Liputan6.com, Shenzen - Musibah tanah longsor China terjadi di Shenzhen pada Minggu 20 Desember 2015 waktu setempat. Banyak korban dilaporkan hilang tertimbun gundukan lumpur dan tanah.
Setelah lebih dari 60 jam atau 3 hari pascalongsor, tanda-tanda korban selamat diketahui oleh tim penyelamat. Seorang pemuda terlihat kondisinya masih sadarkan diri, meski lemah akibat tertimbun puing-puing bangunan.
Upaya penyelamatan dramatis untuk mengevakuasinya pun dilakukan tim penyelamat.
Advertisement
"Si pemuda berhasil diselamatkan hidup-hidup," kata media pemerintah seperti dikutip dari BBC, Rabu (23/12/2015).
Pemuda 19 tahun itu ditemukan Rabu pukul 03.30 waktu setempat atau Selasa pukul 19.30 GMT di bawah bangunan runtuh. Menurut kantor berita negara Xinhua, ia kini tengah menerima perawatan medis.
Baca Juga
Longsor, yang terjadi awal pada hari Minggu, 'menelan' lebih dari 30 bangunan di distrik industri. Setidaknya 1 orang tewas dan lebih dari 70 lainnya hilang.
Longsor China itu disebabkan oleh gundukan besar buatan manusia berisi tanah dan limbah konstruksi yang tak stabil dan runtuh akibat hujan lebat. Ribuan orang terlibat dalam upaya penyelamatan mencari korban longsor.
Sekitar 900 orang dievakuasi pada hari Minggu, ketika tanah dan puing-puing bergerak di distrik tersebut dan memicu ledakan pipa gas alam.
Longsor akhirnya menyelimuti daerah seluas 380.000 meter persegi (455.000 kilometer persegi) - setara dengan sekitar 50 lapangan sepak bola. Beberapa daerah tertutupi 10 meter (32ft) dari lumpur.
Ministry of Land and Resources mengatakan, gunung sampah bumi dan konstruksi telah menumpuk di bukit distrik itu selama 2 tahun terakhir.
"Tumpukan itu terlalu besar, terlalu curam, menyebabkan ketidakstabilan dan akhirnya runtuh, '' kata kementerian itu.
Warga setempat, Yi Jimin juga membenarkan bahwa musibah tanah longsor China itu bukanlah bencana alam.
"Hujan lebat dan longsor di gunung adalah bencana alam. Tapi yang satu ini bukan bencana alam, ini adalah buatan manusia, '' ucap Jimin.
Ini adalah bencana besar keempat China dalam setahun, dimulai dengan insiden berdesakan mematikan di Shanghai pada Malam Tahun Baru 2015, diikuti kapal pesiar terbalik di Sungai Yangtze, dan ledakan besar di sebuah gudang bahan kimia di Tianjin yang menewaskan lebih dari 170 orang.