita membuktikan sebaliknya," ungkap Khosla.
"Artinya, kita kemungkinan bisa meningkatkan daya ingat seseorang jika menunjukkan kepada mereka gambar yang mudah diingat."