Obama Ungkap Kesalahan Terbesarnya sebagai Presiden

Ada hal yang disesali Barack Obama dalam masa jabatannya sebagai presiden sejak 20 Januari 2009 hingga saat ini.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 11 Apr 2016, 11:05 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2016, 11:05 WIB
obama
Presiden Obama saat menulis surat balasan untuk Ileana Yarza di Ruang Oval, Gedung Putih. (whitehouse.gov)

Liputan6.com, Jakarta - Ada hal yang disesali Barack Obama dalam masa jabatannya sebagai presiden sejak 20 Januari 2009 hingga saat ini. Ia menyebut tidak matangnya perencanaan pasca-penggulingan diktator Libya Moammar Kadhafi pada 2011 sebagai "kesalahan terbesarnya".

Hal tersebut disampaikan Obama menjawab pertanyaan pembawa acara Fox News Sunday, Chris Wallace, tentang hal apa yang paling disesalinya jelang saat-saat terakhirnya di Gedung Putih.

"Mungkin kegagalan untuk merencanakan pasca-kejadian tersebut," kata Obama dalam wawancara dengan Fox News yang ditayangkan Minggu, 10 April 2016, seperti Liputan6.com kutip dari Strait Times, Senin (11/4/2016).

Namun, Obama menegaskan, intervensi di Libya adalah tindakan yang tepat.


Operasi di Libya dan kekacauan yang terjadi di sana sebagai akibatnya, mengemuka kembali dalam kampanye pemilihan presiden 2016. Salah satu yang jadi sorotan adalah meningkatnya kehadiran ISIS di sana dan serangan udara AS untuk mengendalikannya.

Ini bukan kali pertamanya Obama bicara dengan Libya. Dalam profil yang dipublikasikan bulan lalu dalam The Atlantic, ia menyebut, Perdana Menteri Inggris David Cameron "terdistraksi" dengan banyak hal, sehingga kondisi di Libya seperti saat ini.

Meski Obama mengatakan intervensi atas Libya berjalan relatif sesuai apa yang diharapkan, ia memandang kondisi negara tersebut kacau.

Setelahnya, dalam pernyataannya pada CNN, juru bicara Dewan Keamanan Nasional atau National Security Council, Ned Price, meyakinkan aliansi antara Inggris dan Amerika Serikat tetap kuat.

Secara terpisah, kandidat capres Partai Demokrat, Hillary Clinton, yang pernah jadi menteri luar negeri dalam pemerintahan Obama, mendukung kuat intervensi AS ke Libya.

Dalam wawancara dengan CBS News 2011 lalu, saat masih menjabat Clinton mengatakan hal ini soal Khadafi. "Kami datang. Kami lihat. Ia (Khadafi) tewas."

Namun, dalam town hall meeting 7 Maret 2016, Clinton mengatakan, apa yang terjadi sejak itu sungguh disesalkan. Instabilitas yang terjadi membuka peluang bagi kelompok teroris, termasuk ISIS, menduduki sejumlah bagian dari Libya.

"Saya berpendapat, seandainya tidak ada intervensi, mungkin kondisi di Libya akan mirip dengan apa terjadi di Suriah," kata Clinton.

Kepala US Africa Command, Jenderal (Angkatan Darat) David Rodriguez mengatakan, kehadiran ISIS di Libya berlipat ganda sejak 2015, mencapai 6 ribu militan.

Kembali ke Obama, sang presiden mengaku, hari terbaiknya selama menjabat sebagai presiden adalah saat usulan kebijakan mengenai asuransi kesehatan bagi rakyat Amerika Serikat -- yang populer dengan Obamacare -- diloloskan parlemen.

Sementara, hari terburuk bagi suami Michelle Obama tersebut adalah ketika ia berkunjung ke Newton pascapenembakan yang menewaskan 20 anak-anak dan 6 orang dewasa di Sekolah Dasar Sandy Hook, Connecticut.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya