Liputan6.com, Orlando - Penembakan Orlando terjadi ketika sekitar 320 orang memadati klub malam Pulse di wilayah Florida pada Minggu, 12 Juni dinihari. Sejumlah orang yang melarikan diri mengatakan orang-orang yang sedang minum terjatuh terkena tembakan dari belakang, sementara sebagian lainnya bersembunyi di kamar mandi dan ruang-ruang lain.
Polisi yang datang ke lokasi sempat berunding dengan penembak, sebelum akhirnya memutuskan menyerbu klub malam itu. Dalam keterangan pers Minggu pagi, Kepala Kepolisian Orlando John Mina mengatakan sedikitnya 50 orang tewas dan 53 lainnya luka-luka.
"Ada seorang petugas polisi yang bertugas di klub malam Pulse dan menanggapi insiden penembakan. Ia terlibat baku tembak dengan tersangka pelaku, yang kemudian kembali masuk ke dalam klub malam itu dan melepaskan sejumlah tembakan," ujar Mina seperti dikutip dari VOA News, Senin (13/6/2016).
Advertisement
"Situasi sempat berubah menjadi penyanderaan. Kemudian aparat dari beragam instansi datang, termasuk tim SWAT. Sekitar jam 05.00 kami memutuskan untuk menyelamatkan para sandera. Tim SWAT terlibat baku tembak dengan tersangka pelaku."
"Tersangka pelaku tewas. Ia tampaknya membawa senjata serbu, pistol, dan sejumlah piranti lain di tubuhnya," kata Mina.
Seorang pejabat FBI, Danny Banks, mengatakan penembakan Orlando ini diyakini sebagai insiden terburuk dalam sejarah Amerika. Sejauh ini jumlah korban tewas dalam penembakan terbanyak ada di Orlando.
Kini insiden itu sedang diselidiki sebagai aksi terorisme.
"Kami menyelidikinya sebagai aksi terorisme. Apakah ini aksi terorisme domestik atau internasional, kami akan menyelidiki hingga ke akarnya," ujarnya.
Direktur LGBT Center di Orlando, Florida, Terry DeCarlo, mengatakan sangat terkejut mengetahui insiden penembakan massal ini.
"Informasi dari polisi mengatakan ada sejumlah anggota kami yang tewas dan 40 sampai 42 lainnya yang luka-luka dan dilarikan ke rumah sakit. Sangat sulit melihat insiden ini terjadi di kota kami ini. Saya masih bertemu banyak diantara mereka Jumat lalu, dan mungkin tidak lagi bisa saya lihat dalam acara-acara kami mendatang," kata DeCarlo.
Pada saat kejadian, sekitar 100 orang dilaporkan tengah menikmati malam bertema Latin di klub yang dikenal sebagai tempat berkumpulnya kaum LGBT tersebut.
Seorang saksi, Ricardo Negron Almodovar mengatakan penembak melepaskan tembakan sekitar pukul 02.00 menjelang klub malam ditutup.
Pelaku penembakan diidentifikasi sebagai pria berusia 29 tahun bernama Omar Mateen.