Perjalanan Petinju Muhammad Ali Menjadi Seorang Muslim

Dunia gempar saat Cassius Marcellus Clay Jr mengumumkan ia telah menjadi seorang muslim dan menjadi Muhammad Ali.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 04 Jun 2016, 13:20 WIB
Diterbitkan 04 Jun 2016, 13:20 WIB
Ilustrasi Muhammad Ali. (Complex.com)
Ilustrasi Muhammad Ali. (Complex.com)

Liputan6.com, Jakarta - Dunia gempar saat juara tinju kelas berat Cassius Marcellus Clay Jr mengumumkan bahwa ia telah menjadi seorang muslim pada tahun 1964. Tak lama kemudian, pria itu menyandang nama baru: Muhammad Ali.

"Orang-orang menyebutnya sebagai 'Black Muslims'," kata Ali yang kala itu berusia 22 tahun, soal keyakinan barunya itu, seperti dikutip dari situs International Business Times, Sabtu (4/6/2016).

"Itu bahasa media. Bukan istilah resmi. Islam adalah sebuah agama. Ada 750 juta orang di seluruh dunia yang menjadi pemeluknya. Dan saya adalah salah satunya."

Pengumuman tersebut dilakukan segera setelah ia menang TKO ronde 7 dari 15 ronde yang direncanakan atas Sonny Liston di Florida, Amerika Serikat.

Sejak menjadi muslim, Ali mewakili wajah Islam di mata warga Amerika Serikat.

"Muhammad Ali mungkin adalah wajah Islam pertama bagi Amerika Serikat. Di mana untuk kali pertama menyadarkan bahwa muslim ada di AS," kata Ihsan Bagby, associate professor dari University of Kentucky seperti dikutip dari Courier Journal.

Saat itu, Ali bukan hanya pahlawan bagi muslim. Prestasinya mewakili 'black pride' -- kebanggaan kaum kulit berwarna bagi warga Amerika keturunan Afrika.

Juga pahlawan bagi rakyat di dunia ketiga yang hidup pada era pasca-kolonial, di mana keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Vietnam sama sekali tak populer.

Muhammad Ali juga adalah penentang Perang Vietnam gadis depan. Ia menentang program wajib militer ke Vietnam. "Saya tidak ada masalah dengan orang-orang Vietkong, dan tidak ada satupun orang Vietkkong yang memanggilku dengan sebutan Nigger!," kata dia.

Perjalanan spiritual Muhammad Ali sebagai muslim penuh lika-liku.  

Pada 1965, Ali bergabung dalam organisasi kontroversial Nation of Islam yang alirannya berbeda dengan Islam pada umumnya.

Kemudian pada 1975, Ali mengikuti ajaran Sunni, yang dipraktikkan mayoritas muslim di dunia. Perubahan tersebut terjadi ketika Amerika Serikat menjadi lebih multirasial -- dengan meningkatnya penduduk keturunan Arab, Asia, dan imigran muslim dari Eropa.

Belakangan Ali tertarik mendalami Sufi. "Sungai, kolam, danau, dan aliran air -- mereka semua unik, namun sama-sama berisi air. Demikian pula dengan agama, semua mengandung kebenaran," kata Ali di University of Louisville pada tahun 2004.

Pascateror 9/11, ketika warga muslim, khususnya di Amerika Serikat, menanggung penghakiman atas kesalahan yang tidak mereka lakukan. Pernyataan Muhammad Ali menentang anggapan yang mengaitkan aksi terorisme dengan Islam.

Petinju legendaris, Muhammad Ali meninggal pada Jumat 3 Juni 2016 malam waktu setempat atau Sabtu 4 Juni 2016 pagi Waktu Indonesia Barat (WIB).

Ia mengembuskan napas terakhir pada usia 74 tahun, setelah mendapat perawatan sejak Kamis 2 Juni lalu.

Dilansir dari Guardian, Ali dirawat intensif karena mengalami gangguan pada pernapasan. Segala upaya telah dilakukan tim medis namun nyawa Ali tidak tertolong.

Sejak pensiun tahun 1981, Ali memang kerap keluar masuk rumah sakit. Terakhir, ia mendapat perawatan pada awal tahun 2015 karena didiagnosis pneumonia.

Selain itu sang petinju legendaris itu juga sudah lama mengidap parkinson. Namun, hal itu tidak mengganggunya untuk terus berkegiatan amal di seluruh dunia.

Rencananya, jenazah Muhammad Ali akan dimakamkan di kampung halamannya di Louisville. Namun pihak keluarga belum menyebutkan kapan pemakaman itu akan dilakukan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya