Liputan6.com, Newcastle upon Tyne - Sejumlah dokter dan ilmuwan selangkah lebih dekat untuk menciptakan bayi dengan DNA dari 3 orang. Itu berarti calon bocah tersebut secara genetika akan memiliki 3 orangtua.
Hal itu diungkapkan setelah penelitian yang dilakukan pada embrio sehat, menemukan bahwa prosedur tersebut tampaknya akan menghasilkan kehamilan normal.
Penelitian yang dilakukan pada embrio dengan tambahan DNA tak memiliki banyak perbedaan dengan embrio yang didapatkan dari proses In Vitro Fertilization (IVF) atau dikenal dengan bayi tabung. Namun pengujian lebih lanjut masih dilakukan untuk mengetahui risiko percobaan tersebut.
Advertisement
Penelitian tersebut akan ditinjau oleh badan pengatur fertilitas Inggris, yang diharapkan akan membuat lisensi persetujuan atau justru kebalikannya sebelum akhir tahun 2016.
Teknik percobaan yang telah dikembangkan oleh para peneliti di Newcastle itu dikenal sebagai 'mitochondrial donation' atau sumbangan mitokondria. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah wanita mewariskan penyakit genetik mematikan kepada anak-anak mereka.
Baca Juga
Penyakit tersebut kebanyakan mempengaruhi otak dan otot anak-anak ketika tumbuh. Hal itu diproduksi oleh mutasi genetik di sebuah struktur kecil bernama mitokondria yang berfungsi untuk menghasilkan energi.
Mitokondria adalah baterai sel, pabrik energi sel, yang gennya diwariskan dari ibu.
Dengan menggunakan donor mitokondria, dokter berharap dapat memblokir perpindahan mitokondria pembawa penyakit dengan membuat embrio IVF memiliki set kromosom normal dari orangtua, namun dengan mitokondria sehat dari donor lain.
Pada Maret tahun lalu, anggota parlemen memberikan suara untuk mengizinkan donasi mitokondria kepada badan pengatur fertilitas, Human Fertilisation and Embryology Authority (HFEA).
Dikutip dari The Guardian, Kamis (9/6/2016), pembahasan oleh pakar ilmiah yang diselenggarakan HFEA meminta lebih banyak bukti sebelum lisensi keselamatan dikeluarkan dan prosedur tersebut dilakukan oleh dokter.
Saat ini yang menjadi perhatian para peneliti adalah sulitnya menafsirkan bangkitnya DNA mutan. Namun para ilmuwan mengatakan bahwa mereka dapat memindai embrio dengan tingkat mutasi mitokondria tertinggi sebelum ditanam ke dalam rahim.
"Itu merupakan catatan agar kami berhati-hati," ujar ketua penelitian, Mary Herbert.
Sementara itu penelitian lain di Columbia Univeristy dan dipublikasi dalam jurnal Cell Stem Cell mengatakan, keputusan perizinan penggunaan teknik tersebut akan diserahkan kepada pembuat peraturan.
Hingga saat ini mereka belum tahu bagaimana mitokondria DNA tersebut akan berdampak pada embrio, terutama bayi.
Ketua peneliti lain, Doug Turnbull, mengatakan bahwa prosedur tersebut dapat membantu 150 wanita yang membawa penyakit mitokondria di Inggris setiap tahunya.
Namun ia menambahkan, mungkin banyak orang lebih memilih alternatif seperti adopsi atau bayi tabung dengan menggunakan sel telur sehat dari donor.
"Kami saat ini sedang berdiskusi dengan pasien mengenai pilihan potensial tersebut. Orang-orang menyambut baik teknik ini. Terdapat beberapa pasien yang mendukungnya," tambahnya.