Liputan6.com, Jakarta - Dalam mitos Yunani kuno, Hydra dikenal sebagai monster berkepala banyak. Ia unik dan tangguh, karena setiap salah satu kepalanya dipotong, akan tumbuh lagi dua kepala baru sebagai penggantinya.
Sosok 'monster' itu ternyata ada dalam dunia nyata. Hewan yang dinamai sama dengan binatang khayalan tersebut ternyata tak kalah unik dan tangguh.
Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan kalau hydra -- polip air tawar berbadan ramping -- kemungkinan bisa hidup selamanya, tanpa mengalami penuaan.
Advertisement
Baca Juga
Menurut penelitian terbaru yang diterbitkan di Jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, 7 Desember lalu, tak seperti kebanyakan hewan multisel lain, hydra tidak menunjukkan tanda-tanda penuaan seiring bertambahnya usia.
"Saya memulai eksperimen awal dengan maksud untuk membuktikan kalau hydra tak mungkin tidak mengalami penemuan," ungkap Daniel Martinez, peneliti yang juga ahli biologi Pomona College, seperti dikutip dari Live Science, Rabu (23/12/2015). “Data-data yang ada membuktikan kalau saya salah -- dua kali.”
Hidup Abadi
Hydra adalah kelompok invertebrata yang berbentuk seperti tabung kecil, dengan tentakel yang menonjol keluar dari salah satu ujung tubuhnya. Dengan panjang yang cuma sekitar 10 milimeter, hydra hidup dengan memakan hewan-hewan air yang lebih kecil darinya.
Si 'monster' hydra dikenal karena kemampuan regeneratifnya. Martinez menjelaskan kalau sebagian besar sel-sel tubuh hydra adalah sel induk. Sel-sel ini mampu membelah diri secara terus-menerus dan berkembang menjadi sel jenis apapun dalam tubuh si hydra.
Pada manusia, sel ‘totipotent’ semacam ini -- bisa berkembang dan berubah menjadi sel apapun -- cuma ada saat hari-hari pertama perkembangan embrio. Sebaliknya, Hydra secara konstan memperbaharui tubuh mereka dengan sel-sel baru.
Pada tahun 1998, Martinez dan rekan-rekannya mempublikasikan sebuah penelitian yang menjelaskan kalau mereka tak menemukan tanda-tanda penuaan pada hydra dewasa selama selang waktu 4 tahun.
Untuk mendeteksi penuaan, peneliti mengamati ‘senescence’ yang didefinisikan sebagai peningkatan laju kematian dan penurunan kesuburan seiring bertambahnya usia. Penelitian di tahun 1998 tersebut tak dapat memastikan apakah kesuburan hydra menurun dengan bertambahnya usia.
Dalam penelitian yang terbaru, para peneliti menciptakan semacam pulau bak surga bagi 2.256 hydra. Tujuannya menyediakan lingkungan dan kondisi hidup ideal bagi hewan tersebut, dengan cara memberi makan sendiri-sendiri tiap hydra, mengganti air tiga kali seminggu, serta ditambah menu makan udang air laut segar.
Selama 8 tahun, para peneliti tak menemukan bukti penuaan apapun pada hydra-hydra tersebut. Tingkat kematian per tahun bertahan di angka satu untuk setiap 167 hydra, tak peduli berapapun usia mereka.
(Hydra 'tertua' yang diteliti adalah hasil kloningan yang telah berusia sekitar 41 tahun -- walaupun tiap hewan cuma diteliti selama delapan tahun, beberapa di antaranya secara biologis lebih tua karena merupakan hasil kloningan genetik.) Serupa halnya dengan tingkat kesuburan yang tetap konstan sepanjang waktu pada 80 persen dari hydra-hydra tersebut.
20 persen sisanya mengalami fluktuasi kesuburan yang naik turun, kemungkinan akibat kondisi laboratorium.
"Saya yakin kalau hydra individu bisa hidup selamanya dalam kondisi yang sesuai," kata Martinez.
Di alam liar, penyakit, pemangsa dan pencemaran air kerap membunuh hydra sebelum sempat mencapai tingkat keabadiannya. Akan tetapi, hasil penemuan ini menggugat model lama yang menganggap semua hewan pasti akan mengalami penuaan seiring waktu.
Ini berarti dengan meneliti 'monster' itu, para ilmuwan bisa mengungkap misteri kenapa hampir semua hewan mengalami penuaan.
"Saya berharap penelitian ini bisa mendorong ilmuwan lain untuk meneliti lebih dalam soal keabadian ini," jelas Martinez, "mungkin (meneliti)beberapa organisme lain yang bisa membantu memberi pencerahan pada misteri penuaan ini."