Liputan6.com, Pyongyang - Selamat datang di pesta seks kelas atas elit Korea Utara. Para perempuan dari umur 13 tahun dipaksa untuk melayani nafsu bejat para pemimpin negeri yang mengucilkan diri itu.
Perempuan malang itu dipilih secara acak oleh tentara. Kadang dipilih saat mereka masih duduk di bangku sekolah. Keluarga mereka serta catatan kesehatan tertutup rapat-rapat. Cek rutin dilakukan untuk memastikan keperawanan mereka terjaga.
Baca Juga
Baca Juga
Bertahun-tahun kemudian, para perempuan itu diharapkan untuk menservis lingkaran elit militer Korea Utara. Mereka siap disebut 'Pasukan Kenikmatan' atau disebut Gippeumjo, bekerja untuk memuaskan nafsu para elit itu.
Advertisement
Kisah itu adalah klaim dari berbagai pembelot perempuan yang berhasil kabur dari Korut dalam 10 tahun terakhir. Tiap pembelot menceritakan grup misterius--sebuah rahasia paling aneh di dunia-- di mana remaja putri dicerabut dari komunitas dan dipekerjakan sebagai wanita penghibur kelas atas. Liputan6.com mengutip dari News.com.au, Kamis (28/4/2016). Berikut ceritanya...
Rahasia 'Pasukan Kenikmatan'
Menurut rumor keberadaan pasukan itu beranggotakan 2.000 wanita Korut. Mereka dipisahkan jadi 3 grup. Satu untuk pelayan seks, satu khusus pemijat dan satu lagi penyanyi dan penari. Seluruh pasukan tak memerlukan pakaian militer lengkap. Hanya selembar kain.
Bahkan keluarga dari para perempuan itu tidak tahu kemana anaknya pergi. Mereka hanya mengeri anak gadisnya menjadi bagian dari misi penting pemerintah. Setelah ditunjuk, perempuan-perempuan itu tak bisa bertemu dan berbicara dengan relasi mereka.
Kurang dari 6 bulan setelah Kim Jong-il wafat, menurut koran Korsel, Chosun Ilbo, Kim Jong-un, mencari 'penghibur' bagi Pasukan Kenikmatan khusus untuk dirinya.
Mi-hyang, salah seorang mantan pasukan kenikmatan, berhasil kabur ke Korsel setelah 2 tahun menservice almarhum Kim Jong-il. Setelah membelot, ia mengisahkan jalan hidupnya itu kepada majalah Marie Claire pada 2010.
Mi-hyang mengatakan, ia baru saja berusia 15 tahun ketika dua pria berbaju militer menyerbu ke kelasnya tanpa peringatan. Mata mereka jelalatan mencari 'barang' bagus.
Salah satu pria itu tiba-tiba menunjuk Mi-hyang dan meminta ia pergi bersamanya.
Mi-hyang mengatakan, mereka membuat catatan detil tentang sekolah dan dan sejarah keluarganya. Lalu, tiba-tiba mereka menanyakan apakah sudah pernah melakukan hubungan seks dengan pria.
"Aku sungguh malu mendengar pertanyaan itu," kata Mi-hyang.
Ketika pengecekan telah selesai, perempuan pilihan itu wajib menghabiskan hari-harinya melayani Kim Jong-il.
Mi-hyang tak diperbolehkan berbicara dengan keluarganya dan ia tahu, jika ketahuan kabur, ia akan dieksekusi segera.
Perempuan pilihan, kata Mi-hyang, harus memiliki kriteria ketat. Mereka memiliki tinggi 165cm, tak ada bekas luka dan harus mulus. Suara lembut dan kewanitaan. Yang paling penting adalah perawan.
Setelah 'dipilih', sejumlah pelatihan dilakukan. Mereka dikirim ke Hong Kong berbulan-bulan untuk berlatih cara memijat yang benar. Atau ke wilayah lain untuk belajar menyanyi dan menari secara profesional.
Karena saat itu ia masih pelajar berusia belasan tahun, Kim Jong-il hanya menyentuh kepala dan tangannya. Namun, tak pernah memintanya melakukan kegiatan seks.
Andai Mi-hyang tak kabur, mungkin Kim Jong-il akan memintanya melayani hubungan seks.
Kesaksian Korban Lainnya
Beberapa kritik sempat dilontarkan mempertanyakan keaslian kisah Mi-hyang. Tapi ternyata, ia tak sendiri. Banyak perempuan pembelot lain yang berkisah sama.
Tahun 2015 sebuah buku berjudul Dear Leader: Poet, Spy, Escapee – A Look Inside North Korea, ditulis pembelot Jang Jing-sung. Ia menulis, perempuan paling cantik seantro Korut akan dikategorikan sebagai 'Seksi Kelima'.
'Seksi Kelima' adalah kelompok lingkaran paling dekat dengan Kim Jong-un. Menurut Jing-sung, pekerjaan mereka adalah pelayan paling terpercaya yang melayani kehidupan pribadi si pemimpin dari makanan hingga hiburan. Setelah itu, mereka baru masuk ke Pasukan Kenikmatan.
"Setelah diseleksi, para gadis tiap tahunnya diperiksa kesehatannya termasuk keperawanan," tulis Jing-sung.
"Di usia 16 tahun, saat mereka selesai sekolah menengah pertama, kantor cabang Seksi Kelima memilih menyeleksi mereka."
"Mereka yang berhasil lolos akan diberi pelatihan selama 1 tahun dan ditugasi keluar negeri. Pernikahan diatur dengan tentara pilihan atau kader senior agar bisa bekerja di kementerian luar negeri. Beberapa di antara perempuan itu bahkan menjadi kader."
Lee Il-nam, keponakan Kim Jong-ill, juga mendeskripsikan 'Pasukan Kenikmatan' dalam buku yang berjudul, Kim Jong-il’s Royal Family.
Ia mengungkapkan, pesta khusus di kediaman resmi Kim di Pyongyang sangat lazim. Bahkan hingga pukul 3.00 dini hari, bergelimpangan minuman beralkohol, seks dan makanan mewah. Hanya 40 dari 200 orang terdekatnya yang bisa datang ke pesta itu.
"Mereka punya pesta rutin termasuk makan-makan, minum-minum, dansa, dan biasa ditutup dengan permainan erotis yang berakhir di ranjang," tulis Lee.
"Permainan kesukaan adalah yang kalah harus buka baju satu per satu. Tak peduli laki atau perempuan. Kalau mereka sampai mabuk berat, mereka juga main permainan cukur rambut. Kalau laki yang kalah, rambutnya dibotak, kalau perempuan, rambut kemaluannya yang dicukur," lanjutnya.
Advertisement
Nasib Perempuan Sesudah 'Pensiun'
Setelah 10 tahun berdedikasi memberikan 'pelayanannya', biasanya pensiun di usia 22 hingga 25 tahun, perempuan itu pensiun dari perannya. Laporan mengatakan mereka biasanya menikah dengan pasukan elit.
Kendati sudah pensiun, para perempuan itu terus dimonitor agar rahasia peranan mereka tak bocor ke publik Korut.
Hingga akhir tahun 2011, saat Kim Jong-il wafat, pasukan kenikmatan miliknya dibubarkan, dan perempuan-perempuan itu kembali ke orang tua mereka.
Agar tidak bocor tentang 'kelakuan' mereka, pemerintah memberikan uang tutup mulut sebesar US$4.000 atau sekitar Rp 62 juta. Angka itu dua kali lipat dari gaji tahunan masyarakat Korut kebanyakan.
Kalau ada perempuan yang bocorkan rahasia itu, tak segan-segan akan dibunuh. Biasanya, keluarga mereka mengalami nasib yang sama...