Meteorit Bantu Ilmuwan Ungkap 'Misteri' Kristal Paling Langka

Ilmuwan asal Caltech menggunakan meteorit di Rusia untuk memecahkan asal-usul terbentuknya kristal paling langka di dunia, kuasi kristal.

oleh Citra Dewi diperbarui 23 Jun 2016, 07:30 WIB
Diterbitkan 23 Jun 2016, 07:30 WIB
Meteorit Kathyrka yang mengalami guncangan dahsyat sebelum menghantam Bumi
Meteorit Kathyrka yang mengalami guncangan dahsyat sebelum menghantam Bumi (Luca Bindi/Princeton University)

Liputan6.com, Pasadena - Quasicrystals atau kuasi kristal merupakan kristal paling langka di Bumi. Hingga saat ini, hanya dua jenis kristal dengan tingkat simetris tinggi yang pernah ditemukan.

Saat ini, para peneliti telah mengungkap asal-usul kristal langka tersebut.

Dalam rangkaian penelitian, ilmuwan dari California Institute of Technology (Caltech) mendemonstrasikan bahwa kuasi kristal itu terbentuk akibat hasil tabrakan antara objek komposisi kimia tak biasa di sabuk asteroid -- daerah yang dipenuhi dengan asteroid di antara Mars dan Yupiter.

Kuasi kristal menentang aturan simetris yang mendefinisikan kristal biasa, mereka teratur namun tak periodik.

Dikutip dari Daily Mail, Kamis (22/6/2016), para peneliti menemukan kuasi kristal yang terbentuk secara alami pada awal 2000-an, setelah bertahun-tahun menciptakan model buatan.

Fisikawan asal Princeton Paul Steinhardt dan rekannya Luca Bindi dari Museum of Natural History di University of Florence, menemukan sebutir alumunium, tembaga, dan mineral besi dengan simetri lima kali lipat.

Pada 2015, Steinhardt dan timnya menemukan kuasi kristal kedua.

Dua butir tersebut berasal dari sampel meteorit Khatyrka, yang di temukan di Pegunungan Koryak, Rusia. Berdasarkan analisa miskroskopik, benda tersebut sempat mengalami guncangan dahsyat sebelum menghantam Bumi.

Struktur kuasi kristal (Caltech)

Studi terbaru yang dipimpin oleh Paul Asimow, yakni seorang profesor geologi dan geokimia di Caltech, berhipotesa bahwa energi dari guncangan dahsyat tersebut diduga menjadi penyebab terbentuknya kuasi kristal.

Untuk menguji hal itu, Asimow melakukan simulasi tabrakan antara dua asteroid.

Ia mengambil potongan kecil dari meteorit -- termasuk logam campuran tembaga-alumunium yang hanya ditemukan di meteorit Khatryka -- dan menumpuknya seperti keping.

Asimow kemudian menembakkan benda tersebut dengan proyektil berkecepatan 1 kilometer per detik. Kemudian, mereka menggergaji untuk membuka sampel itu dan menghaluskannya.

Di beberapa titik, mereka menemukan bahwa elemen yang dihancurkan bersama-sama akan menghasilkan kuasi kristal mikroskopis.

Pola pada kuasi kristal dengan menggunakan proses electron beam (Steinhardt et al.)

Menurut para peneliti, jenis guncangan tersebut menjadi penyebab terbentuknya kuasi kristal secara alami

"Kami tahu bahwa meteorit Khatyrka mengalami guncangan. Dan saat ini kami tahu ketika Anda mengguncang bahan awal di meteorit tersebut, maka kuasi kristal akan didapat," jelas Asimow.

Ketika penelitian berlanjut, para ilmuwan akan menguji kombinasi mineral berbeda untuk menentukan komponen yang dibutuhkan kuasi kristal agar dapat terbentuk secara alami.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya